Tidak tahu apa yang harus dia lakukan, Nara juga masih sungkan pada Elang karena sekarang dia tinggal di apartemen milik lelaki itu, dia memilih untuk menonton drama melalui ponsel. Ditemani makanan kecil dan juga minuman yang tadi dibelanjakan oleh Elang.
Mendadak acara menonton Nara harus terganggu dengan panggilan dari seseorang. Beruntung, nama Raja yang tertera di sana. Hingga panggilan tersebut tidak jadi memperburuk mood Gadis itu.
Dengan senyuman yang merekah menghiasi wajah ayunya, Nara segera menekan tombol hijau. Sebagai tanda kalau dia menerima panggilan yang dilakukan oleh kakak tingkat pujaan hatinya tersebut.
Sebelum memulai berbicara, Nara bahkan memastikan terlebih dahulu, apakah tenggorokannya terganggu atau tidak dengan mendehem kecil.
"Halo, Raja. Ada apa? Tumben telepon." sapa Nara dengan wajah memerah. Rasa bahagia meluap begitu saja saat dia mendapatkan panggilan dari lelaki itu.
"Halo juga, Nara. Maaf, aku mengganggu waktu liburmu. Bisakah kita bertemu sebentar sore ini?"
Pertanyaan Raja di ujung sana membuat Nara menutup mulutnya. Agar bisa menahan teriakan kegirangan yang berasal dari hatinya.
"Santai saja, aku tidak sedang sibuk melakukan apapun. Nanti sore ya? Emm, baiklah. Mau bertemu di mana?"
Ekspresi Nara benar-benar tidak bisa menyembunyikan rasa kegirangan yang tengah menerpa dirinya dengan sangat kuat. Gadis itu sampai memukul-mukul guling karena terlalu bahagia.
"Di 'You and Me Cafe' tahu 'kan? Belakangan ini kafe itu sedang naik daun. Aku yakin kamu pasti tahu dimana kafe itu juga."
Nara coba mengingat dimana kafe yang dikatakan oleh Raja tersebut. Tetap saja, dia tidak ingat sedikit pun. Hal itu dikarenakan kondisi gadis itu yang tidak bisa hidup loyal seperti mahasiswa pada umumnya.
Gadis itu teringat sesuatu. Dia pasti akan diantar oleh Elang dan yakin kalau lelaki itu pasti mengetahui dimana letak kafe yang disebutkan oleh Raja.
"Tentu saja aku tahu, Raja. Jam berapa kita akan bertemu?" Nara merasa dia perlu memastikan kapan mereka akan bertemu.
"Jam empat sore. Aku juga menunggu jawaban tentang pertanyaanku saat kita bertemu di acara ulang tahun Mita." Raja mengingatkan Nara tentang ajakan dia pergi ke tempat wisata di hari minggu.
Nara belum menanyakan hal itu pada Elang. Itu berarti dia tidak bisa menjawab pertanyaan itu sekarang.
"Aku akan memberikan jawabannya nanti saat kita bertemu."
Setidaknya jawaban itu yang paling tepat diucapkan pada Raja. Dia akan memanfaatkan jeda waktu yang ada untuk menanyakan pada Elang tentang jadwal mereka di hari Minggu. mengingat dia tidak bisa bertingkah seenaknya sekarang. Semua berdasarkan kesepakatan berdua.
"Baiklah, aku menunggu jawabanmu. Sampai jumpa nanti. Bye."
"Oke, bye-bye."
Nara masih saja menatap layar ponselnya. Padahal Raja sudah memutus sambungan telepon mereka. Wajah gadis itu bahkan tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia. Mungkin hal itu terjadi karena efek perasaan cinta yang begitu besar pada pria yang berusia lebih tua satu tahun darinya tersebut.
Nara bangkit dari posisi semula. Dia meletakkan ponselnya ke atas nakas. Gadis itu berniat untuk menemui Elang. Dia hanya bisa berharap agar lelaki itu tidak sedang tidur siang sekarang.
Ada rasa lega saat Nara mendapati Elang tengah berkutat dengan laptopnya. Dia melangkah perlahan mendekati pria itu dan duduk di sampingnya. Sementara Elang tampak tidak menyadari kehadiran gadis itu.
"Elang, kamu sedang sibuk? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu." Nara langsung berbicara pada intinya.
Elang langsung mengalihkan pandangannya dari laptop ke arah Nara. Lelaki itu kemudian tersenyum tipis.
"Aku tidak sedang sibuk. Hanya memeriksa beberapa tugas baru. Ada apa, Nara? Kalau memang ada yang ingin kamu tanyakan, silakan saja." Elang mengubah fokusnya, sekarang dia sepenuhnya memperhatikan Nara. Sebagai bentuk interaksi pada gadis itu.
"Aku ingin menanyakan tentang hati minggu, apa kita ada jadwal? Maksudku acara yang berhubungan dengan bosmu. Karena aku diajak pergi ke suatu tempat oleh seseorang." Ada rasa lega saat Nara sudah berhasil mengutarakan isi hatinya.
Elang terlihat sedang mengingat-ingat jadwalnya. Dia juga harus meyakinkan Beno kalau hubungan mereka bukan hanya settingan belaka.
"Kalau kamu ingin pergi dengannya di siang hari, bisa saja. Tidak ada jadwal. Hanya saja malam harinya kamu harus menemaniku ke pesta pertemuan kelompok mafia dari beberapa negara. Hal ini juga bertujuan untuk meyakinkan bosku tentang hubungan kita."
Nara sangat senang, dia memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Raja. Hari itu akan menjadi momen pertama kali dia dan Raja pergi ke suatu tempat hanya berdua dalam waktu yang lama.
Tapi ...
Ada juga kecemasan yang melanda hati Nara. Peristiwa Elang menghajar seseorang yang menguntitnya saja masih terbayang di pelupuk mata. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana suasana pertemuan dengan para mafia nanti. Apa mungkin akan lebih mengerikan dari yang ada di bayangannya?
Nara sadar, semua ini sudah resiko baginya yang menyetujui berpacaran kontrak dengan Elang. Dia akan terus bersinggungan dengan dunia gelap lelaki yang baru dikenalnya dalam hitungan hari tersebut.
"Terima kasih banyak atas kesempatan yang kamu berikan, Elang. Pertemuan ini sangat penting untukku. Oh ya, ada satu lagi. Apa sore ini kamu bisa mengantar aku bertemu dengan seseorang?" Nara tentu tidak melupakan rencana sore nanti.
"Tentu saja bisa. Mau bertemu dimana?"
"Di 'You and Me Cafe'. Apa kamu tahu dimana kafe itu berada?"
"Tentu saja. Serahkan saja padaku."
"Terima kasih banyak, Elang. Ah ya, apakah acara pertemuan itu membutuhkan kostum khusus? Aku tidak memiliki gaun atau baju pesta dan semacamnya." Nara merasa perlu membahas ini pada Elang sebelum hari pertemuan itu tiba.
"Kamu tidak perlu cemas, Nara. Aku akan membelikan gaun khusus untukmu nanti. Sekarang istirahatlah, aku tahu kamu pasti lelah sekarang."
"Baiklah. Sekali lagi terima kasih. Aku sangat bergantung padamu, Elang. Kalau begitu, aku ke kamar dulu."
Nara meninggalkan Elang. Hatinya semakin berbunga sekarang. Dia berharap pertemuan-pertemuan ini menjadi pertanda baik untuk dia dan Raja. Gadis itu merasa perjuangannya untuk mendapatkan cinta Raja akan segera tercapai.
---
"Kamu berdandan rapi, sepertinya dia yang akan kamu temui sangat spesial, ya?" Elang yang tadinya konsen menyetir mendadak mengomentari penampilan Nara.
Tentu saja. Nara tidak akan mungkin berpenampilan biasa saja saat bertemu dengan pria sekeren Raja. Dia tentu tidak ingin membuat lelaki itu kecewa.
"Begitulah. Dia orang yang aku suka. Sudah lama sekali aku memendam perasaanku. Akhir-akhir ini dia seakan ingin mendekatiku. Berusaha masuk ke dalam kehidupanku." curhat Nara.
"Apakah jatuh cinta pada seseorang itu menyenangkan? Selama ini aku belum pernah merasakan apa itu jatuh cinta. Lagipula, tidak ada waktu bagiku untuk menjalin hubungan seperti itu. Aku hanya takut kehilangan lagi. Bukan, maksudku merasakan kehilangan."
Hal itu memang yang paling Elang takutkan. Dia takut jatuh cinta pada seseorang hingga terjatuh terlalu dalam, setelahnya orang itu pergi meninggalkan dia untuk selamanya. Seperti orang tua dan juga neneknya tercinta.
"Mencintai seseorang itu ... membuat kita lebih bersemangat menjalani hari. Saat terpuruk, kita bisa menjadikan dia sebagai alasan untuk bangkit. Walau mungkin dia tidak bisa kita miliki, saat melihat senyumnya saja sudah membuat hati berbunga-bunga. Bagiku, jatuh cinta itu sangat menyenangkan." Nara menjelaskan bagaimana perasaannya saat ini dengan senyum terpatri di wajah.
"Lalu ... bagaimana kalau seseorang itu pergi meninggalkan kita? Bukankah itu akan sangat menyakitkan?" tanya Elang lagi. Seolah lelaki itu sedang bertanya pada pakar percintaan.
"Elang, berani jatuh cinta berarti berani patah hati. Itu semua sangat wajar terjadi dalam siklus percintaan. Saat kita patah hati, akan datang lagi cinta lain yang menyembuhkan. Kalau kamu takut untuk mencoba, maka kamu tidak akan pernah merasakan indahnya dicintai. Hidup ini akan terus berlanjut, apa kamu akan terus menyendiri seperti sekarang?"
Pertanyaan Nara langsung membuat Elang menanyakan pada dirinya di dalam hati. Apa dia akan terus sendirian di dunia ini? Tiba-tiba saja Elang terbayang betapa menyedihkannya dia saat tua nanti. Seorang diri tanpa siapapun bisa dia ajak bicara.
"Sepertinya kamu benar, Nara. Tapi kalau dipikir lagi, siapa orang yang mau memiliki pasangan orang jahat sepertiku? Yang ada mereka akan takut dan pergi begitu tahu kalau pekerjaanku lebih sering menghabisi nyawa orang." Elang hanya mencoba untuk realistis.
"Belum tentu. Kalau belum mencoba, bagaimana kamu akan tahu seperti apa wanita yang akan mendampingi kamu. Lagipula, kalau memang dia mencintaimu, dia tidak akan takut walau harus mengorbankan nyawa asal bisa tetap bersamamu." Nara mengatakan hal itu berdasarkan apa yang dia rasakan selama ini pada sosok Raja.
"Mungkin suatu saat aku akan mencoba untuk jatuh cinta. Tapi yang pasti bukan sekarang. Masih banyak hal yang harus aku selesaikan." Bayangan untuk mencintai seseorang belum tergambar di hati seorang Elang. Dia bahkan tidak pernah memimpikan hal itu terjadi di dalam hidupnya.
"Kamu memang harus mencoba. Melihat reaksimu yang biasa saja pada wanita malam itu, aku mengerti satu hal. Hatimu terlalu dingin dan tak tersentuh. Kamu bahkan tidak memiliki simpati pada wanita itu sedikit pun." Nara berkomentar.
Elang tidak marah. Itu memang kenyataan yang terjadi. Dia tidak memiliki rasa apapun pada Lisa. Hubungan mereka berdua murni hanya karena keinginan saling memuaskan. Walau dia tahu pasti kalau Lisa memiliki perasaan lebih terhadapnya.
"Aku memang tidak peduli padanya. Dia datang padaku karena menginginkan tubuhku. Begitu pula denganku yang hanya menganggap hubunganku dengannya hanya sekedar teman di atas ranjang." Elang memang sudah jujur sejak awal tentang siapa Lisa.
"Sungguh sangat tragis. Kalian berdua padahal sangat serasi. Dia cantik, kau juga tampan. Mengapa kalian tidak mencoba untuk menjalani hubungan yang serius saja?"
"Dia sudah dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang putra konglomerat. Orang biasa seperti jelas tidak sebanding dengan mereka. Lagipula kamu sudah tahu kalau hatiku memang dingin. Aku tidak peduli dengan cinta."
"Semoga kamu segera menemukan seseorang yang bisa membuatmu jatuh cinta," ucap Nara begitu saja.
"Aku tidak yakin."