Kenapa Bhumika tiba-tiba bisa ada di sini? Menyebalkan sekali memang laki-laki itu. Sudah macam Jailangkung saja. Muncul tanpa kabar dan tanpa diundang. Batinku kesal. “Mama, tapi tadi Om Sena mau pesan makanan yang enak katanya.” Alia menarik pakaianku, melancarkan protes karena kami meninggalkan meja laki-laki itu sebelum melayaninya. “Nanti biar waitress lain yang ambil makanan untuk Om Sena, ya, Sayang,” sahutku. Biasanya, jika Alia yang menanyakan menu pada para tamu, maka aku yang akan mengantarkan pesanannya pada tamu tersebut. Namun untuk kali ini, biar pelayan lain yang akan melayani Bhumika. Aku sama sekali tak sudi. “Tapi, Ma. Om Sena tadi senyum, sudah nggak galak lagi.” Masih saja Alia membahas soal Bhumika, meski kini kami sudah memasuki area depan dapur, menunggu menu yan