33. Ultimatum Desya

2336 Kata

Mas Dhika jadi mengajakku keluar bersama Dek Arun. Karena ada tujuan melihat sunrise, kami berangkat malam hari. Dek Arun adalah alasan aku menyanggupi ajakannya. Karena kalau tidak ada dia, sudah pasti ajakannya akan kutolak mentah-mentah. “Mbak Desya!” Dek Arun langsung menghampiri begitu melihatku keluar gerbang. “Kemarin belum sempet kenalan yang pantes. Sekarang aku mau kenalan lagi.” Mendengar nada Dek Arun yang tiba-tiba santai, entah kenapa aku senang. Itu artinya, aku juga harus ikut santai agar dia nyaman. “Mau kaya gimana kenalannya?” Dek Arun meringis. “Aneh juga, ya? Intinya aku Arun, Mbak. Senang ketemu Mbak Desya.” “Sama. Aku juga seneng akhirnya lihat kamu.” Aku menengok rumahnya. “Masmu mana?” “Lagi siap-siap. Dia tadi tidur dulu karena mau nyetir jauh.” “Oh, gitu.”

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN