Bab. 9

1741 Kata
           Di pagi hari dengan sinar matahari yang cerah di desa Adat Ragi Hotang, tepatnya di rumah Jogi Maruli, saat ini sedang sangat sibuk mempersiapkan barang-barang bawaan karena Jogi Maruli dan sekeluarga hari ini akan pindah ke kota.            "Jogiii! Bangunlah, ini sudah pagi! Lihatlah matahari sudah naik, dan kau masih saja bersembunyi di dalam selimut kau itu," ucap Lamtiar membangunkan suaminya itu.            "Eunghh ... Ada apa sih Tiar, masih pagi-pagi buta seperti ini kau sudah teriak-teriak, coba kau bicara dengan halus, dengan pelan, dengan lembut. Kasian tenggorokan kau itu bisa sakit nanti," ucap Jogi dengan masih memejamkan kedua matanya. Tidak berniat untuk bangun dari tidur nya yang nyenyak. Lamtiar yang mendengar suaminya menyebutkan masih pagi buta, langsung saja berkacak pinggang dan melototi suami nya yang masih berleha-leha di atas kasur tersebut.             "APAAA?! Kau bilang masih pagi buta?!!! Buka mata kau Jogiiii, hari ini kita akan berangkat ke kota, kenapa kau masih tidur heh!!!," Jogi yang tidak tahan mendengar lengkingan teriakan dari sang istri pun terpaksa membuka kedua mata nya.              "Kita kan berangkat jam sebelas sayang, ini masih terlalu pagi, lebih baik kau temani aku tidur di sebelah ku," ucap Jogi sambil tersenyum menggoda.             "Enak saja kau bicara, temani apa hah?! Kau tidak ingin membantu ku untuk membereskan barang-barang?! Aku dari pagi sudah sangat sibuk memasukkan barang-barang ke dalam koper, terus memasak untuk sarapan, dan kau?! Masih leha-leha di kasur saja sampa sekarang," ucap Lamtiar marah-marah kepada suami nya itu.              "Suruh saja anak kau itu untuk membantu kau sayang, aku masih mengantuk, sudahlah tujuh menit lagi kau bangunkan aku ya sayang," ucap Jogi sambil membalikkan badan nya membelakangi Lamtiar dan semakin mengeratkan selimut yang ia gunakan, terkadang cuaca di desa Adat Ragi Hotang ini cukup dingin di pagi hari sampai-sampai membuat orang akan malas pergi ke kamar mandi karena air pun berubah menjadi dingin. Rasanya Jogi ingin sekali tertidur terus-terusan untuk hari ini. Namun, Lamtiar pun tidak membalas ucapan dari suami nya. Malahan Lamtiar langsung pergi keluar dari kamar nya itu dengan wajah yang sudah sangat kesal.              "Mana anak itu, sudah pagi belum ada suara nya, benar-benar ya, anak sama bapak sama saja, sama-sama mengesalkan! Bisa cepat tua aku menghadapi mereka huh!" gerutu Lamtiar. Ketika Lamtiar sudah berada tepat di depan pintu kamar anak nya tersebut, langsung saja ia mengetuk sedikit keras pintu kamar anak nya tersebut.             "Dumaa!!! Buka pintunya!!!! Kau sudah bangun belum?!! Ini sudah pagi, bangunnn! Buka pintunya jangan kau kunci terus Dumaaa!!!" teriak Lamtiar. ---             Duma Calandra. Ia adalah anak dari pasangan Jogi Maruli dan Lamtiar Malungun. Si gadis desa yang tumbuh cantik dan sangat sopan. Memiliki kulit tubuh yang putih bersih dan rambut yang berwarna hitam berkilau. Tidak ada yang tidak terpesona dengan kecantikan dari Duma Calandra ini. Tumbuh berkembang dengan diberikan penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya. Ketika Duma sedang memakai baju setelah habis mandi, Duma mendengar ada suara teriakan dari luar kamar nya.             "Dumaa!!! Buka pintunya!!!! Kau sudah bangun belum?!! Ini sudah pagi, bangunnn! Buka pintunya jangan kau kunci terus Dumaaa!!!" Duma yakin, pasti itu adalah suara ibu nya yang sangat ia sayangi itu. Siapa lagi coba anggota keluarga ini yang memiliki suara lengkingan yang bisa membuat telinga orang sakit ketika mendengar nya selain ibu. Duma menghela napas nya. Jika Duma belum menjawab panggilan dari ibu nya itu. Pasti ibu nya akan tetap saja berteriak-teriak. Bisa b***k telinga Duma jika terus-terusan mendengar teriakan dari ibunya tersebut. Terkadang Duma suka heran dengan ibu nya itu. Sewaktu ibu nya masih kecil di kasih makan apa oleh nenek nya itu sampai-sampai suara ibu nya itu melengking dengan keras ketika berteriak. Dan juga satu lagi, apa ibu nya itu tidak merasakan sakit di daerah tenggorokan nya akibat berteriak-teriak seperti itu.           "DUMAAAAA!!!!" teriak kembali ibu nya tersebut.            "Iyaaaaa ibuu iyaaaa, aku sedang memakai baju!!!" balas Duma berteriak sedikit agar ibu mendengar suara Duma dari dalam kamar. Setelah nya, barulah keadaan hening. Tiada suara teriak-teriakan lagi.            "Huh, masih pagi ibu sudah bikin keadaan rumah ribut saja, pasti suara ibu itu terdengar sampai ke luar rumah sungguh apakah ibu tidak malu," Duma pun langsung saja melanjutkan memakai pakaian nya kembali. Setelah itu, Duma langsung membuka koper yang sudah ia letakkan di atas kasur. Duma pun langsung saja memindahkan semua barang-barang yang ada di lemari dan juga yang ada di meja belajar nya itu ke dalam koper. Tidak banyak Duma membawa barang-barang nya, karena Duma tidak memiliki banyak barang. Hanya memiliki pakaian-pakaian yang tidak terlalu banyak dan buku-buku untuk ia belajar, juga n****+-n****+ yang sering ia baca sebelum tidur. Setelahnya, Duma pun langsung keluar dari kamar nya dan membawa keluar koper yang sudah ia siapkan barusan. Duma menaruh koper nya di dekat meja ruang tamu.            "Kau sudah selesai membereskan barang-barang kau Duma?" ucap ibu mengejutkan Duma yang sedang bermain handphone untuk izin pamit kepada teman-teman nya di sekolah. Duma pun membalikkan badan nya mengahadap ibu nya yang sedang berdiri di ambang pintu kamar nya.           "Iya Bu, Duma udah selesai. Ibu belum selesai? Mau Duma bantu?" tawar Duma kepada ibu nya.           "Tidak ... Tidak usah sebentar lagi ibu juga sudah beres. Kau pergi lah makan sarapan kau duluan, ibu sudah menyiapkan nya di meja," Duma pun mengangguk. Lantas berjalan ke arah dapur untuk mengambil makanan sarapan nya dan membawa nya ke depan tv. Duma pun menyetel tv dan mengganti channel tv yang menyiarkan siaran kartun favorit nya. Spongebob Squarepants. Ya, walaupun Duma sudah bukan anak kecil lagi, tapi tetap saja Duma masih menyukai kartun yang biasa di sukai oleh bocah-bocah. --- Aruna            Saat ini aku sedang membaca sebuah komik yang aku pinjam ketika istirahat tadi di perpustakaan. Tiba-tiba saja, aku mendengar ada yang memanggil diri ku.             "Aruna!" aku pun mendongak. Melihat siapa yang memanggil ku di kelas ini. Karena, cukup anak-anak kelas ku jarang sekali ada yang menegur atau memanggil ku. Paling-paling mereka memanggil ku hanya untuk meminta contekan tugas. Ternyata ketua kelas yang memanggil ku. Aku menatap nya yang sedang berjalan ke arah ku. Dan tanpa sengaja aku juga melihat tangan Deni yang memegang sebuah kertas.            "Iya, ada apa Den?" tanya ku ketika ia sudah berada di hadapan ku. Deni pun langsung saja menyodorkan ku selembar kertas.aku pun menerima kertas itu dan langsung membaca apa isi dari kertas tersebut. Ternyata ini adalah surat rekomendasi untuk ku mengikuti sebuah lomba olimpiade. Aku pun mengalihkan pandangan ku dari kertas ini ke Deni.             "Surat rekomendasi olimpiade?" tanya ku.            "Iya, tadi ketika saya berjalan ingin ke kelas, Pak Agung memanggil ku untuk ke kantor nya segera. Saya pikir ada apa dia memanggil saya, ternyata dia hanya menitipkan surat ini hanya untuk kau. Dan dia menyuruh saya agar kau segera tanda tangani surat ini dan kau langsung berikan ke Pak Agung, dan tugas saya sudah selesai, terserah kau ingin menerima nya atau tidak. Jika kau tidak ingin menerima nya, kau bisa langsung bicara dengan Pak Agung," jawab Deni. Aku pun langsung saja mengucapkan terima kasih kepada Deni.                Jujur. Aku sangat senang sekali mendapatkan kabar ini. Setelah sekian lama, aku tidak mengikuti olimpiade. Akhirnya, kali ini aku akan mengikuti olimpiade kembali. Aku berniat untuk memberi tahu ibu nanti ketika aku sudah pulang sekolah. Aku pun menandatangani terlebih dahulu surat ini. Dan nanti ketika bel pulang sudah berbunyi aku akan ke kantor untuk menemui Pak Agung. Tidak lama, guru bahasa Indonesia kelas ku pun datang.              "Siang anak-anak!" sapa Bu Inggit.             "Siang buuuuu!" jawab kami dengan kompak.             "Tolong kumpulkan tugas yang ibu berikan Minggu kemarin yaa, dan Minggu ini kita akan melanjutkan materi kemarin," ucap Bu Inggit. Anak-anak kelas pun langsung saja bangun untuk mengumpulkan tugas yang di berikan oleh Bu Inggit kemarin ke atas meja guru tersebut.              "Anak-anak sekarang buka buku paket nya halaman seratus lima belas. Hari ini kita akan mempelajari materi karya ilmiah,"             "Baik buuu," ---             "Lamtiar cepat lah, nanti kita akan terlambat," ucap Jogi yang sudah berada di dalam mobil bersama Duma. Anak nya. Jogi sudah cukup penat menunggu Lamtiar sedari tadi.              "Iya sebentar Jogi," ketika Lamtiar sudah mengunci rapat pintu rumah nya tersebut, Lamtiar langsung berjalan ke arah Jogi yang dari tadi sudah menunggu nya di dalam mobil. Tapi, saat Lamtiar Inging membuka pintu mobil, ada saja tetangga yang lain memanggil Lamtiar.              "Lamtiar!!" panggil salah satu ibu-ibu, tetangga Lamtiar. Jogi yang mendengar ada yang memanggil Lamtiar kembali pun langsung menghela napas nya. Lamtiar pun langsung menatap suami nya itu dengan maksud meminta maaf.              "Eh Bu Wati," ucap Lamtiar dengan tersenyum. Bu Wati pun menghampiri Lamtiar dan memberikan sebuah bingkisan kepada untuk Lamtiar dan sekeluarga.             "Ini! Terima lah bingkisan dari saya,"              "Eh? Ini apa Bu?" ucap Lamtiar sambil mengambil bingkisan dari Bu Wati.             "Itu aku sedikit buatkan Bika Ambon untuk kau dan yang lainnya, siapatahu kau atau Duma bosan di perjalanan dan perut kalian lapar, jadi kalian bisa memakan pemberian dari ku untuk pengganjal perut kalian, dan juga kau kan sangat menyukai makanan buatan dari saya, jadi saya buatkan Bika Ambon. Kan kita tak tau, kau akan kembali ke desa ini lagi atau tidak,"             "Loh saya nanti akan berkunjung kok Bu, saya juga pasti nanti kangen dengan suasana yang ada di desa ini, saya pasti kangen sama tetangga-tetangga disini," ucap Lamtiar. "Iya, saya juga pasti akan kangen sama kalian, apalagi sama Duma. Oh ya kalian ini mau berangkat sekarang juga?" tanya Bu Wati.              "Iya Bu, sudah ya Bu kami berangkat dulu, doakan semoga kami selamat sampai tujuan, dan terima kasih untuk bingkisan nya ya Bu,"             "Iya," ucap Bu Wati.              "Yasudah ya Bu, kami berangkat dulu. Maafkan kami jika ada salah-salah baik sengaja mau tidak sengaja ya Bu,"              "Iya Tiar, maafin saya juga jika ada salah ya, dan jangan lupa berikan kabar kalian kepada ku, aku sangat sedih dengan kepindahan kalian ke kota," ucap Bu Wati dengan wajah yang sedih.             "Lamtiarrr!!!!" tiba-tiba Jogi memanggil. Lamtiar pun menoleh ke arah Jogi.             "Iya sebentar!" Lamtiar pun tersenyum kepada Bu Wati. Lamtiar terharu karena tetangga-tetangga di dekat rumah nya ini sudah seperti keluarga dengan Lamtiar. Lamtiar tidak akan melupakan kebaikan-kebaikan dari tetangga-tetangga nya ini.             "Baiklah kalau begitu, sudah dulu ya Bu, sepertinya kami sudah sangat terlambat, kami pergi dulu ya Bu," ucap Lamtiar pamit kepada Bu Wati. Lamtiar pun langsung saja berjalan cepat ke mobil.              "Lama sekali kau ini," ucap Jogi ketika Lamtiar baru saja duduk di dalam kursi mobil. "Ya maaf Jogi, namanya kan kita banyak tetangga, jadi kan banyak yang ingin pamitan dengan kita,"               "Ya ya baiklah baiklah," ucap Jogi mengalah. Kemudian Jogi pun langsung saja menghidupkan mesin mobil nya dan segera mengendarai mobil nya, meninggalkan rumah nya. Meninggalkan desa nya. Dan akan memulai kehidupan di tempat yang baru. []
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN