kapal berwarna biru (last)

1114 Kata
Polisi laut bernama Haikal masuk ke dalam tempat penyimpanan ikan. Ia melihat berbagai ikan yang telah berada di dalam ice box itu. "Bilang sama Awang atasanmu bos saya sudah transfer uang ke dia" "Kenapa pula kau suruh kami kembali kesini" ucap Egar berusaha menyembunyikan rasa gugupnya. Ia memang tak takut karena bosnya telah membayar salah satu petinggi polisi laut agar tak memeriksa kapalnya. Namun disisi lain ia juga takut tertangkap membawa barang haram di dalam ikan yang di angkutnya. "Awang ?" tanya Haikan dengan nada mengejek. Haikal menelepon seseorang "Halo ? Periksa aliran dana Awang dan tangkap dia sekarang". Egar yang mendengar itu menjadi takut, ia tiba- tiba menjadi pendiam. "Hei kau itu bawa apa sampai harus bayar petugas hah ?" tanya Haikal tegas. "Bawa ikan kan ? Mencurigakan" ucap Haikal lagi. "k-kami gak bawa apa- apa pak cuma ikan segar aja untuk di jual" jawab Egar degdegser. "Masa sih ?" tanya Haikal dengan nada mengejek. Sebenarnya ia sudah tau apa yang di bawa oleh kapal itu, namun ia ingin menggoda kru di kapal bernama unik itu. Ia ingin tau mereka akan menyerah secepat itu atau tidak. "Iya bah, pak kau lepaskan kami di sini tidak ada apa- apa" ucap Egar dengan melas. Semua anak buahnya juga manggut- manggut dan berwajah melas agar Haikal melepaskan mereka. Mereka juga takut di penjara sepertinya. "Aku tau kalian masih muda masih polos membutuhkan uang, tapi uang haram itu yang kalian makan tau gak ?" tanya Haikal pada para pemuda kru itu. "Halal itu pak orang ikan" ucap salah satu pemuda yang gemuk. "Iya ikannya halal, narkobanya itu yang haram" ucapan Haikal membuat Egar keringat dingin. Semua anak buahnya juga menjadi kaget dan bingung. "Eh jangan asal bicara ya pak, kami mana ada bawa n*****a" ucap Egar masih berpura- pura. "Kami ini bawa ikan ! Lagian bapak lihat ada n*****a ?" tanya Egar masih sedikit percaya diri. Ia yakin n*****a di perut ikan itu tak ketauan karena ikan yang di masuki n*****a berada di dasar box. Dan ikan itu juga mempunyai spesies berbeda dari yang di atas agar mudah di kenali. "Enggak sih" ucap Haikan tersenyum misterius. Egar menghembuskan nafasnya lega, ia kembali berwajah congak. "Nah kan lepasin kami" ucap Egar dengan nada marah. "Iya sih saya gak ada, tapi mereka ada" ucap Haikan sembari memperlihatkan gambar di handphonenya. Disana mobil putih bertuliskan mobil berwarna biru berhasil di amankan oleh polisi. Di dalamnya terdapat box yang berisi ikan, ketika di buka di perutnya terdapat n*****a yang terbungkus plastik kecil. Semua anak buah Egar kembali tegang, mereka melihat ke arah Egar. Berharap Egar menemukan jalan keluar dari masalah ini. "Aku gak tau itu apa" ucap Egar bohong. "Oh ya ? Terus ini apa ?" Haikal menggeser gambar di handphonenya. Di sana terpampang wajah Egar beserta krunya yang sedang membawa box yang sama dan memasukannya ke dalam mobil yang sama seperti di vidio tadi. "Pak kami sudah menemukan ikan yang di dalamnya ada barang bukti" ucap bawahan Haikal. "Tuh udah ada bukti" ucap Haikal pada Egar. "Bagus turukan semuanya dan amankan, tangkap mereka semua" ucap Haikal pada semua petugas yang bersamanya. "Bukan aku aku gak tau itu kok bisa disitu" ucap Egar masih saja berbohong. "Heh aktingmu jelek, gak bisa kamu jadi aktor" ucap Haikal pada Egar. "Karena aku sutradaranya" lanjut Haikal lalu tertawa. Setelah semua selesai dan tertangkap Lisa dan timnya kembali ke rumah. Tugas introgasi dan yang lainnya itu sudah menjadi ranah yang berbeda. Karena target utama mereka adalah Ridwan. Lisa dan rekan- rekannya di antar menggunakan mobil untuk menghindari kebisingan di area komplek. Mereka berjalan dengan santai agar tak membuat suara takut target mereka tau. Dengan hati- hati mereka memasuki rumah dan duduk untuk mengamati rumah yang di tempati oleh Ridwan. Tiba- tiba seseorang masuk ke dalam rumah itu dengan terburu- buru. Lisa, Wisnu, Raka dan Leon mengintip dari balik jendela. Lampu di kamar paling atas itu menyala, dari luar terdapat bayangan dua orang sedang berbicara serius. "Tumben banget dia gak hati- hati" komentar Raka. "Ssttt" ucap Lisa menyuruh Raka untuk diam. Leon yang beberapa hari yang lalu telah memasang penyadap lewat senapan anginnya mencuri dengar pembicaraan itu lewat airphonenya. "Kok bisa ketangkep ?" tanya suara pria yang sepertinya Ridwan terlihat sangat marah. "Saya gak tau, tapi sepertinya pak Ridwan memang harus segera pindah tempat" "Takut ketawan" ucap lawan bicara Ridwan. "Haduh pusing aku harusnya dia yang ketangkap ! Aku itu cuma boneka dia !" ucap Ridwan terdengar frustasi. "Harusnya aku tidur sama istri sama anak tapi malah kejebak sama dia!" "Siapa memang pak ?" tanya lawan bicara Ridwan. "Minto kamu pasti tau orangnya" jawab Ridwan membuat Lisa dan rekan- rekannya penasaran. "Dia itu sangat terkenal dan sering masuk tv" "Kamu gak bakal percaya karena dia itu terkenal baik dan dermawan" "Tapi diam diam dia itu bandar n*****a, banyak simpanan, bandar judi, banyak lah korupsi tak perlu di ragukan lagi" Ridwan berjalan mondar- mandir terlihat dari bayangannya yang berjalan ke kiri dan ke kanan. "Bikin kepo pak" ucap Minto penasaran. "Mau tau ?" tanya Ridwan pada Minto. Minto menangguk. "Dia itu.." 'Kringg krringng' handphone Ridwan berdering membuatnya tak jadi melanjutkan perkataannya. "Nih panjang umur orangnya" ucap Ridwan. "Matiin lampunya nto tak angkat telepon ini dulu" ucap Ridwan lalu berlalu pergi. Minto mematikan lampu membuat bayangannya dan Ridwan ikut lenyap. "s**l dikit lagi padahal" ucap Lisa greget. Semua anggotanya juga ikut gemas dengan Ridwan yang tak melanjutkan ucapannya. Dengan jawabannya tadi terjawablah misteri siapa dalang di balik semua itu. "Minto orang itu nyuruh aku keluar negeri besok" ucapan Ridwan membuat tim merak kembali sunyi. Mereka fokus mendengarkan obrolan dua orang yang berada di dalam rumah depan mereka. "Tapi bapak kan buronan" ucap Minto ceplas ceplos. "Besok dia bakal bikin kejadian yang menggemparkan agar media dan polisi fokus kesitu" ucap Ridwan. "Sebenarnya dia siapa to pak ?" tanya Minto kembali penasaran. "Oh belum tak kasih tau ya ?" ucap Ridwan lagi. "Sini" Tim merak merak menajamkan telinganya. Ridwan membisikan sebuah nama yang membuat Minto tak percaya. "Asuuu pake bisik bisik" ucap Raka lirih. "Hah ? Masak to pak ?" ucap Minto kaget. "Kamu gak percaya kan ?" tanya Ridwan. Minto mengangguk. "Ya gitu deh manusia gak ada yang tau"ucap Ridwan. "Iyeee kek elu kan" komentar Raka gemas, padahal Ridwan juga sama busuknya. Ia rela menjadi boneka walaupun tau itu salah. Wisnu mengelus pundak Raka, menyuruhnya sabar. "Memang dia bakal bikin heboh apaan pak ?" tanya Minto kepo. "Yang pasti bikin semua orang gempar nto" jawab Ridwan. Kemudian mereka kembali hening, begitu juga dengan tim merak. Mereka berpikir kejadian heboh apa yang akan terjadi esok, sehingga media dan polisi sampai menyorot kejadian yang akan terjadi itu. "Apapun kejadian itu kita harus tangkap Ridwan hidup- hidup" ucap Lisa dengan nada serius.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN