Bab 8. Sedarah

1316 Kata
Jupiter mendengus separuh kesal dengan Ares yang cemberut karena kakaknya itu akan memukul kepalanya jika ia menceritakan soal masalah mereka pada Mars dan Vanylla. “Tapi kalo Mommy tanya gimana?” tanya Ares dengan wajah masih cemberut. “Diem aja! Malu-maluin tau gak!” sahut Jupiter cepat. Ares hanya bisa mengatupkan bibirnya dan mengulum senyuman. Ia paham jika maksud Jupiter adalah untuk melindunginya. Jika banyak orang yang tahu alasan Jupiter memutuskan pertunangannya dengan Putri, maka Ares akan jadi pihak yang disalahkan. Bukan tidak mungkin ayah Putri yaitu Bryan Alexander akan berang dan malah berbuat hal yang tidak seharusnya pada Ares. Jupiter juga tidak menginginkan kembarannya itu menanggung hal seperti itu. Sebagai kakak, sekalipun Jupiter sempat merasa sakit di hatinya, Ares tetaplah saudara yang akan ia bela dan jaga sampai mati. “Lebih baik masalah ini dikubur aja. Gak usah diungkit lagi,” sambung Jupiter lagi dengan nada lebih rendah. Ares tampak kurang nyaman dan sedikit menggeleng. “Pit, apa lo gak mau mempertimbangkan keputusan lo untuk putus sama Putri? Kalian kan bisa memulai lagi!” tanya Ares penuh harapan. Jupiter menoleh pada Ares dan mengernyitkan keningnya. “Maksud lo? gue gak jadi mutusin pertunangan sama Putri?” sahut Jupiter dengan nada sedikit ketus. Ares langsung mengangguk. Jupiter malah mendengus tersenyum lalu membuang mukanya ke arah lain. “Res, gue gak mungkin menarik kembali keputusan yang udah gue ambil!” “Kenapa gak? Kalian saling mencintai. Putri juga cinta banget sama lo!” Ares makin meyakinkan. Ia bahkan sedikit bergeser separuh memohon pada Jupiter. “Terus lo gak?” potong Jupiter cepat sambil mendelik pada Ares. Ares langsung diam menatap kakaknya. Sedangkan Jupiter mengeluarkan dengusan napas keras sambil menatap lagi ke arah pasangan tua di depan mereka. “Gue bukan orang gak punya hati yang gak mikirin perasaan lo, Ares! Lo kenal gue dari bayi. Kita itu kembar bukan adek kakak seperti yang lain. Kalo lo sakit, gue juga ngerasa sakit. Selama ini lo menghalangi hati gue untuk peka dan merasakan rasa sakit itu. Itu namanya lo gak adil sama gue, ngerti!” tukas Jupiter mulai kesal. Ares masih diam dan tak tahu harus bersikap seperti apa. Memangnya apa yang bisa ia lakukan untuk melindungi Jupiter selain berkorban untuknya? Sedangkan Jupiter hanya terus berpikir menjadi tameng Ares dari semenjak mereka lahir. “Udahlah, gak usah pura-pura lagi sekarang!” imbuh Jupiter kemudian. “Gue gak pura-pura, Pit!” sanggah Ares masih bersikeras. Jupiter menggelengkan kepalanya. “Sekarang bilang sama gue apa alasan lo melakukan hal yang menurut gue ganjil? Lo nolongin Putri tapi lo ngaku gue yang lakuin! Lo bahkan nyamar jadi gue biar Putri gak takut sama lo!” sahut Jupiter mulai menaikkan suaranya pada Ares. Jupiter mulai membuka kesalahan Ares yang tak pernah disadari Jupiter sebagai kejanggalan yang nyata. Dulu ia tak merasa heran dengan sikap Ares. Setelah semua terjadi, barulah Jupiter menyadari jika ternyata Ares sudah lama mencintai Putri. “Waktu pacar lo hampir nyerang Putri, lo duluan yang berlaku kasar sama cewek itu padahal dia sedang hamil. Dan yang paling aneh dari semua hal, lo maksa belajar bahasanya Putri biar bisa ngomong sama dia. Sampai gara-gara itu kita gak ada bedanya sama orang Indonesia! Padahal gue ke sana aja belum pernah!” sambung Jupiter melipat kedua lengan di dadanya dengan nada kesal. “Gue minta maaf kalo gue udah bikin hidup lo susah dengan semua kejadian itu!” jawab Ares membuat Jupiter jadi makin kesal. “Bukan itu yang gue pengen dengar dari lo!” Jupiter menyahut lalu berdecap kesal. “Elo itu Leader tertinggi, Ares─Supreme Leader. Tapi lo gak punya keberanian buat mengakui perasaan cinta lo sama gue! Itu yang gue permasalahin!” sahut Jupiter mulai kesal. Ia mendengus membuang muka ke arah lain dan membuat Ares jadi merasa makin bersalah dan tak enak. “Pit, gue benar-benar minta maaf ....” “Ares, gue gak butuh maaf lo! Gue cuma mau lo berani! Berani ngaku!” tunjuk Jupiter dengan ekspresinya yang kesal. “Iya, gue ngaku. Gue memang cinta sama Putri. Sangat cinta sama dia ....” sahut Ares cepat dengan napas lebih cepat dan emosi pada nada bicaranya yang lebih naik. Jupiter mengangguk lalu menoleh pada Ares. “Sekarang udah lega? Udah enak perasaan lo?” tanya Jupiter masih dengan wajah datar membuat Ares terdiam. Jupiter berbalik menghadap Ares. “Cukup, jangan ada lagi kebohongan di antara kita. Lo pura-pura bahagia dengan kehidupan lo itu, gue gak mau lihat itu lagi. Mulai sekarang jangan ada satu pun yang lo sembunyikan dari gue. Termasuk perasaan lo sama perempuan, siapa pun itu. Paham?” tegas Jupiter dengan pandangan mata tajam dan serius. Ia tak mau Ares mengulangi kesalahan fatal dikemudian hari. Ares pun mengangguk lagi. Jupiter lalu mengucek rambut Ares yang sedang menunduk. “Gue sayang banget sama lo, Dek. Gue gak bisa kehilangan lo. Sebaiknya memang gue lepas Putri daripada gue kehilangan lo, gue gak mau.” Jupiter kembali berujar setelah melepaskan napas panjang bekas dari beban di hatinya selama ini. Ares ikut menarik napas panjang. Sesungguhnya kini dirinyalah yang merasa bersalah dengan beban yang besar pada Jupiter. “Sekarang kenapa lo panggil gue kemari?” tanya Jupiter setelah Ares diam saja beberapa saat. “Gue pengen lo ngomong sama Putri. Dia sedang sakit, Pit. Sakit gara-gara putus cinta!” pinta Ares pada Jupiter. Jupiter masih tertegun sesaat menatap Ares dan akhirnya mengangguk. “Gue sebenarnya mau ketemu dan jenguk dia. Tapi waktu itu lo ada di kamarnya. Ya udah gue gak jadi dan pulang lagi!” aku Jupiter dengan nada mulai santai. Jika ia ingin adiknya untuk terbuka dan jujur, maka Jupiter harus menunjukkannya lebih dulu. Itu sebabnya ia tak ragu mengakui sudah melihat Ares masuk ke kamar Putri. Tapi itu malah membuat Ares gelagapan. “Gue ....“ “Gak pa-pa. Kalian kan sama-sama sakit. Dia kan adek kita juga. Lagi pula kan lo cinta sama dia,” jawab Jupiter sesantai mungkin. Ares masih tertegun melihat sikap Jupiter yang lebih cuek dari sebelumnya. “Lo udah gak cinta lagi sama Putri?” tanya Ares dan Jupiter menghela napasnya sedikit lebih panjang. “Cinta ... tapi udah gak kayak dulu. Mungkin sedang menghilang perlahan.” Jupiter menjawab dengan ringan seolah tanpa beban. Hati Jupiter tak lagi sesakit dulu saat harus menerima kenyataan. Kini setelah bertemu Jelita, ada yang berubah. “Tapi lo benar, gue harus ngomong sama Putri. Gue gak boleh ninggalin dia gitu aja. Lo juga gak boleh ninggalin Putri begitu aja!” Jupiter menepuk sebelah lengan Ares dan sekilas tersenyum. Jupiter merasa sebagian besar beban di hatinya sudah terangkat. Rasa marah, emosi dan kecewa pada Ares sudah hilang. Hanya tinggal menyelesaikan sedikit dengan Putri lalu melangkah untuk kehidupan yang baru. Tak lama kemudian, Jupiter mengantarkan Ares kembali ke kamarnya. Ares duduk di ranjangnya dan matanya menatap pintu kamar Putri yang tertutup. Jupiter pun menoleh ke belakang melihat pintu itu lalu kembali pada Ares dan tersenyum. “Gue mau ketemu Putri dulu!” ujar Jupiter membuat bola mata Ares pindah padanya. Jupiter tersenyum tanpa menunggu anggukan dari Ares, ia berjalan dan masuk ke kamar Putri. Ares diam saja dan terus memandang pintu kamar yang digeser oleh Jupiter untuk menutup. Ia kemudian bersandar dan menunduk lagi memikirkan semua yang diucapkan Jupiter padanya. Sementara Putri yang sedang membaca di kamarnya kaget saat Jupiter datang melalui pintu kamar Ares. Ia tersenyum pada Putri yang sedang memilih duduk di sofa. Putri menutup buku dan memeluknya sambil menarik selimut yang menutupi kaki hingga pinggang. “Apa kabar, Dek?” tanya Jupiter tersenyum lalu duduk di samping Putri. Putri memindahkan helai rambutnya ke balik telinga bermaksud untuk sedikit merapikan rambutnya. “Kak Jupiter baru datang?” Jupiter mengangguk. “Baru dari kamar Ares. Apa kalian udah ketemu?” Putri tertegun menatap Jupiter dan menggeleng. Jupiter mengangguk dan menggesekkan kedua tangannya bersamaan. “Gimana kabar kamu?” “Lebih baik, Kak!” jawab Putri dengan suara kecilnya. Jupiter mengangguk mengerti. “Let’s talk, will you?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN