s**t !

1315 Kata
'Ting ting ting' "Bakso bakso" suara familiar memasuki pendengaran Lisa. "Lah komandan jadi tukang bakso" ucap Lisa sambil berbisik. Ia, Raka dan Wisnu bersiap- siap di ruang tamu yang tak dikunci, mereka memantau lewat jendela yang di pasangi kaca pelindung oleh mereka. Mereka memakai rompi anti peluru, pistol dan peralatan yang sudah mereka selipkan di celana. Leon sudah siap mana kala harus terpaksa menembak siapapun yang menghalangi dari atas kamar. 15 menit yang lalu ada mobil memasuki halaman rumah yang di tempati Ridwan. Kini sudah banyak polisi yang berjaga dan beberapa menyamar menjadi warga biasa. Bukti sudah banyak terpampang membuat Ridwan sudah langsung bisa di jebloskan ke dalam penjara dan di hukum seberat- beratnya. Masalahnya di kompleks ini terlalu banyak warga yang tak bersalah, mereka harus berhati- hati agar tak menyebabkan korban. Dari speaker masjid sudah di siarkan agar warga diwajibkan berada di dalam rumah. Akan ada penangkapan kucing dan anjing liar, memang tak masuk akal namun warga di harapkan kooperatif. Dari dalam rumah, Ridwan sudah berkemas dan memakai baju yang rapi. Ia keluar dari dalam rumah lalu melihat ke sekitar, kompleks itu sepi. Mungkin karena siaran tadi, membuat warga disini hanya berdiam diri dirumah. Ridwanpun tak habis pikir karena siaran tadi tak masuk akal. Mungkin bossnya lah yang membuat alasan konyol seperti itu, agar membuat Ridwan mudah keluar tanpa ada orang lain yang melihatnya. "Seger banget udara luar" ucap Ridwan sambil menghirup udara. "Iya lama kan gak keluar bos ? Tenang banget ya ? Pada di dalem rumah gara- gara siaran tadi" ucap Minto berbicara pada Ridwan. "Bagus juga alasan orang itu" ucap Ridwan senang. Mereka bisa saja langsung menangkap Ridwan, namun di sana ada satu warga sipil. Minto masih berstatus warga sipil, dan ia juga merupakan saksi penting. Mereka juga takut Ridwan membawa s*****a api, dan malah membuat gempar warga kompleks. Rencananya mereka akan langsung membekukan mereka dalam satu waktu, sementara ini dua orang lainnya masih di dalam rumah. Tepatnya dua orang yang menjemput Ridwan. 'nging ngung nging ngung' Terdengar suara mobil polisi beriringan dengan suara mobil ambulance dan pemadam kebarakaran menganglun di pendengaran semua orang. Petugas dan tim merak bertanya- tanya dalam hati, apa yang sedang terjadi hingga membuat mereka beriring- iringan seperti itu. "Darurat darurat ada beberapa pria bersenjata api menyandera 100 pekerja di gedung perkatoran Gc" Suara dari HT polisi yang berjaga di depan kompleks juga ikut terdengar di airphone tim merak. "Tarik pasukan dari operasi target Ridwan, semua pasukan harap ke lokasi p**********n". "Harap semua pasukan berkumpul ! Perintah dari atasan !" Semua tim merak menunggu instruksi dari Anwar, begitu pula beberapa polisi yang sedang berjaga disana. Anwar yang sedang menyamar menjadi tukang bakso bergegas bersembunyi agak jauh dan ikut berbicara lewat HT. "Target kita akan pergi, ini harapan terakhir dia akan pergi ke luar negeri ganti" ucap Anwar. Lisa dan rekan- rekannya masih mendengarkan apa yang akan di intruksikan oleh atasan mereka. Namun dalam lubuk hati yang paling dalam mereka akan lebih melaksanakan perintah dari Anwar, karena komandannya itu adalah satu- satunya yang dapat di percayai. "Tidak bisa semua harap menuji ke lokasi ! 100 orang itu lebih penting dari bandar itu" ucap seorang petugas lain. "Memang butuh berapa petugas hah ? Ridwan bakal mengancam lebih banyak orang ! Di sana banyak petugas suruh yang lain ! Kami di sini untuk mengangkap Ridwan " bentak Anwar. "Anwar ini perintah ! Cepat ke lokasi saya memerintahkan anda !" "Kita akan tangkap target di bandara ! Dia gak bakal lepas dari genggaman kita ! target tidak akan bisa bebas dari negara ini! Suara dari Bagas Dirga petinggi militer mengalun tegas di pendengaran semua petugas. Tanpa aba- aba petugas yang berjaga segera pergi menuju lokasi p**********n. Anwar mendesah frustasi, ia segera menuju ke gerobaknya lagi. Berusaha mendorong gerobak itu untuk pergi, dengan terpaksa ia pergi untuk menuju ke titik lokasi korban p**********n. Lisa melepaskan airphonenya. "s**l !" Makinya pelan. Raka, Leon dan Wisnupun meruntuki perintah itu. Tiba- tiba Wisnu menyambar HTnya. Ia berbicara dengan Bagas Dirga sang petinggi sekaligus ayah kandungnya. "Izin berbicara, saya Wisnu Dirga ! Izin untuk tinggal dan menyergap target !" ucapnya berani. Hening sesaat. Lisa yang mendengar langsung naik ke atas, ingin memarahi anak itu karena lancang. Mereka hanya bawahan di sini, walau perkataan itu juga ingin Lisa ucapkan namun tak bisa karena bawahan harus selalu melaksanakan perintah dari atasan. "Baiklah, tapi saya meminta snow white untuk pergi ke lokasi sedangkan yang lainnya boleh melaksanakan misi" "Tapi kalian harus bertanggung jawab apapun yang terjadi, kalian harus tangkap dia hidup- hidup ! Ingat itu" Kini Yudis Cahyono salah satu petinggi militer ikut berbicara, dari nadanya ia tampak mengetahui apa yang akan terjadi nanti. Lisa berhenti melangkah. Dalam hati ia bersumpah akan menangkap Ridwan hidup- hidup dan membuatnya membuka mulut atas dalangnya jutaan n*****a yang masuk ke negaranya. "Baik terimakasih ! Siap laksanakan" balas Wisnu. "Nice Nu" ucap Leon senang. Raka yang mendengar namanya disebut segera bersiap- siap untuk pergi. "Kalian hati- hati, aku tunggu kabar baik dari kalian" ucap Raka lalu pergi menaiki motornya. Lisa menangguk dan masih memantau rumah di depannya. Ia berpapasan dengan Minto yang juga melihatnya, ia tak melihat Ridwan mungkin pria itu masuk lagi ke dalam rumahnya. "Monggo pak" ucap Raka dengan sopan, ia menyapa pria berkulit gelap itu. "Nggih dik, mau kemana ?" tanya Minto. "Saya mau kuliah dulu pak, mari" jawab Raka lalu dengan sopan segera pergi dari sana. Ia berpapasan dengan Anwar di ujung jalan, lalu berbicara pada komandannya itu. "Pak baksonya masih gak ?" tanya Raka bercanda. "Hus hus pergi sana" Anwar mengusir bawahannya itu. 's****n lu bocah' umpatnya dalam hati. "Hahahaa" Raka tertawa lalu segera pergi meninggalkan atasannya itu. Anwar berjalan lagi menuju kompleks rumah, ia langsung mangkal di samping kontrakan Lisa. Namun disaat yang bersamaan ia malah mendengar suara Minto yang berteriak. "Paakk !!! Ya gusti ! Pak kok berdarah ! Waaaa pembunuh tolong kalian jangan bunuh saya ! Saya gak tau apa- apa" Teriakan itu membuat beberapa warga keluar untuk melihat apa yang terjadi. "Wisnu turun bantu gue, Leon tetep di atas pantau apa yang terjadi" ucap Lisa lewat airphonenya. Wisnu segera turun dan keluar bersama Lisa. Anwar menuju ke rumah Ridwan, ia melihat Ridwan sudah bersimbah darah. Minto sedang di todong s*****a oleh dua orang yang tak di kenal. Anwarpun juga di todong s*****a oleh salah satu orang itu. Warga berteriak panik. Namun bukannya pergi semua warga malah tetap di luar sambil mengintip takut. Satu tembakan di luncurkan, mengenai Anju yang berdiri penasaran di depan rumah Ridwan. Mungkin Anju berpikir itu adalah shooting film. Tembakan itu mengenai kapala,sudah di pastikan wanita itu tewas di tempat. "Aaaaa tolong tolong" teriak warga lain ketakutan. Semua warga bergegas masuk ke rumah, namun sebelum itu orang yang membawa s*****a itu menembak semua orang dengan membabi buta. Beberapa mengenai warga dan membuat mereka terluka. Leon dari atas langsung mengarahkan snippernya. Menunggu atasannya untuk menyuruhnya menembak. Tembakan yang berhenti membuat Lisa dan Wisnu keluar dan ikut menodongkan s*****a ke arah dua orang itu. "Lu kira peluru gue habis ? Masih bos !" ucap orang itu. Ia berusaha menembak dengan brutal ke arah Minto yang ternyata sudah kabur. Anwar membuat kode untuk menembak dua orang ini, ia terpaksa melakukan itu karena masih ada satu saksi penting yaitu Minto yang harus di lindungi. 'Dor' 'Dor' Disaat orang bersenjata itu menarik peluru Leon yang berada di atas dan Lisa yang berada di depan langsung menembak. 3 peluru meluncur bersamaan. 2 mengenai dua orang bersenjata itu dan 1 lagi mengenai Minto. 3 orang ambruk bersamaan. "Jangaaaann !!!" Anwar berlari menuju Minto yang ambruk berharap peluru itu tak mengenai organ vitalnya. 'Ninuuu ninuuu' 2 ambulan datang Ridwan yang ternyata masih hidup langsung di angkut beserta Minto. Anju yang dinyatakan tewas juga di angkut menggunakan mobil polisi, suaminya menangis histeris melihat istrinya sudah tak bernyawa. Beberapa warga yang terluka lantas juga di angkut dengan ambulance. Hari itu adalah hari yang mengerikan untuk warga kompleks begitu juga tim merak.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN