Pukul 7 malam Raka sudah stayby dengan jaket jeans dan celana jeans bolongnya.
Semua rekannya masih antri mandi, sedangkan dirinya hanya menunggu santai karena malas mandi malam- malam.
Takut masuk angin.
Raka duduk di kursi bambu yang menghadap langsung dengan teras bu Ndari.
Setelah kejadian marah- marah kemarin, sepertinya Ndari mengurung dirinya di rumah.
Sudah seharian ini dia tak menampakan batang hidungnya, bahkan suaranya yang menggelegarpun tak terdengar.
Lisa yang telah menggunakan hoodie dan celana trainingnya duduk di sebelah Raka.
"Gue kok punya firasat gak enak ya malam ini ?" ucap Lisa pada rekannya itu.
"Kenapa kak ? Jangan gitu lah kita mau nugas nih. Jujur aja percaya gak percaya firasat lu itu ga pernah meleset" ucap Raka menimpali ucapan Lisa.
"Gue juga maunya gitu tapi entah kenapa gue gelisah banget malam ini" ucap Lisa lagi.
Dalam masa- masa mereka berada di satu tim entah kebetulan atau tidak firasat Lisa tak pernah meleset.
Saat firasatnya mengatakan bahaya memang nantinya akan ada bahaya di depan mereka.
Saat firasatnya senang maka hari itu juga pekerjaan mereka akan berjalan mulus.
"Kak gue berharap firasat lu kali ini gak bener" ucap Raka pada Lisa.
Lisa mengangguk setuju, ia berusaha menyingkirkan rasa tak enaknya itu.
Dia berusaha menjernihkan kepala dan pikirannya agar pekerjaan mereka nanti akan berjalan lancar.
"Btw kak kapan kita bisa tangkap targetnya ?" tanya Raka ingin tau.
"Well jika perahu itu fix ada n*****a kita bisa langsung tangkap dia" jawab Lisa.
"Karena itu bakal memberatkan hukuman dia ! Kita harus buat dia di penjara selamanya !"
"Dia itu udah bikin generasi muda kita b****k karna barang haramnya" lanjut Lisa berapi- api.
"Gue bakal berusaha semampu gue kak" ucap Raka juga terbakar semangat dari Lisa.
Mereka mengangkat tangan kanan ke atas, berusaha berpose keren.
"Kalian ngapain ? Cosplay jadi saitama ?" komentar Leo yang memakai hoodie bergambar onepiece dan kacamata kotak berusaha seperti seorang kutu buku.
"Wanjir kaya wibu" ucap Raka menunjuk Leon.
Lisa berusaha menahan tawanya, tak ingin membuat Leo ngambek.
"Gue kan emang pecinta anime" ucap Leon sambil membenarkan kacamatanya.
Lisa mengacungkan jempolnya ke arah Leo.
Wisnu orang paling terakhir siap di tim itu, dia menggunakan celana hitam panjang dan kemeja putih bersih.
"Mau daftar tes cpns lu ?" tanya Leon yang melihat Wisnu dari atas ke bawah.
"Bukan bang, saya mau daftar kerja" ucap Wisnu sopan, ia lalu tertawa karena mendengar jawabannya sendiri.
Leon, Lisa, dan Raka juga ikut tertawa.
Mereka sudah dalam mode penyamaran masing- masing.
Mereka memakai airphone kecil yang di desain khusus dari pemerintah untuk agen seperti mereka.
Terdapat microfon kecil juga yang tertempel di baju masing- masing dari mereka.
Mereka mengetes alat itu di rumah agar tak mencurigakan jika mengetes alat itu di jalan atau di tkp.
Mereka saling mengangguk karena alatnya berfungsi dengan baik.
Leon dan Wisnu berboncengan menaiki motor, sedangkan Raka dan Lisa menaiki mobil yang di sediakan khusus untuk operasi mereka.
.
.
.
Mereka telah sampai di bandara.
Lisa menyuruh mereka untuk berpencar ke dua sisi.
Lisa dengan Wisnu karena Wisnu masih amatir dan awam.
Sedangkan Raka raka yang jago untuk menghajar orang bersama dengan Leon yang jago mengatur strategi.
"Gimana ? Udah liat kapal biru ?" tanya Lisa pada rekan- rekannya.
"Belum" jawab mereka bersamaan.
Lisa mengangguk mengerti, ia mengedarkan pandangannya mencari sebuah kapal ikan berwarna biru dari banyaknya perahu disana.
"Anjir padahal warnanya biru tapi kok semua warnanya putih mana birunya ?" ucap Lisa pada dirinya sendiri.
Dia dan semua rekannya hampir kewalahan karena tak juga melihat perahu berwarna biru.
"Keknya penjual ikan itu bohong deh mana ada kapal biru" ucap Wisnu dari airphonenya.
Leon dan Raka mengangguk setuju sedari tadi mereka tak juga melihat kapal yang di maksut oleh penjual ikan kemarin.
Tiba- tiba seorang bapak- bapak yang tak asing terlihat di mata Lisa.
"Semua ke arah jam 12, pedagang ikannya ada di situ" ucap Lisa memberitau semua rekannya.
Lantas Leon dan Raka berjalan ke arah yang di maksut Lisa.
Sedangkan Lisa dan Wisnu berjalan bersamaan, menyamar menjadi pembeli yang sedang menunggu ikan segar yang di bawa oleh kapal- kapal yang baru akan datang.
Bapak itu sedikit melirik tak suka pada Wisnu dan Lisa.
"Ehem".
"Pada mau beli ikan ya ? Jangan di sini di sana aja tuh ikannya seger seger di sini jelek jelek" ucap penjual ikan yang bernama anto itu.
Ia menunjuk tempat yang agak jauh dan terlihat ramai akan calon pembeli ikan.
"Enggak pak saya mah wisatawan cuma mau liat liat aja mumpung di sini sepi di sana rame banget " ucap Lisa beralasan.
"Oh gitu baguslah" ucap Anto senang, ia kemudian melihat Raka dan Leon yang datang ke arahnya.
Anto merengut lagi, melihat sinis kedua pemuda itu.
Raka dan Leon yang sudah mendengar percakapan Anto dan Lisa telah mengerti situasi yang telah terjadi.
"Monggo pak" ucap Raka ramah.
"Mau ngapain mas ? Beli ikan ya ? Disono aja tuh rame banget di sana di sini ikannya jelek udah gak seger" ucap Anto mengulangi alasan yang sama ke Raka.
"eh enggak pak ! Saya itu mau nyusupin dia ke kapal yang bentar lagi akan dateng. Dia itu dari cina mau tak baleke ngono lho" ucap Raka sok medhok.
Dengan penuh keyakinan Leon pun berpura- pura berbicara dengan bahasa tiongkok.
"Wo ming bai Wo yao de ai"
"Hui ba wo chong huai"
"Kimochi ehh kamsahamida"
Leon lupa dengan lirik lagu ost drama tiongkok yang ia tonton waktu kecil, alhasil ia hanya asal bicara.
Dari jauh Lisa dan Wisnu tertawa berpura- pura menertawakan hal lucu di handphonenya.
Padahal mereka menertawakan Leon yang tak handal berbasa china.
Padahal wajahnya sangat china banget.
Antopun hanya mengangguk- angguk, ia percaya akan perkataan Raka di tambah Leon yang berwajah dan berbahasa china.
"Oh gitu ya, kapalnya biru ya ?" tanya Anto kepo.
"Kayaknya iya pak, pokoke bawa ikan tapi ikane tu gak di jual biasane cuma kasih ke orang- orang" ucap Raka yang sebenarnya sedang mengorek informasi.
Lisa dan Wisnu yang berpura- pura memotret dan berselfie pun juga ikut mendengar percakapan Anto dan Raka.
"Ahh sama itu aku juga lagi nunggu kapal itu, nah itu dia kapale" ucap Anto menunjuk kearah kapal yang berlayar menuju ke arah mereka.
Kapal itu berwarna putih sama seperti yang lain, namun kenapa Anto malah bilang jika kapal itu berwarna biru.
"Tapi itu putih pak" ucap Leon keceplosan.
"Eh loh ? Katane orang chino" ucap Anto menunjuk ke arah Leon.
"Xa pi pyu thi pa ka chong" Leon asal bicara.
"Woh takira tanya kok warnane putih" Anto kira dia hanya salah dengar saja.
Mereka lega karena Anto tak curiga.
"Tapi itu lak putih to pak" kini Raka yang bertanya pada Anto.
"Loh kamu gak baca po itu tulisane apa ?" Anto menunjuk kapal yang kian mendekat itu.
Di kapal itu bertuliskan "KAPAL BERWARNA BIRU".
"OALAAHH" ucap Raka mengerti.
Leon, Lisa dan Wisnupun juga beroh ria dalam hati mereka.
Ternyata kapal itu bukan berwarna biru melainkan bertuliskan berwarna biru.
Pantas mereka tak melihat kapal yang berwarna biru di pelabuhan itu.