47. Rahasia yang Tertunda

2216 Kata

“Pokoknya aku enggak setuju. Cowok di dunia ini masih banyak. Dia hanya salah satu.” Untuk kesekian kalinya, Mas Dipta menyuarakan ketidaksetujuannya. Setidaknya ada lima kali dia mengatakan hal yang kurang lebih sama. Benar-benar menjengkelkan! Saat ini kami masih di perjalanan pulang ke rumah Mas Davka karena sebelumnya kami sempat mampir membeli jus buah titipan Mbak Ara. “Alasannya karena dia adalah cinta pertama Mbak karin, ya, Mas? Iya?” akhirnya aku berterus terang. Seketika itu, Mas Dipta menepikan mobilnya. “Kamu bilang ke Desya soal beginian, Rin?” Mas Dipta menatap Mbak Karin tak percaya. “Enggak gitu, Mas—“ “Mas jangan salahin Mbak Karin.” Aku menyela. “Aku enggak nyalahin. Cuma nanya.” “Aku cuma bilang ke Desya—“ “Biar aku aja, Mbak, yang jelasin.” Mbak Karin mengang

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN