Heni memegang 4 buah undangan yang baru diterimanya dari OB. Undangan pernikahan putri salah satu dewan direksi di perusahaan itu. Sebuah undangan untuk dirinya, Fikri, Dany dan juga Pak Yusuf atasannya.
Sayangnya hari ini Pak Yusuf dan Fikri sedang pergi ke luar kota.
" Hai Dan apa kabar?" Heni memasuki ruangan Dany.
Dany sudah kembali bekerja setelah cuti beberapa hari.
" Alhamdulillah baik." Jawabnya singkat.
" Dany ini ada undangan buat kamu sama Om Yusuf." wanita itu menyerahkan kartu undangan yang dipegangnya.
" Dari siapa?" Tanya Dany sambil menerimanya.
" Pak Syamsudin, acaranya nanti malam minggu." Beritahu Heni.
" Ok. thanks." Ucap Dany. Ia menyimpan Undangan di atas mejanya. Tidak langsung membacanya.
" Kalau gitu permisi, aku mau balik kerja dulu." Ucap wanita yang setiap hari tata rambutnya berubah-ubah.
" Bentar." Dany mencegah kepergian Heni.
" Iya, ada apa?" Heni menahan langkahnya.
" Nanti makan siang bareng ya." Ajak Dany. Pemuda tampan itu butuh teman untuk makan siang. Biasanya kan bareng sang Papi.
" Makan di luar? Sorry ga bisa, aku bawa bekal dari rumah dan rencananya mau makan bareng Vio, Meila, Anggi dan Putri." Heni menolak ajakan Dany. Ia sudah janjian dengan geng rumpi nya.
" Ya udah kalo gitu aku ikutan. Kalian makan di ruanganku aja. Ntar aku order delivery aja." Dany keukeuh mengajak Heni. Sebenarnya ia ingin makan masakan Heni. Beberapa hari ini ia terbiasa makan masakan Heni.
" Hmmm, gimana ya kayanya ga bisa juga soalnya kita ada pembicaraan rahasia khusus kaum wanita. Dan kalau kamu ikutan kayanya mereka juga ga setuju." Heni tetap pada pendiriannya.
" Pelit amat sih. Sok sok an banget. Udah sana balik kerja." Dany menyerah. Ia mengusir Heni dan kembali mengurus pekerjaanya.
****
Malam Minggu disebuah gedung tepatnya di acara resepsi pernikahan,
Dany duduk di meja VIP seorang diri sambil menikmati minumannya. Usai memberikan ucapan kepada pengantin ia memilih mencari meja. Ia sedikit lelah karena tadi sore baru pulang futsal. Pandangannya sejak tadi tidak lepas pada sosok wanita cantik bergaun merah marun. Sayang wajahnya tidak terlihat jelas. Namun gerak gerik dan gaya berjalannya mengundang perhatian Dany. Anggun dan mempesona.
" Sendirian aja Pak Dany?" Seseorang menyapanya, mengaburkan pandangannya terhadap sosok yang dikaguminya.
" Eh Pak Aziz, Bareng sama Mami Papi " Jawab Dany.
" Kalau begitu permisi dulu ya Pak." Pamitnya sopan. Pria berusia 50an itu salah satu karyawan di bagian IT.
" Hai Dan...kamu sendirian? Mami sama Papi kamu mana?" Tiba-tiba wanita yang sejak tadi dikecengnya dari jauh mendekati dan menyapanya.
" Hai..." Dany tersentak kaget ternyata wanita bergaun merah marun itu Sekretaris Papinya.
Astaghfirullah, Kenapa bisa ga kenal gitu sih ternyata si mbak Heni. Gua kok bisa salah lihat gitu. Gua pikir gadis. Batin Dany menyesal.
Dany memperhatikan Heni dari ujung rambut sampai ujung kaki.
" Ngapain kamu lihat-lihat aku kaya gitu?" Heni merasa risih mendapat tatapan seperti itu.
" Geer banget sih, Lain kali kalau ke pesta pakai baju yang bener sedikit tertutup. Bahaya lho pake baju kurang bahan kaya gitu. Apalagi sendirian." Ucap Dany. Menyembunyikan kegugupannya. Sebenarnya bukan itu yang ingin disampaikannya.
" Ha..ha...terimakasih buat perhatiannya Bos Dany. Tapi ga usah repot-repot ngomentari aku. Terserah aku mau pakai baju apa juga. Itu hak aku. Emangnya kamu siapanya aku." Heni tertawa renyah mendengar ucapan Dany. Dany yang sok alim ngapain juga ngasih wejangan.
" Malam Pak Dany..." Anggi diikuti Putri menyapa Dany. Keduanya tadi mencari Heni.
" Malam" Jawab Dany ramah.
" Bapak sendirian aja?" Tanya Putri.
" Ini berdua." Jawab Dany sambil melirik ke arah Heni yang masih dalam posisi berdiri.
" Yeeh maksudnya datang ke sini sendiri. Mbak Heni mah sejak tadi bareng kita." Putri memperjelas pertanyaannya.
" Ayo...kita ambil makanan." Ajak Heni kepada para jomblowati sahabatnya.
" Duluan aja mbak aku duduk dulu di sini mau nemanin dulu Pak Bos." Ujar Anggi tanpa malu-malu. Sekarang ia mengabaikan ketua geng nya, padahal tadi wanita itulah yang dicari mereka.
" Ya udah aku duluan. Sekalian nyamperin Vio dulu." Heni berlalu meninggalkan Putri dan Anggi. Para Fans Dany yang sedang berusaha tebar pesona berharap si bos meliriknya. Syukur-syukur diajak pulang bareng.
Dany mulai tidak betah. Ia lebih baik melarikan diri dari kedua jomblowati itu. Sebelum mereka berulah dengan mengajaknya berfoto atau mencuri-curi fotonya untuk diunggah di medsos.
" Permisi, saya ke toilet dulu." Pamit Dany bohong kepada anak buahnya.
" Kita tunggu di sini ya Pak." Anggi tersenyum yang dibuat semanis mungkin.
" Ngapain kamu ngikutin aku?" Heni sadar bahwa Dany sudah berada di belakangnya.
" Aku mau ambil makan, sekalian nyari Vio dia bareng Alan kan." Jawab Dany beralasan.
" Modus, bilang aja ngehindar dari Putri dan Anggi." Cibir Heni. Ia sudah dapat menerkanya.
" Udah diam, teman-teman kamu itu pada aneh. Ngeri tahu lama-lama bareng mereka. Bisa-bisa aku diperkosa." Jawab Dany asal bicara.
" Ha...ha.." Heni tertawa geli membayangkannya.
" Btw Alan sama Vio mana sih?" Tanya Dany. Di acara pesta itu ia merasa bete karena datang sendirian tanpa pasangan ataupun teman.
" Tuh masih di sana lagi ngantri salaman." Tunjuk Heni. Wanita itu lalu asyik mengambil hidangan mpek-mpek.
" Mami sama Papi juga menghilang entah kemana." Dany mendengus kesal.
" Mbak Heni...." Seseorang menyapa dirinya.
" Hei Firman apa kabar? Aduh itu sama siapa?" Heni menyambut uluran tangan pria bernama Firman.
" Kenalin nih tunangan aku. Terus mbak sama siapa?" Pria itu memperkenalkan wanita muda di sampingnya sambil mencuri pandang ke arah Dany yang berdiri tepat di samping Heni.
" Ini Dany. Anaknya Pak Bos yang no 4." Jawab Heni ramah.
" He...he...Kirain calonnya mbak Heni." Firman menggoda Heni.
" Direktur Pemasaran yang baru." Heni mempertegas status Dany di perusahaan.
" Dan, itu Firman. Dulu kerja di kantor kita di bagian HRD. Keponakannya Pak Syam" Heni memperkenalkan Dany dengan Firman.
" Hai..." Dany menyambut uluran tangan Firman.
Firman dan tunangannya lalu pergi meninggalkan Dany dan Heni. Tanpa disadari Dany dan Heni malah asyik menjelajah setiap menu makanan yang terhidang. Heni menatap ngeri cara makan Dany yang tidak terkontrol.
" Kamu kelaparan ya? Dari pagi belum makan kayanya?" Heni menatap Dany ngeri.
" Makan siang cuma dikit, tadi habis main futsal.Lumayan cape banget" Jawabnya.
" Hai Dan." Tiba-tiba datang Vio dan Alan menghampiri mereka.
" Cie...cie...mbak Heni sama Pak Dany berduaan gitu. Mana Anggi dan putri?" Tanya Vio.
" Kebetulan. Oh iya aku mau nyari putri sama Anggi dulu. Permisi ya." Heni meninggalkan mereka bertiga.
****
" Belum pulang Hen?" Bu Ratih mendekati Heni yang sedang duduk sendirian. Tamu undangan semakin ramai.
" Aku nunggu dulu Anggi tadi aku kan numpang ke Anggi." Jawab Heni.
" Ya udah bareng kita aja." Tawar Bu Ratih.
" Hmmm, gimana ya." Heni bimbang.
" Udah kamu kasih tahu teman kamu kalau kamu pulang duluan." Perintah Pak Yusuf.
" Baiklah." Heni segera mengirim pesan untuk Anggi mengabarkan kalau dirinya pulang dengan keluarga Pak Yusuf.
" Lho kok kamu ikut bareng kita?" Tanya Dany heran.
Dany satu mobil dengan kedua orang tuanya.
" Iya, Mami yang ajak." Jawab Bu Ratih.
" Kamu keberatan?" Tanya Heni.
" Enggak. Ayo masuk." Dany membukakan pintu depan.
" Maaf ya Hen, Dany emang menyebalkan." Ujar Bu Ratih.
" Apaan sih Mi." Dany tidak suka dengan pernyataan ibunya yang memojokkan dirinya.
" Terlalu banyak ditekan oleh Fikri belum lagi stres gara-gara cewek jadinya rada sensitif. Harap maklum saja. Dany kan jomblo" Bu Ratih menggoda putranya.
" Dany terlalu serius sih." Timpal Pak Yusuf.
" Stres digodain karyawan di kantor juga tuh Om." Heni ikut bersuara.
" Satu lagi stres direcokin sama Sekretaris Papi juga. Komen, Saran dan kritiknya pedas Pi." Dany mengadu sambil melirik ke arah Heni yang duduk di sampingnya.
Semua yang ada di mobil menahan tawanya.
" Cepetan jalan Dan." Perintah Pak Yusuf mengakhiri pembicaraan mereka.
***
TBC