30. Horor yang Sesungguhnya

2150 Kata

Aku dan Mas Dhika masuk bioskop membawa banyak makanan. Ini melebihi yang kumau karena ternyata Mas Dhika sendiri juga lapar. Dia membeli lebih banyak dari yang kubeli. Seperti biasa, aku tidak diperbolehkan membayar sendiri. Terlebih, malam ini aku memang ‘diculik’. Semua kebutuhan korban, harus ditanggung ‘Si Penculik’. “Sebelum mulai film-nya, saya makan dulu, Mas. Kan enggak lucu kalau sampai keselek saus.” “Iya.” Makanan di bioskop memang relatif mahal daripada beli di luar. Untungnya enak, jadi ya sudahlah. Kurasa, sejak aku hidup berhemat setengah tahun terakhir, banyak sekali makanan yang tadinya terlihat biasa-biasa saja harganya, kini menjadi sangat mahal di mataku. Memang benar kata orang-orang. Mahal atau tidaknya sesuatu tergantung kita punya uang atau tidak untuk membelin

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN