59. Azalia Licik

989 Kata
Penampilan The Handsome Guy benar-benar ketika wajahnya dipenuhi dengan perban membuat mereka tampak sangat seksi. Entah kenapa banyak para siswi menjerit kegirangan melihat ketiga lelaki tampan yang biasanya rapi, kini berubah menjadi sedikit nakal. Membuat Evelina berada di sampingnya mengembuskan napas panjang, lalu mempercepat langkah kaki menuju gerbang. Kali ini Evelina tidak lagi dijemput oleh sang ayah, sebab lelaki itu mendadak memiliki jadwal di luar daerah. Mungkin sang ibu tidak akan ikut dan memilih untuk menetap di rumah, karena sudah lama sekali Evelina ditinggal bepergian sejak masih sangat kecil. Sehingga Wendy memutuskan untuk menikmati waktu bersama sang putri kesayangannya. Seperti biasa Evelina akan menunggu kedatangan bus bersama beberapa siswi kelas sebelah yang kebetulan tidak membawa kendaraan juga. Mereka tampak duduk sembari memainkan ponsel dan sesekali mengangkat kepalanya untuk memastikan tidak ada bus yang terlewat. “Eve, lo enggak mau balik bareng gue?” tanya Zafran menepikan motornya di dekat halte menatap seorang gadis yang bersandar pada papan rute. Evelina menggeleng pelan sembari menyelipkan sejumput rambutnya ke belakang telinga yang menghalangi gadis itu menatap Zafran dari jauh. “Ayo, sama gue aja! Mamah minta beliin kue buat Bang Adzran, tapi gue enggak tahu tokonya di mana,” rayu Zafran lagi. Kali ini membuat beberapa siswi yang di dekat Evelina mulai tersenyum penuh menggoda. Mereka memang lain daripada siswi yang mencari masalah pada gadis itu, karena beberapa kali mereka kerap melihat Zafran dan Evelina menoleh untuk pulang bersama, walaupun keduanya sudah bersahabat sejak kecil. Di sela Zafran merayu Evelina untuk ikut pulang, tiba-tiba terlihat seorang gadis yang berlari dari kejauhan. Ternyata gadis itu adalah Azalia yang terlihat buru-buru sembari memegang ponsel. “Zafran, lo bisa antar gue ke rumah? Orang tua gue balik hari ini, jadi supir yang biasa antar-jemput gue ke sekolah lagi di bandara,” pinta Azalia secara tiba-tiba. Sontak beberapa siswi yang menunggu bus bersama Evelina pun mulai membicarakan Azalia dengan pandangan tidak suka. Mereka kebanyakan iri sekaligus merasa tidak percaya bahwa gadis berseragam mencolok itu meminta tumpangan tanpa merasa malu sama sekali. Zafran tampak mengusap tekuknya yang tidak gatal, lalu menoleh ke arah Evelina mengangguk samar. Seakan gadis itu mengiakan permintaan Azalia sebagai murid baru untuk diantar. “Lo bisa naik bus atau pesan taksi,” tolak Zafran berusaha dengan halus. Azalia menggeleng tidak setuju, lalu membalas, “Gue belum tahu banyak jalan di sini, Zaf. Tolongin gue, Zaf.” Seorang gadis berpakaian blazer merah dengan rok kotak-kotak senada di atas lutut itu memegang lengan kekar Zafran sembari menatap dengan sorot mata penuh prihatin. Membuat Zafran lagi-lagi merasa tidak enak untuk menolaknya. “Uhm … ya udah. Rumah lo di mana?” Zafran pun mengangguk setuju. “Di Taman Anggrek. Enggak apa-apa, ‘kan?” “Naik!” titah Zafran singkat, lalu menoleh ke arah Evelina. “Gue antar Azalia dulu, ya. Nanti malam gue ke rumah lo!” Evelina mendelik tidak percaya. “Mau ngapain!?” Namun, sayang sekali Zafran sudah lebih dulu melajukan motor besarnya meninggalkan Evelina yang mengembuskan napasnya panjang penuh kesabaran. Gadis itu benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh sahabatnya sendiri. Sedangkan beberapa siswi yang menunggu bersama Evelina pun tersenyum geli. Ternyata Zafran tidak akan menyerah sampai Evelina menyetujui ajakannya. Walaupun di hadapan lelaki itu sudah ada gadis cantik blasteran luar negeri. “Eve, gue duluan!” seru Yeoso bersama Reyhan yang ternyata pulang bersama. Evelina melambaikan tangan penuh riang dan mengangguk singkat. Kemudian, di susul Jordan yang mengangguk ke arah Evelina menandakan lelaki itu menyapa walaupun tidak seperti kedua orang tadi. Kini hanya Evelina dan beberapa siswi yang masih menunggu kedatangan bus. Mereka semua mulai gelisah melihat bus tak kunjung datang. Padahal arloji yang ada di tangan kirinya memperlihatkan pukul 05.00 pm. “Busnya enggak datang kali, ya?” celetuk salah satu siswi bertubuh sedikit berisi dengan kunci kepang dua di rambutnya. “Lah kok iya! Tumben banget jam segini belum datang,” balas seorang siswi berambut potongan bob yang terlihat sedikit gentle. “Gue pikir lebih baik kita pesan ojol aja deh! Lihat langitnya mulai gelap. Kalau naik angkot juga sepertinya penuh karena sekarang bertepatan orang pulang kantor,” usul siswi mungil bertas cukup besar yang berdiri di hadapan Evelina. Sedangkan Evelina yang lebih banyak diam itu pun hanya mendengarkan perkataan ketiga siswi di hadapannya. Ia memang tidak memiliki perkataan apa pun yang bisa digunakan untuk menyuarakan pendapat. Terlebih gadis itu sama sekali tidak berniat untuk hengkang dari halte, karena kedua kakinya sudah sangat kram berjalan lebih jauh. “Eve, lo mau ikut kita atau tetap nunggu di sini?” tanya siswi berambut bob tersebut. Ia memang saling kenal akibat sering menunggu bus bersama. “Nunggu aja,” jawab Evelina tersenyum tipis. “Kalau gitu, hati-hati, ya. Gue sama Saerom pergi dulu,” ucap Mikeila dengan tersenyum tipis, lalu melenggang pergi sembari sesekali memperhatikan halte yang masih diisi oleh Evelina. Sejujurnya keputusan untuk tetap menunggu bus memang sangat tidak dianjurkan oleh Evelina. Namun, gadis itu benar-benar keras kepala sampai tetap berpegang teguh pada keputusannya sendiri. Tanpa sadar langit mulai gelap memperlihatkan bulan samar-samar di langit. Membuat Evelina mendongak sesaat, lalu mengembuskan napasnya panjang. Gadis itu mulai ragu dengan keputusan menunggunya kali ini. Evelina pun mengeluarkan ponselnya yang berada di dalam saku. Akan tetapi, sayang sekali ponsel gadis itu kehabisan baterai sampai layarnya benar-benar menggelap. “Baiklah, Evelina Keith. Keputusan lo kali ini benar-benar bodoh!” umpat Evelina kesal, lalu menoleh bingung saat merasakan angin dingin di sekitarnya. Tentu saja keistimewaan Evelina membuat gadis itu peka terhadap sekitar. Sampai sesosok gadis berseragam sekolah yang terlihat pucat duduk mendekat ke arah Evelina dengan wajah bingung. “Kenapa kamu masih di sini?” tanya sesosok tersebut. “Nunggu langit gelap,” jawab Evelina mendongak menatap hamparan langit yang mulai gelap “Ayo, cepat kembali pulang! Percuma kamu menunggu bus di sini, tidak akan ada yang datang. Karena di depan sana baru saja terjadi kecelakaan, sehingga arus diputar balik,” ungkap sesosok tersebut membawa berita cukup mengejutkan membuat Evelina melebarkan matanya terkejut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN