34. Sejumput Kemajuan

2037 Kata

Aku mendengar pintu diketuk agak keras dan berulang. Aku melirik jam dinding, saat ini baru pukul setengah lima kurang sepuluh menitan. Aku buru-buru bangun karena ketukan itu tak kunjung berhenti. Dengan mata setengah melek dan badan yang agak menggigil karena selimut tebal sudah melorot dari badanku, aku mengikat rambut dan bergegas membuka pintu. “Kenapa bangunin pagi-pagi banget, Mas?” tanyaku begitu pintu sudah terbuka. “Karena memang sudah saatnya kalian bangun.” Mas Dhika tiba-tiba mundur, lalu menatapku dari atas sampai bawah. “Eh, bentar!” Menyadari penampilanku saat ini, aku langsung menutup pintu keras-keras. Aku menoleh ranjang, untungnya Dek Arun tidak terganggu dengan suara pintu. “Tunggu satu menit!” Mataku kini sudah terbuka sempurna. Aku bergegas ke arah cermin, meliha

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN