Yuda

1171 Kata
Raka yang kini berada di kantornya turut melihat berita di televisinya. Di layar televisi ada berita tentang seorang gubernur yang di telah di culik oleh dua orang penjahat. Namun gubernur bernama Wira itu berhasil selamat. Hanya ada dua korban jiwa di kejadian itu, yaitu dua penjahat yang menculik Wira. Banyak hal yang terjadi akibat kejadian itu, hutan lindung di ibu kota terbakar karenanya. Sebanyak 3 bom berhasil di temukan dengan keadaan yang sudah terbakar dan hancur. Polisi masih terus menyelidiki kejadian itu dan mencari motif di balik penculikan Wira. Hanif rekan baru Raka mengganti saluran berita menjadi saluran olahraga. Di sana ada dua petinju yang sedang bertarung merebutkan gelar juara. "Heh Ka, kamu kan pindahan dari ibu kota kamu tau gak sih tim merak yang terkenal itu" tanya Hanif pada Raka. "Gak kenal gue" jawab Raka singkat. Ia kembali mengetik laporan yang di minta oleh atasannya. Di kota Hoga memang identitas mereka tidak di ketahui. Bahkan anggota militer dan polisi biasa tak akan tau wajah mereka. Semua anggota tim merak selalu menggunakan penyamaran di setiap tugas mereka. Hanya beberapa petinggi militer yang tau wajah asli mereka. "Asli aku ngefans banget sama snow white" ucap Hanif yang kini duduk di sebelah Raka. "Kenapa ?" tanya Raka, bisa- bisanya ada yang ngefans dengan dirinya. "Jago kelahi, jago nembak ah pokoknya aku suka banget" jawab Hanif. Raka bergedik ngeri, kata suka dari Hanif membuatnya jijik. "Idih suka- suka dia kan cowok" ucap Raka. "Eh ? Masa ? Kan snow white ?" Hanif sepertinya tak tau bahwa kode snow white adalah seorang pria. "Hadeeeh gak tau lah fans bodong lu" ucap Raka sambil berlalu, ia akan menyerahkan dokument ke ruang atasannya. Setelah sampai dia ingin mengetuk pintu ruangan milik pak Agung, kepala polisian di kantor tempatnya berada. Namun sepertinya Agung sedang mengobrol lewat telepon dengan seseorang. Pertama- tama dia biasa saja cuek dengan suara Agung yang berbisik- bisik. Namun ia sedikit kepo karena atasannya itu terdengar marah- marah. Ia menajamkan pendengarannya. "HALAH ! KALO BUKAN KARNA IDE DIA KITA GAK BAKAL KENA MASALAH !" "SERIUS DEH AKU ITU UDAH MAU NAIK JABATAN ! TAPI GARA- GARA JABATANKU DI UNDUR !" "AH GAK TAU LAH b*****t EMANG" Raka tak mengerti kenapa atasannya emosi seperti itu. Namun perkataan Agung selanjutnya membuat Raka mengepalkan jarinya emosi. "ANDAI RIDWAN GA MATI, BISNIS KITA BAKAL TETEP LANCAR" "DIA BAKAL SELALU JADI BONEKA KITA" Raka masih ingin mendengar percakapan itu, namun ada seseorang yang juga datang ke ruangan Agung. "Rak, pak Agung gak ada po ?" tanya salah satu polisi devisi lain. "Oh ini saya baru dateng, baru mau ngetuk pintu" jawab Raka berakting, ia mengatur kembali ekpresi wajahnya. Agung yang mendengar ada orang di luar ruangannya sedikit kaget, dengan cepat ia menyudahi sambungan teleponnya. "Besok kita ketemu langsung aja untuk ngomongin langkah selanjutnya" ucapnya cepat. Agungpun keluar dari ruanganya. "Ada apa ?" tanyanya bingung karena di luar ruanganya ada Raka dan Yuda. "Mau ngasih laporan pak" jawab Raka singkat. Dia memberikan tumpukan kertas kepada Agung. "Oh thanks ya Ka, kamu itu baru lima bulan di sini kerjamu bagus banget" "Heran banget orang setekun kamu sampai di pindahin dari ibu kota" ucap Agung. "Justru itu pak, banyak yang gak mau kesaing" ucap Raka. "Dan saking jujur dan bersihnya saya mungkin banyak yang mau nyingkirin saya hehe" "Kaya bapak kan ? Iya kan pak ?" lanjut Raka, ada dua arti dalam pertanyaannya. "Maksut kamu saya gak jujur ? Gak bersih ?" tanya Agung balik, wajahnya sungguh tak enak di pandang. "Haha maksut saya itu saya itu jujur dan bersih makanya di pindahin ke sini kerja sama orang yang jujur dan bersih kaya bapak" jelas Raka. 'Cuih' dalam hatinya, Raka ingin meludahi wajah atasannya itu. "Oh jelas, eh kalo kamu Yud ? Kenapa ?" Agung kini menghadap ke arah Yuda untuk bertanya pada pemuda berkaca mata itu. "Saya cuma mau bilang laptop bapak udah berhasil saya bersihin" ucap Yuda. Dia menyerahkan laptop hitam milik Agung yang beberapa waktu lalu terkena virus. Data di dalamnya lenyap. "Terimakasih ya, tapi kamu gak buka file di dalamnya kan ?" tanya Agung sambil tersenyum. Raka tau mungkin Agung sedang tersenyum, namun dalam hatinya ia gelisah. Pasti di dalam laptop itu ada data yang penting untuknya. "Tak buka pak tapi di password, kenapa pak ? Ada vidio kaya gitu ya ? Wkwk" Yuda mencoba bercanda pada atasannya itu. "Heh ! Enggak lah ! Tapi yakin kamu gak ngutak- ngatik file saya ?" tanya Agung menekan Yuda. "Enggak pak saya cuma bersihin virus aja, tapi pak virusnya agak aneh sih itu" ucap Yuda serius. "Kenapa ?" tanya Agung ingin tau. "Virusnya sampe masuk ke file dan perangkat lunak, laptopnya gak tersambung sama hp kan pak ?" tanya Yuda lagi. "Eh kesambung sih tapi gakpapa kan ?" Agung terlihat gelisah. "Gakpapa pak virusnya udah hilang kok, tapi mungkin ada beberapa file yang hilang, soalnya virusnya bandel banget emang" jelas Yuda panjang lebar. Wajah Agung kembali terlihat tenang. "Bagus deh yaudah pada lanjut kerja" ucap Agung, ia kembali masuk ke dalam ruangannya. Sepertinya ia ingin menelepon seseorang lagi. Raka ingin sekali menguping pembicaraan Agung, namun Yuda masih di sana. "Kamu gak balik lagi Yud ?" tanya Raka. "Eh enggak mas, udah selesai bagian IT emang gak terlalu banyak kerjanya" jawab Yuda. "Mas gak kembali ke ruangan ?" Yuda balik bertanya pada Raka. "Hmmm kamu duluan aja" ucap Raka pada Yuda. "Oh yaudah snow eh mas Raka" Telinga Raka tak pernah salah dalam mendengar. Ia jelas- jelas Yuda akan memanggilnya snow white, kode namanya dalam tim merak. Yuda yang panik karena keceplosan segera berjalan pergi. Raka yang ingin menguping pembicaraan Agung, menjadi lebih ingin mendengar penjelasan Yuda. Bagaimana pemuda itu tau kode namanya, dan tau wajah aslinya ? Raka mencoba menyusul Yuda, Yuda yang telah berjalan lebih dahulu kini berbelok ke arah toilet. Yuda tau ia di ikuti oleh Raka, ia bersembunyi di balik bilik toilet. Raka masuk ke dalam tolet ia melihat ada beberapa petugas dan karyawan yang sedang berada di sana. Ia mencari dimana Yuda berada, mungkin pemuda itu sedang kebelet bab. Semua toilet sedang di pakai, Raka tidak tau di mana persis toilet mana yang di pakai Yuda. Raka menunggu ia berpura- pura membasuh wajahnya. Satu persatu toilet di buka, menampilkan beberapa wajah yang Raka tak kenal. Toilet pria itu kini kosong. Meninggalkan Raka yang berdiri menunggu satu pintu yang belum terbuka. Begitu hening. Yuda mencoba berpikiran bahwa Raka sudah keluar dari sana. Yuda tau devisi Raka sungguh sibuk, apa lagi ada beberapa pengedar yang kini banyak tertangkap di kota Hogga. Namun ternyata pikirannya salah. Ia melihat Raka duduk sambil melipat tangannya di depan d**a. Raka melihat Yuda dengan mata memincing. Pintu toilet di ganjal olehnya, pantas tak ada orang yang masuk. Yuda sangat takut karena Raka kini makin mendekat ke arahnya, dan menjadi lebih takut karena badannya kini terangkat ke atas. Ia tercekik, kerahnya di angkat oleh pria dengan bekas luka di dahi itu. "Siapa lu ? Kenapa lu bisa tau gue snow white ?" ucapnya dengan nada kejam. Yuda menelan ludahnya. 'Mulut s**l' batinnya merutuki diri sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN