1

2176 Kata
Kamar kost Hani kali ini cukup berantakan karena dua sahabat itu baru saja pulang dari pemotretan semalam. Pulang terlalu larut, di mana keduanya tak terlalu memedulikan kondisi yang ada di sana. Pagi harinya, matahari bersinar cukup cerah yang mana cahayanya menembus kaca jendela kost. Membuat kedua gadis itu terbangun dengan paksa. Kesiangan. Saat Hani sedang mandi, Herta memeriksa email dan beberapa berita terbaru. Hani baru-baru ini mencoba casting dua drama, satu dengan tema kolosal di mana setting yang diminta oleh sang sutradara kebanyakan berada di pedesaan. Satu lagi dengan setting modern perkantoran giut. Tapi keduanya dilakukan di agensi yang sama dan mendapat jawaban yang kurang lebih sama: Cara Hani beracting memang bagus, tapi mungkin tidak cocok untuk peran tokoh utama wanita. Sutradara berpikir bahwa citra dan temperamen Hani lebih cocok untuk wanita kedua. Yang tak terlalu terlihat, hanya mendapat beberapa scene, juga tak terlalu menonjol di drama tersebut nantinya. Tuhan, bagaimana bisa mereka berpikir seperti itu? Herta menghela napas lelah. Mereka sudah mencoba mengambil keuntungan dari popularitas drama yang baru-baru baru-baru ini Hani kerjakan. Hani menerima undangan untuk beberapa proyek utama di drama yang secara kebetulan, entah ini disengaja atau tidak tapi bagi Herta sungguh konyol. Peran Hani di sana selalu, oh … hampir 90% berhubungan denganperan pendukung wanita tanpa kecuali. Dia dan Hani sudah saling kenal selama hampir tujuh tahun, baik dari segi karir mau pun keakraban yang lebih intim. Persahabatan maksudnya. Tinggal satu kost yang sama. Berbagi kebutuhan ekonomi berdua. Juga berbagi kisah yang kadang mereka tertawakan di sela-sela kesibukan masing-masing. Herta berharap Hani akan memiliki kesempatan untuk berperan sebagai tokoh pemeran wanita utama. Juga sepertinya Herta banyak berharap agar Hani bisa mendapatkan kesempatan mencoba beberapa peran dengan kepribadian yang berbeda. Karakter yang diperankan Hani selalu saja monoton. Itu bisa mempengaruhi karirnya di dunia entertainment begini. Sangat diagungkan sebenarnya oleh Herta padahal Hani memiliki potensi. Sementara banyak yang menganggap Hani hanya lah bermodal tampang dan kebanyakan dari mereka tidak menganggap Hani sebagai salah satu aktris. Bagi mereka, Hani hanyalah komoditas di mata mereka. Hani tidak tumbuh cantik sejak usia muda. Menurut penuturannya sendiri, kecantikannya pertama kali muncul saat ujian masuk perguruan tinggi pada usia 16 atau 17. Herta sendiri tidak tahu suplemen apa yang diberikan ibu Hani kepadanya. Dulu tubuh Hani sedikit gemuk, banyak berjerawat, belum lagi rambutnya yang kurang terawat. Pokoknya sangat berbeda dibanding sekarang ini. Untuk mencapai tubuhnya yang langsing itu, dia banyak menggunakan treatement dan olah raga khusus. Membuat tubuhnya berlekuk macam gitar spanyol gitu. Dadanya agak menyembul seksi ditambah kulitnya yang putih mulus dan bersih. Hidungnya mancung tanpa operasi. Matanya bulat bahkan tanpa perlu penambah riasan di mata, Herta sendiri mengakui kalau bola dan kelopak mata Hani ini cantik dan indah. Bentuk wajah Hani juga bisa dibilang memiliki keunikan sendiri. Perawatan yang Hani lakukan cukup membuat Herta pusing. Namun yang Hani dapatkan; Dia adalah wanita cantik dengan sedikit riasan, dan dia menonjol di antara orang banyak tanpa riasan. Dulunya Herta adalah teman sekelas kuliah Hani. Herta mengambil ilmu ekonomi sementara Hani mengambil jurusan ilmu dan teknik pangan. Keduanya adalah siswa satu masa dari tim model sekolah. Di awal hari-hari perkenalan mereka, Herta masih memiliki keterasingan karena Hani yang terlalu menonjol di sana. Setelah berhubungan beberapa hari, Herta dengan cepat ditaklukkan oleh kepribadian Hani yang memiliki kepribadian baik, santun, ramah, juga gampang berteman dan empatinya tinggi. Keduanya adalah teman sekelas selama empat tahun dan telah menjadi sahabat selama tiga tahun. Masuknya Hani ke industri entertaiment adalah kesempatan yang tidak disengaja. Pada saat itu, sebuah perusahaan periklanan meminta aktris untuk merekam iklan sebuah minuman bersoda. Hani dipilih untuk syuting setelah audisi. Karena kesan baik yang ditinggalkan oleh direktur dan staf perusahaan periklanan selama proses syuting, dan bayaran yang cukup rendah untuk Hani syuting saat itu, perusahaan periklanan kemudian memintanya untuk syuting beberapa iklan baru. Herta, yang belajar ekonomi, sejak itu mencium peluang bisnis. Ia segera membuat banyak pembicaraan dengan Hani mengenai banyak kontrak dan uang yang akan masuk ke dalam rekening Hani saat itu. Tadinya Hani menolak keras. Pertama, ia tak terlalu menyukai dunia hiburan ini. kedua, Hani masih kuliah dan ingin fokus. Ketiga, ia tak terlalu banyak pengalaman. Herta tadinya sudah putus semangat untuk membuat Hani mau menyetujui idenya untuk ikut casting sana sini. Herta bahkan berjanji mau menemaninya ke mana pun lokasi syuting itu dibuat. Bahkan kalau sampai pulang pagi sekali pun Herta tak masalah. Dia juga menasihati Hani agar tak terlalu cepat mengambil keputusan. Biar dipikirkan baik-baik. Jangan sampai nantinya menyesal di kemudian hari karena penawaran dari beberapa media periklanan saat itu cukup banyak. Herta juga katakan kalau Hani sebaiknya mencoba terlebih dahulu. akhirnya … Hani tak keberatan dengan ide Herta itu. Sebelum lulus dari universitas, Herta membutuhkan waktu setengah tahun untuk mendapatkan sertifikat kualifikasi untuk melanjutkan perkuliahannya walau belum tentu ia gunakan. Ketika Hani sedang mempersiapkan wawancara kerja di salah satu perusahaan yang menguasai sector pangan, Herta justeru mencarikan Hani informasi tentang perekrutan kru juga aktris atau model suatu iklan. Lalu perjuangan Herta membuahkan hasil yang sangat menakjubkan. Di mana beberapa kali tawaran membuat nama Hani melambung dan itu juga ada kerja keras Herta di sana. Itu juga takdir Hani untuk memasuki industri hiburan. Arah pekerjaan jurusan mengenai pangan juga apa yang Hani pelajari di bangku kuliah itu tak terlalu banyak perusahaan yang menampungnya. Kebanyakan sebagai staff biasa dengan masa pengabdian yang lama. Atau kalau pun ada yang bisa meraih jabatan tinggi, mereka harus memiliki koneksi yang bagus. Sementara Hani hanya bisa mengirimkan lamaran pekerjaan lintas jurusan. Akungnya saat itu situasi mencari pekerjaan untuk mahasiswa sarjana lulusan pangan seperti Hani juga resumenya semua dikirim dengan banyak hambatan. Pada saat ini, Herta memenangkan audisi untuk peran pendukung dalam drama kampus pemuda untuk Hani. Betapa Herta bekerja keras untuk hal ini, kan? Hani berhasil mendapatkan peran yang tidak terlalu penting sehingga tidak membutuhkan banyak kemampuan akting. Selama liburan musim panas setelah lulus kuliah, Hani tinggal di lokasi syuting selama dua bulan bersama kru film yang ada di sana. Saat itu, dia tidak memiliki banyak peran, dan dia bebas bermain dengan Herta di daerah setempat setelah syuting. Menikmati banyak pemkamungan yang indah karena lokasi syuting kali ini berlokasi di pedesaan. Karena pengalaman syuting yang menyenangkan ini, Hani menemukan bahwa dia tidak menolak kehidupan bersama dunia entertainment. Pada akhirnya, keterpaksaan Hani yang tadinya enggan ingin memasuki dunia entertainment, malah jadi ketagihan karena kehidupan di dunia hiburan cukup menghibur. Herta secara tepat menangkap suara hati Hani yang mulai menyukai kehidupan barunya itu. Dan Herta memanfaatkan kesempatan untuk mengenal beberapa produser perusahaan film dan televisi serta bebreapa rublik siaran. Sejak saat itu lah, karir akting Hani telah dimulai. Di mana bisa dibilang, Herta sebagai asisten kepercayaan Hani juga sahabatnya yang baik. *** Selama berada di kamar mandi, di bawah guyuran air yang membuatnya merasa tenang juga nyaman, Hani mengingat-ingat debutnya. Di mana ia secara resmi memulai debutnya dengan karya-karyanya kurang dari empat tahun yang lalu. Karya-karya yang telah dia potret secara berurutan. Namun kebanyakan ia mendapatkan pemeran yang hanya selalu berpusat pada pemeran wanita pendamping saja. Mulai dari wanita kelima hingga wanita kedua terakhir, semuanya adalah peran pendukung wanita tanpa kecuali. Awalnya Hani merasa sangat senang dan antusias saat pertama kali mengambil peran ini. Padahal sebenarnya kemampuan aktingnya berlebihan dan kurang sesuai malah jsuteru sering aneh bila dibandingkan dengan pemeran lainnya. Selama penayangan karya tersebut, dia sering menerima pesan pribadi yang kasar dari netize. Beberapa karakter lain yang ia perankan atau juga karena pribadinya. Semua umpan balik Hani kepada netizen ini selalu diterima. Tanpa kecuali. Herta cukup khawatir Hani akan sedih dengan komentar negatif, jadi dia dilarang keras membaca komentar di beberapa akun media sosialnya juga pesan pribadi. Hani menertawakan Herta karena meremehkan dirinya sendiri. Padahal tida seperti itu. Hani selalu anggap apa yang dikomentari oleh netizen ia jadikan sebagai penghiburan atas rasa bosan yang melkamunya. Untuk apa Hani tanggapi dengan serius? Tak ada gunakan dan Hani juga merasa itu semua sebagai hiburan tersendiri. Herta memang berlebihan. Lalu Hani juga mengingat-ingat selama ia memainkan peran. Mungkin karena peran Hani terlalu biasa dan terlalu banyak peran pendukung wanita dalam serial yang ia bintangi ini, dalam waktu dua tahun terakhir, tidak ada yang mengkritiknya lagi. Bahkan Hani sering membuka kolom komentar lama untuk mencari penghiburan. Kecuali … satu hal di mana ada satu komentar yang cukup menarik matanya. Netizen baru-baru ini membuat pernyataan yang lebih bersatu: "Ah, itu pasangan wanita Rezi Kaulo, Hani lagi." Herta yang mengetahui berita itu, langsung saja segera heboh dan berisik. Herta memang terkadang bersikap berlebihan dan cukup membuat pusing Hani yang kadang ingin menyumpal mulut Herta dengan banyak tisu agar diam tak terlalu banyak bicara. Ia tersenyum dan berkata, "Lihat, netizen mulai kembali mencintaimu." Hani berdecak lelah. “Apakah aku berada di periode tanpa berita yang seru?” Hani kadang-kadang bertanya-tanya. "Jika kamu ingin mengatakan itu, periode sepi komentar dan hujatan kalau kau memang menyukai hal itu, datang dua tahun lalu." "Lalu apa yang telah aku lakukan selama dua tahun terakhir ini?" "Aku menghasilkan banyak uang." Herta menyeringai "Menyebalkan," kata Hani tiba-tiba, "Mari kita berpikir dan membuka kedai kopi." "Apakah kamu serius?" Herta sampai bangun dari duduknya dan menghampiri Hani yang tampaknya sedang dihinggapi banyak kabel listrik aneh di kepalanya. Buktinya omongan yang barusan ia katakan sangat melantur. Mana ada membuat kedai kopi di saat seperti ini? "Sangat serius." Hani berkata dengan kata-katanya yang mantap. Wajahnya itu sedikit merona dengan bola mata membulat sempurna. Rambutnya yang diwarnai kecokelatan itu bergoyang seiring dengan anggukan kepalanya. Ia tak peduli kalau Herta menatapnya dengan kebingungan. Herta mengenal Hani dan tahu bahwa ucapannya yang tampaknya biasa-biasa saja kemungkinan besar benar. Hani adalah wanita yang penuh tekad. Sekali ia berkata, maka itu yang akan ia lakukan. Itu adalah nada yang sama ketika dia memutuskan untuk mengikuti audisi untuk drama sekolah itu bertahun-tahun yang lalu. Dia berkata, "Kalau begitu, ayo kita coba.” Lalu … audisi-audisi berikutnya, nama Hani selalu lolos. Atau … “Ayo pergi jalan-jalan kelulusan bersama." Maka yang mereka berdua lakukan adalah merayakan kelulusan dengan memutari kota Jakarta di malam hari dengan berkendara menggunakan sepeda motor. Berdua saja. sampai pagi menjelang dan rasa kantuk yang tak biasa mereka rasakan. Astaga! Kalau mengingat kegilaan atas ucapan Hani, terkadang Herta ingin memberi rem pada lidah gadis yang tengah menatapnya itu. Saat ini, Hani juga dengan santai berbicara tentang kata "Ayo, kita coba", yang sangat Herta tau maknanya. Herta langsung beranjak dari duduknya. Dilemparnya bantal sofa yang tadi ia jadikan skamuran. Melemparkan ke arah Hani yang kini memekik kaget. Mata Herta melolot kesal pada sahabatnya itu. "Kamu benar-benar tidak punya ambisi sama sekali?" Napas Herta menderu kasar. "Ambisi apa?" tanya Hani bingung. Matanya ia kerjapkan beberapa kali. "Buktikan dirimu!" hardik Herta kesal. Ia sudah tak tahan lagi tapi ia juga menyayangi Hani seperti adiknya sendiri. "Buktikan apa?" Astaga! Konyolnya gadis ini kenapa malah bertanya seperti ini, sih? "Buktikan kemampuan aktingmu bukan hanya untuk peran pendukung wanita!" Ucapan Herta membuat Hani termenung. Membuatnya ingat akan satu kejadian yang mana membuat Hani sebenarnya cukup sedih. Tapi Hani adalah pengontrol emosi yang sangat baik. Ia bisa tersenyum bahkan di saat hatinya tengah sangat gundah dan sedih. Saat itu, keduanya baru saja menyelesaikan pekerjaan syuting dan sedang berjalan kembali ke hotel pada malam hari. Hani menghela napas setelah mendengar kata-kata yang cukup membuatnya tergelitik. Ia meraih bahu Herta lalu merangkulnya kemudian berkata, "Aku ingat seseorang berkata bahwa pengembangan pribadi tidak dapat dipisahkan dari upaya sendiri, tetapi juga tergantung pada kemajuan zaman." "Siapa yang mengatakannya?" Herta belum menyadari sepenuhnya ucapan Hani barusan. "Tidak masalah siapa yang mengatakannya, Herta.” Hani menghela napasnya lagi. “Jika Copernicus datang dengan teori heliosentris nanti, dia tidak akan terbakar sampai mati." “Mungkin apa yang akan aku katakan selanjutnya tidak penting, tetapi Copernicus tidak terbakar sampai mati, itu adalah murid-muridnya yang terbakar sampai mati.” Herta berkata dengan sungguh-sungguh. Rangkulannya tadi ia lepas sebentar lalu kembali berkata. “Kembali ke pertanyaanmu, Han. Aku baru-baru ini membantu kamu berbicara tentang drama utama dan ada peran di dalamnya. Aku ingin kamu mencobanya. Tetapi aku masih ingin memberi tahu kamu sebelumnya bahwa drama ini lebih penting. Ditambah sutradara sangat pilih-pilih tentang actor dan aktrisnya. Peran utama telah diputuskan dan yang bisa aku dapatkan hanyalah aktris pendukung untukmu. Yah … kau tau, sulit rasanya untuk bernegosiasi dengan sutradara ketika ia menyukai satu aktor atau artis tersendiri. Tetapi kau tenang saja, peran pendukung ini—" "Bagus." "Bagus?" Herta tak tau harus berkata apa lagi. Padahal ia bermaksud untuk membuat Hani lebih bersinar. Ia juga banyak berharar agar sahabatnya itu mau berusaha lebih dalam hal actingnya. Orang-orang di dunia hiburan kalau tak mengasah kemampuan dirinya sendiri, bisa hilang begitu saja tanpa ada yang mengenalnya lebih baik. Banyak artis pendukung lainnya yang kini sudah memiliki nama besar. Herta tak perlu menyebutkan satu demi satu di mana Hani terlihat tak akan suka kalau ia membahasnya. Tapi … Herta juga ingin Hani ada di kalangan mereka. "Kamu bilang kamu ingin aku mencobanya. Jika kamu mau, aku akan pergi." Hani mengatakan itu seperti tanpa merasa bersalah sedikit pun. Di mana ini membuar Herta harus menggeram kesal dan seperti menelan pil pahit. Tak menyenangnkan dan tapi ia tidak punya pilihan selain mengikuti keinginan Hani di sini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN