Yervanta Dickran

1204 Kata
Dickran sedang bersama dengan selir kesayangannya. Ketika semua prajurit saling berlomba untuk memburu pemberontak nakal yang saat ini malah jelas-jelas sudah masuk kedalam sarang utama mereka. Selir Guenlue sedang asik mendesah. Dickran terus memompa. Sedangkan diluar sana keributan yang berasal dari para pengawal dan anak buahnya semakin menjadi. "Yang mulia, Akh. Diluar ?,,, Diluar apakah sedang terjadi sesuatu ? Aku,,, Yang mulia, Pelan-pelan ! Tuan, Akh." "Sialan." Plak. Ketika gadis siluman tersebut mencoba untuk memberitahu keributan yang ada diluar sana Dickran malah memukul pantatnya. Plak. Brukk... Dickran memukul p****t sang wanita, kemudian membaliknya sehingga selir Guenloe tidak sempat merespon malah hilang keseimbangan saat Dickran melempar pundaknya hingga ia jatuh tengkurap membelakangi tubuhnya. Tanpa memperdulikan semua orang yang saat ini tengah lari terbirit-b***t sambil meneriakan kata 'Pengkhianat pada kedua wanita diluar sana. Sebenarnya Dickran tahu apa yang sedang terjadi diluaran sana, namun karena dia tidak pernah mengurusi hal yang tidak penting seperti itu, makanya dia memilih untuk mengabaikan saja. Selir Gounloe juga hanya asik mendesah sambil meliukan badannya. Berbeda dengan kaum manusia, bangsa mereka sanggup melakukan persetubuhan hingga berulang kali. Jika manusia setelah bersetubuh akan ada bekasnya, kalau mereka tidak pernah akan ada bekas. Yang wanita akan menjadi perawan kembali, sedangkan yang pria akan semakin bertambah staminanya oleh karenanya setiap tahun bangsa mereka selalu meminta tumbal gadis perawan, tujuannya adalah untuk dipersembahkan pada Rajanya. Gadis itu yang nantinya akan menggantikan tugas para selir untuk melayani raja Mereka. Dickran akan menggagahi gadis yang ditumbalkan oleh kepala sukunya. Hingga gadis itu lemah bahkan kehilangan nyawa, barulah nanti jasadnya dia berikan pada anak buah terpilihnya untuk dijadikan santapan bagi mereka yang belum bisa merubah bentuk. "Hadang gadis yang memakai baju itu ! aku hadang gadis yang tadi dipersembahkan, sisanya kalian urus lalu bawa dia ketempat semula !." "Kak ANA,..." Jleb. Baru setelah darah keluar akibat Ana yang tidak sengaja menginjak sesuatu dibawah kakinya. Dickran melepaskan sinar keemasan dimata biru lautnya. Mendengar nama 'Ana' dan bau amis yang dikeluarkan oleh wanita tersebut. Pria yang berstatus raja tersebut tiba-tiba bangkit lalu menyibak tirai yang menghalangi pintu kamarnya. "Ana ?." Ulangnya. Seperti dia mengingat sesuatu dengan nama tersebut. Darah yang keluar dari kaki Ana semakin banyak. Semua prajurit sudah berkumpul mengelilingi dirinya. Bau amis tersebut membuat mata mereka buta. Ana seperti santapan segar dimata semua siluman. sementara Dickran segera bergegas sambil memakai jubah disetiap langkahnya. Dari arah samping, posisi paling sudut dari tempatnya, rupanya benar gadis tersebut tengah duduk meringkuk sambil memeluk lututnya. Ana ketakutan dengan semua orang yang berperilaku tidak normal terhadapnya. "Pergi ! pergi kalian semua !." Teriaknya. Taring Dickran langsung keluar begitu melihat semua anak buahnya berbondong-bondong untuk menyerang perempuan yang sudah dengan lancang menggetarkan sesuatu didalam dirinya. Hanya dengan satu kali kepakan semua pria aneh tersebut terhempas satu meter dari posisi Ana. Sambil mengatur emosi Dickran menghampiri wanita asing tersebut. "Aneh kita baru saja bertemu tapi kenapa begitu aku bersitatap dengan mata kecil ini, sesuatu didalam diriku seperti ada yang bergetar ? Sebenarnya, siapa kau sebenarnya anak manusia ?." Sambil bertanya sambil dia cengkram kedua sisi dari dagu belah Ana. Dickran membolak-balik wajah Ana kekiri lalu kekanan. Wajah dan kecantikan dari gadis ini memang tidak terlalu spesial. Masih banyak gadis-gadis dalam haremnya yang jauh lebih cantik dari gadis ini tapi sesuatu yang ada didalam mata Ana dan juga darah segar yang baru saja menetes ditanah kekuasaannya. Kedua hal tersebut benar-benar menarik Dickran sehingga dia sulit sekali untuk berpaling dari hadapannya. "Ana ? temanmu tadi memanggilmu Ana ? Hai manusia, apakah sebelumnya kita pernah bertemu ?." Sedangkan yang ditanya malah semakin menenggelamkan wajahnya ketika Dickran dengan sorot keemasannya menatap Ana lalu melepaskan cengkeramannya. Ana dibuat syok dengan seluruh kejadian ini. Para prajurit tadi yang mencoba mengejarnya kembali menghampiri Ana. Dickran refleks menolehkan kepalanya. Rupanya, darah ini juga memancing wajah asli dari beberapa makhluk ini. Segera setelah dia memberi kode untuk tidak mendekat, Dickran membalut luka Ana dengan tali jubahnya. Ana merinding ketakutan saat berada terlalu dekat dengan mereka. Dia menatap mata Dickran untuk meminta pertolongan "Ttolong, Tolong jangan sakiti aku tuan ! Tolong maafkan aku jika aku menyinggung ketentraman kalian semua. Aku hanya sedang tersesat dihutan ini. Tolong kalian jangan sakiti aku, Hiks, Hiks. Aku ingin pulang,... tolong kembalikan aku pada keluargaku,... Hiks, Hiks,..." Apalagi tadi teman barunya juga sudah tidak terdengar lagi suara teriakannya sedikitpun. Ana terus menatap Dickran dengan mata bulatnya. Anehnya lagi, semakin dickran melihat mata Ana, semakin dia tenggelam dengan mata indah tersebut. Detak jantungnya selalu berpacu lebih. Hingga didetik selanjutnya, raja dari seluruh kawasan dihutan itu memilih untuk menggendong Ana daripada menjadikannya santapan liar untuk para anak buah laparnya. Didalam gendongan pun Ana juga hanya menyembunyikan wajah dibalik jubah tidur milik Dickran. Tidak lagi berniat untuk kembali pada kediaman para selirnya ataupun selir utamanya selir Guenloe. Dickran langsung membawa Ana kedalam kamar pribadinya. Ana dibaringkan disebuah ranjang kuno yang besar. Aneh sekali, dihutan belantara seperti ini, mengapa ada tempat dan kamar seluas ini ?. Dickran mengusap kelopak mata Ana ketika mata bulat tersebut tidak berhenti melotot menatap sekeliling lalu berpindah menatap keatas langit-langit kamarnya. Suasana gelap dan juga mencekam memang terasa begitu kental diruangan ini. Sebelumnya, kecuali Ana, semua istrinya juga tidak pernah ada yang berani memasuki kamar Dickran. Sekalipun selir Guenloe merupakan selir istimewa dan juga kesayangan dari raja buas tersebut, tapi untuk urusan privasi, jika Dickran mengatakan tidak boleh ada yang masuk kedalam kawasannya, maka satupun diantara mereka tidak akan ada yang berani masuk kedalam kawasan tersebut. Ana mengedipkan matanya setelah Dickran mengusap kelopak mata bulat miliknya. Dia ingin tahu lebih dalam mengenai tempat ini tapi sepertinya pria yang membawanya tersebut sedang dalam keadaan terburu-buru. Dickran hanya memberi pesan pada Ana agar tidak pernah keluar dari kamar ini !. "Satu inci-pun aku sarankan jangan berani keluar dari kamar ini ! Nanti setelah aku pulang baru aku akan jelaskan semuanya ! Kamu boleh bertanya apapun yang ingin kamu tanyakan nanti ! Tapi jika satu kali saja kamu melanggar perintah dariku, Heum..." Kalimat yang dikatakan Dickran menggantung seiring dengan tatapan matanya yang mengarah kearah luar jendela. Ana mengikuti kemana arah tatapan mata Dickran. Para anak buah menyeramkan itu lagi ? Saat Ana berbalik untuk menatap kearah mereka, semua siluman tengah menggeram kearah dirinya. Dickran memicing melihat respon ketakutan Ana pada semua prajuritnya. "Maka tanpa perlu dijelaskanpun kamu pasti tahu resikonya." Ucap Dickran, lalu setelah itu dia menghilang. Dickran memilih kembali ketempat persembahan untuk melanjutkan kembali ritual rutinnya. Gadis yang tadi kabur juga kini sudah berhasil diikat kembali dengan kondisi terlentang. Dalam kondisi yang sepenuhnya telah telanjang, diikuti jubah panjangnya, Dickran tanpa iba naik keatas panggung persembahan tersebut. Meja yang tadinya kokoh menopang berat badan gadis tersebut pun mulai bergoyang ketika Dickran naik keatas tubuhnya. Melakukan persetubuhan didepan para rakyatnya dan juga seluruh selir yang dimiliki Dickran. Perempuan tidak berdosa tersebut menjerit kesakitan saat sesuatu yang sangat besar menembus kedalam inti paling dijaga olehnya. "Aaaaaaa,... Tidaaaakkk." Teriak wanita tersebut seraya menerima hujaman kasar dari raja bringas diatasnya. Seluruh penonton disana tidak ada satupun yang berani berkomentar. Semua mata hanya menatap tajam kearah gadis dan juga junjungan agungnya. Dickran menghirup dalam aroma tubuh dari gadis tersebut. Darah perawan memang sangat berbeda. Meskipun semua istrinya kembali perawan setelah disetubuhi olehnya, tapi ketimbang dengan darah perawan asli dari bangsa manusia, dia lebih menyukai darah perawan seperti ini.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN