PENDOSA 32

1717 Kata

“Iya, Nak. Eru hati-hati ya di sana. Nurut sama Papa Wisnu dan Mami Handini,” pesanku pada Semeru. Kami sedang melakukan panggilan video. Ini adalah kali kedua Semeru menghubungiku, setelah dua bulan lamanya kami tidak berkomunikasi. Meski tidak bisa setiap hari berkabar dengan Semeru, namun ini sudah lebih dari cukup. Setidaknya aku masih bisa mendengar suara dan melihat wajah putra tercintaku, meskipun tidak bisa setiap hari. “Mama dan Adik Alia juga hati-hati di sana. Eru kangen sekali.” Kulambaikan tangan pada kamera seraya menahan haru. Semeru mematikan panggilan video lebih dulu, karena bocah itu harus segera pulang ke rumah. Minggu lalu, Semeru menggunakan ponsel Wisnu untuk menghubungiku, sedangkan hari ini, bocah itu menggunakan ponsel milik sekuriti sekolah. Aku sama sekali

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN