Tempat persembahan

1095 Kata
Sama halnya dengan Felicia, Ana juga menangis sesenggukan sambil berlari kencang dengan kaki telanjangnya. Dia menerjang semua ranting yang menancap kuat di kaki mulusnya. Ana tidak memperdulikan lagi rasa sakit yang dia derita dan terus saja berlari sambil menutup bibirnya dengan menggunakan lengan kiri. “Hiks, kenapa dia sejahat itu padaku ? aku bahkan sudah memberikan semua yang aku punya pada Felicia.” “Merelakan semuanya, aku bahkan tidak akan ragu untuk mengorbankan hidupku saat Felic dalam bahaya.” “Tapi mengapa dia harus sejahat itu ? Apa kesalahanku sampai Felicia tega mengkhianati aku di belakang sana ? Jika dia memang mencintai Frans, setidaknya dia harus jujur padaku ! di khianati seperti ini benar-benar sangat menyakitkan untukku Tuhan. Hiks.” “Aku benar-benar tidak mempunyai siapa pun lagi selain mereka berdua. Jika memang mereka tidak bisa menerimaku apa adanya ? lebih baik aku mati saja sekarang. Lebih baik kau cabut nyawaku daripada aku harus hidup kesepian dengan rasa sakit yang teramat dalam.” “Sejak dulu kau memang tidak pernah adil padaku. Setiap kali aku mencintai seseorang, kau selalu saja merebut mereka semua dari sisiku.” “Seperti dulu ibu dan ayah yang kau renggut dari sisiku. Sekarang kau juga melakukan hal yang sama lagi tuhan. Kau bahkan dengan tega merenggut Felicia yang sangat berharga di hidupku juga. Hiks. Sampai kapan ? Sampai kapan aku harus menderita seperti ini ? Hidup sebatang kara seorang diri tanpa keluarga. Sampai kapan kau akan terus mempermainkan hidupku seperti ini tuhan ? Aku lelah, aku benar-benar lelah sekarang.” Jerit tangis Ana tidak bisa lagi membendung kekesalannya. Tangisannya memecahkan kesunyian yang cukup pekat di hutan larangan. Kakinya terus saja berlari, tanpa memedulikan lagi peringatan dan teriakan dari seorang gadis yang saat ini tengah berlari juga dari arahnya yang berlawanan. Gadis tersebut menatap Ana dengan pandangan yang tidak biasa. Dia bahkan berlari tanpa mengenakan satu helai benang pun di dalam tubuh mulusnya. “HEI NONA.” Panggilnya, berhenti berlari hanya untuk memanggil Ana. “KAU MAU KEMANA ?" "JANGAN MASUK KEDALAM SANA NONA ! PERGI ! TEMPAT INI SANGATLAH BERBAHAYA.” “NONA SEBAIKNYA KAU IKUT BERLARI DENGANKU ! JANGAN LARI KE DALAM SANA ! DI DALAM SANA BUKANLAH TEMPAT YANG BAIK BAGI KITA YANG MANUSIA.” “NONA” “SEMUA ORANG DI SINI BUKANLAH MANUSIA” Teriakan terakhir gadis tersebut langsung menghentikan pelarian Ana. Dia berteriak dengan sangat kencang sambil melambaikan tangannya ke arah Ana. “Kemarilah !” Pintanya lagi. Memberi isyarat sambil menatap waspada ke arah sekelilingnya. Ana yang tadinya tidak ingin menghiraukan pun akhirnya jadi berhenti dan mencoba mendekati gadis tersebut. “Kau siapa ?” Tanya Ana saat sudah berada di depannya. Dia melepaskan sweater yang membungkus gaun selutut nya. “Pakai ini !” Lanjutnya lagi memberikan sweater tersebut pada gadis cantik yang saat ini tengah telanjang bulat di depannya. Sang gadis hanya bisa tersenyum haru sambil menyambar sweater tersebut baru memakainya. “Terima kasih. Maaf jika Sweater Nya menjadi kotor nantinya." Yang langsung di balas anggukan serta senyuman manis dari Ana. Ana menatap berkerut gadis tersebut. Dan sang gadis pun memahami arti tatapan dia kepadanya. "Nanti aku jelaskan kak. Sekarang lebih baik kita segera pergi dari sini secepatnya.Tempat ini sangatlah berbahaya kak.” Tuturnya lagi tetap mengulang kata yang sama. Ana yang hanya bisa memandang bingung ke arah wajahnya kini mulai membantu merapikan sweater tersebut di tubuh gadis manis di depannya. “Bahaya ?" Ulangnya lagi sengaja mempertegas kata di mulutnya. "Ada apa memangnya ? Apa kau sedang melarikan diri dari seseorang ?” “Mengapa kau tidak memakai satu pun pakaian seperti ini ? Siapa kau sebenarnya ? Dari mana asal mu dan apa yang kau lakukan di sini di tengah malam begini ?” Tutur Ana. Mengemukakan banyak pertanyaan yang ada di dalam otaknya. Gadis tersebut bahkan sampai kebingungan ingin menjawab yang mana dulu pertanyaan Ana. "Aku harus menjawab yang mana dulu pertanyaannya kak ?" "Kakak terlalu," "HEI." Namun seseorang sudah lebih dulu berteriak dari arah seberang mereka. Ana yang tidak bisa melihat jelas orang tersebut karena kondisi hutan yang memang sangat gelap di tambah kabut asap yang entah datangnya juga dari mana mendadak menjadi sangat pekat di sekitar sana. "Gawat. Mereka ternyata sudah menyusul sampai di sini. Ayo kak ! kita harus secepatnya pergi dari sini ! Kakak tahu kan jalanan untuk kita keluar dari sini ?" Sang gadis yang memang sudah tahu siapa mereka, segera menolehkan kepalanya ke arah Ana. Dia bertanya yang sayangnya pertanyaannya hanya di balas gelengan lemah wanita di depannya. "Bagaimana aku tahu ? Aku saja berlari ke sini tidak sadar." Tuturnya. Membuat sang gadis lagi-lagi menghembuskan napasnya dengan sangat berat. Gadis itu kemudian menarik tangan Ana agar segera lari menghindari mereka. "Kemana lagi setelah ini kak ? belok kiri atau kanan ?" "Aduh. aku lupa lagi jalanan sini, Kiri aja ya kak ?" Tanya-nya lagi. Pertanyaan sendiri di jawab sendiri pula oleh gadis tersebut. Ana pun hanya menganggukkan kepalanya saja mengikuti kemana pun gadis itu membawanya. Sudah terlanjur. Lagipula dia juga sudah sampai di sini, ingin kabur pun Ana tidak mengetahui jalannya. Daripada tinggal sendiri di dalam hutan lebih baik Ana mengikuti langkah kaki orang di sampingnya. "Itu ada cahaya kak. Siapa yang tahu di sana ada orang yang bisa membantu kita. Kita ke sana ya ?" Belum sempat Ana menjawab ucapannya. Lengan itu kembali di tarik oleh gadis yang ada di sampingnya. Tarik menarik, sejak tadi Ana hanya di tarik oleh sang gadis yang kini wajahnya bahkan sudah terlihat berbinar hanya dengan melihat sebuah cahaya di depannya. "Kak. Sebentar lagi kak. Sebentar lagi kita akhirnya akan pulang." "Setelah aku pulang juga aku akan segera melaporkan kejadian malam ini pada polisi. Aku tidak akan membiarkan gadis-gadis lain yang seumuranku di jadikan tumbal oleh orang-orang busuk itu." Ujarnya mengarah pada nama pemangku adat di sekitarnya. Sang gadis yang baru Ana ketahui namanya siapa, mengatakan sesuatu yang begitu mengejutkan bagi dia. "Maksudmu ? Apa maksudmu dengan orang-orang busuk itu meta ? Apa kau di culik oleh mereka atau bagaimana ? Siapa orang-orang busuk itu ?" Tanya-nya masih di tarik kencang tangannya oleh Meta. Bedanya sekarang mereka berjalan pelan tidak berlari lagi seperti tadi. "Itu dia orang-orangnya kak." Bukannya menjawab pertanyaannya. Meta malah berkata yang lainnya. Ana pun hanya mendelikkan matanya melihat euforia dari gadis cantik di depannya. "Eh. tapi kenapa pakaian mereka terlihat berbeda ya ? Rasanya ada sesuatu yang aneh." Ralat nya lagi. langsung menghentikan kakinya begitu mereka sudah berjarak beberapa langkah dengan orang-orang di depannya. Ternyata tempat itu adalah tempat diadakannya acara persembahan untuk Meta yang tadi sempat melarikan diri saat hendak menuju kesana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN