84. Jangan Melihat Masalah Hanya Satu Sisi

1980 Kata
“Azalia, lo buta ada gue di belakang tadi!?” Sejenak Azalia yang terkejut pun hanya mematung melihat pecahan mangkuk di bawahnya. Gadis itu belum bereaksi sama sekali menjadikan beberapa murid SMA Catur Wulan langsung berbisik-bisik membicarakan Azalia yang pernah melawan senior-nya sendiri. “Ups, gue juga enggak sengaja!” sahut Talitha menuangkan segelas jus jambu tepat di kepala Azalia hingga gadis itu terbatuk sadar. Hal tersebut membuat banyak pandangan murid SMA Catur Wulan merasa kasihan terhadap Azalia. Sebab, gadis itu jelas tidak akan lolos begitu saja, terlebih pernah mencari masalah pada geng siswi yang paling pemberontak di sekolah. Daneen tersenyum sinis melihat Azalia tidak memberikan reaksi apa pun membuat gadis itu menjambak rambut belakangnya, lalu menarik tubuh Azalia keluar dari kantin. Sontak teriakan memekik perempuan yang ketakutan pun tidak terhindarkan, termasuk Evelina langsung bangkit melihat tindakan kakak kelas di hadapannya. Evelina tidak bisa berbuat banyak, karena ia juga pernah mendapat masalah oleh kedua gadis menyebalkan tersebut. Dengan kasar Daneen melempar tubuh Azalia yang meringis kesakitan di taman belakang. Tentu saja Azalia langsung memegangi kepalanya yang terasa begitu sakit, seakan seluruh rambutnya ingin terlepas begitu saja. “Kenapa? Sakit?” tanya Daneen dengan nada mengejek, lalu meminta sesuatu dari Talitha yang ternyata segelas air perasan lemon kesukaan Sabiya. Sejenak Daneen dengan sengaja menumpahkan air perasan lemon tersebut tepat di atas kepala Azalia. Membuat beberapa butiran es mengenai kepalanya hingga terasa berdenyut. Setelah puas menumpahkan air tersebut, Daneen berjongkok menjepit kedua pipi Azalia dengan kuat. Mengarahkan pandangan gadis itu menatap wajahnya yang benar-benar muak. “Azalia … Azalia, ke mana semua omongan lo yang sok jagoan kemarin!?” sinis Daneen menoyor kepala Azalia dengan kasar, lalu menjambak rambut gadis itu ke samping. “Gue enggak peduli dengan gelar orang tua lo pemberi sumbangan terbesar di sekolah ini, karena enggak ada untungnya takut sama anak yang masih ngerek sama orang tua. Menjijikkan.” Saat Daneen sibuk merisak Azalia sekaligus membalaskan dendamnya, lain hal dengan Evelina tampak acuh tak acuh duduk di bangku kantin. Tentu saja hal tersebut membuat Yeoso mengembuskan napasnya panjang melihat tingkah Evelina dari kejauhan. Sementara di sisi lain, berita tentang Daneen yang merisak Azalia di taman belakang pun menyebar dengan cepat. Banyak siswa dan siswi SMA Catur Wulan berlarian melihat situasi yang terjadi. Awalnya The Handsome Guy yang terlihat asyik memainkan basket bersama beberapa siswa lainnya pun tampak penasaran, terlebih beberapa siswi begitu antusias keluar dari lapangan indoor. “Apa yang terjadi?” tanya Zafran mengernyit penasaran ke arah Reyhan yang baru saja datang mengambil beberapa minum pemberian dari siswi berdiri di pinggir lapangan. Reyhan menggeleng tidak percaya, lalu menjawab, “Gue masih enggak ngerti apa maunya Daneen. Sekarang dia lagi ngincar Azalia. Banyak yang bilang kalau Azalia pengganti Eve.” “Pengganti Eve gimana?” tanya Jordan yang sejak tadi diam pun ikut bersuara. “Azalia lagi di-bully di taman belakang,” jawab Reyhan menandaskan setengah botol air mineral miliknya. Jawaban tersebut pun sukses membuat Zafran melebarkan matanya terkejut, lalu berlari keluar dari lapangan indoor. Jelas saja tingkah itu pun mengejutkan Jordan yang lantas berlari mengikuti sahabatnya. Sedangkan Reyhan sudah mengerti apa yang akan terjadi selanjutnya hanya diam sembari meluruskan kedua kaki. Ia terlihat begitu saja merebahkan tubuh dengan menjadikan kedua lengannya sebagai bantalan. “Kejarlah mereka berdua. Gue terlalu malas ikut campur masalah perempuan,” gumam Reyhan memejamkan matanya santai. Namun, siapa sangka sebuah tarikan sukses membuat Reyhan membuka matanya lebar-lebar. Lelaki itu mengernyit tidak percaya melihat wajah kesal Zafran yang ternyata balik lagi hanya untuk memaksa dirinya ikut. “Lo juga harus ikut!” sinis Zafran menarik tubuh Reyhan secara paksa, lalu membawanya keluar. Kini tiga lelaki tampan yang mendapatkan julukan The Handsome Guy, akibat wajah tampannya melebihi banyak lelaki. Bahkan ketiganya pernah mendapatkan skor yang sama ketika mengadakan pemilihan 10 lelaki tampan untuk perwakilan putra dan putri kerajaan. Sesampainya di kantin, pandangan langsung mengarah pada seorang gadis yang terduduk di bangku menikmati makan siangnya. Di hadapan gadis itu terdapat seseorang begitu tenang memainkan ponsel seakan tidak terjadi apa pun. Sontak hal tersebut membuat Zafran menghampiri keduanya dengan kening berkerut bingung, terlebih melihat Evelina yang tampak biasa saja mendengar Azalia mendapat perisakan dari Daneen. “Ve, lo kenapa ada di sini?” tanya Zafran dengan mengernyit tidak percaya. Evelina mengangkat kepalanya tanpa ekspresi, lalu menjawab, “Apa yang gue lakuin? Ada di sana? Kalau gue ada di sana, memangnya bisa bantu apa?” Zafran mengernyit terkejut sekaligus tidak mempercayai sahabatnya bisa berubah menjadi dingin seperti ini. Membuat lelaki itu tidak memiliki waktu untuk berdebat, kemudian kembali berlari keluar menghampiri Daneen yang terlihat hendak menyiksa Azalia lagi. “Daneen udah!” sentak Zafran memegangi kedua pundak gadis itu dan memisahkannya dari Azalia yang terlihat mengenaskan. Bukannya merasa puas, Daneen malah semakin memberontak. “Gue enggak bisa diginiin, Zaf! Dia harus gue kasih pelajaran!” Tubuh dengan kekuatan besar Daneen sekana benar-benar emosi itu membuat Zafran kewalahan, kemudian lelaki itu mengkode pada Reyhan untuk membantunya. Sedangkan Jordan terlihat membantu Azalia bangkit. Tubuh gadis itu benar-benar dipenuhi banyak lebam dengan beberapa sudut tampak berdarah dan bekas sayatan. “Jangan gila! Ini sekolahan. Lo bisa kena masalah,” ucap Zafran tidak habis pikir membuat Daneen secara perlahan menetralkan emosinya, lalu menoleh ke arah Azalia yang terlihat tidak takut sama sekali. Daneen melangkah mendekat secara perlahan membuat Reyhan hendak menahannya kembali, tetapi langsung dicegah oleh Zafran. Lelaki tampan itu menggeleng pelan seakan sudah mengerti apa yang akan Daneen ucapkan. “Azalia, urusan kita belum selesai. Lo masih ada utang permintaan maaf sama gue,” sinis Daneen tersenyum sinis, sebelum akhirnya gadis itu melenggang pergi begitu saja diikuti Talitha di belakangnya. Melihat situasi mulai normal, Zafran menghampiri Azalia yang terlihat begitu lemas. Sampai tiba-tiba gadis itu tergeletak tidak sadarkan diri membuat Zafran langsung membopongnya menuju UKS. Hal tersebut membuat Evelina yang melihatnya hanya menatap acuh tak acuh, kemudian kembali menikmati makan siangnya seakan tidak pernah terjadi apa pun. Membuat Yeoso yang diam-diam melihat gadis itu tidak bereaksi apa pun, selain tetap tenang. ** Sesampainya di ruang UKS, Zafran langsung menurunkan tubuh Azalia secara hati-hati membuat salah satu dokter penjaga yang ada di sana mendekat. Kemudian, berlari mengambil kotak P3K yang berada di loker meja dan mulai membersihkan luka di sekujur tubuh gadis itu. Tepat selesai meletakkan tubuh Azalia di atas kasur UKS, Zafran melenggang keluar membuat langkah lelaki itu dicegah oleh Jordan. Lelaki tampan dengan wajah dingin itu terlihat menggeleng pelan, seakan mencegah sesuatu yang akan terjadi. Namun, sayang sekali Zafran terlihat keras kepala dan melewatinya begitu saja membuat Reyhan yang tidak mengerti langkah menatap ke arah Jordan. “Zafran mau ngapain Jo?” tanya Reyhan tidak mengerti. Jordan menatap tanpa ekspresi, lalu menepuk bahunya begitu saja dan kembali melenggang masuk melihat keadaan Azalia yang benar-benar mengenaskan. Entah apa yang membuat gadis itu tidak melawannya sama sekali, padahal waktu itu ia terlihat berani. Tepat keluar dari UKS, Reyhan langsung melangkar lebar-lebar mengabaikan banyak sapaan dari beberapa siswi berpapasan dengan dirinya. Wajah lelaki itu terlihat sangat menyeramkan membuat tidak sedikit para murid lelaki menyingkir begitu saja, seakan diberikan aba-aba. Ketika sampai di pintu kantin, Zafran langsung memusatkan perhatiannya pada Evelina yang terlihat bangkit dari tempat duduk. Di hadapan gadis itu masih terdapat Yeoso yang tengah membawa sesuatu di tangannya. “Ikut gue!” titah Zafran menarik pergelangan tangan Evelina secara paksa. Yeoso yang melihat hal tersebut pun tidak diam begitu saja, lalu membentangkan tangannya lebar-lebar memblokir jalan lelaki tampan di hadapannya. “Lo enggak bisa bawa Eve begitu aja!” tolak Yeoso memasang ekspresi tidak suka. Zafran mendesis sinis, lalu berkata, “Minggir.” “Enggak!” balas Yeoso bersikeras. “Gue bilang minggir ya minggir! Lo tuli!?” bentak Zafran tanpa diduga sama sekali. Sedangkan Yeoso yang mendengar bentakan tersebut hanya mematung tidak percaya, dan beberapa siswi tampak mendekatinya dan memegang bahu gadis itu berusaha menenangkan perasaannya. Zafran terlihat memaksa Evelina menuju taman belakang yang sempat menjadi saksi biru dari perisakan tadi. Keduanya jelas tidak ada di tempat kejadian, melainkan taman belakang yang lumayan jauh dari kantin. “Kenapa lo ngelakuin seperti tadi, Ve?” tanya Zafran berusaha meredam emosinya. “Kenapa?” tanya Evelina balik. Kali ini terdengar menantang sampai lelaki itu hampir tidak mempercayai pendengarannya sendiri. Zafran mengernyit tidak percaya, lalu menjawab, “Jangan bilang kalau lo ….” Mendengar jawaban yang tidak mampu diselesaikan oleh sahabatnya membuat Evelina tertawa sinis. Gadis itu tampak menatap ke arah lain sembari melipat kedua tangannya di depan d**a. “Zaf, berapa tahun gue kenal sama lo? Kenapa lo malah nganggap gue berubah?” “Lantas, ngapain lo enggak bantu Azalia tadi? Bukankah lo bisa bantu dia?” “Terus, kalau gue, bantu apa yang gue dapatkan?” Evelina mengangkat kepalanya tinggi-tinggi berusaha menantang Zafran yang mulai meragukan kepribadiannya. “Lo pikir … selama ini gue enggak ngerasa tersiksa sama dia? Dan lo kira gue bakalan bahagia Azalia dapat perisakan seperti itu?” “Ya udah, sekarang gue tanya.” Zafran memegang kedua bahu sahabatnya dan memojokkan di dinding gudang. “Kenapa lo enggak bantu Azalia tadi? Malah gue lihat enak-enakan makan di kantin.” “Lo enggak bisa melihat dari satu sisi aja, Zaf,” lirih Evelina menepis kedua tangan lelaki itu dari bahunya. “Ketika lo ngelihat gue makan di kantin, lo enggak tahu apa yang sebenarnya terjadi.” “Oke,” pungkas Zafran mengangkat kedua tangannya pertanda menyerah. “Sekarang ceritain apa yang terjadi!” “Enggak perlu. Udah basi!” sinis Evelina hendak melenggang pergi begitu saja. Namun, dengan cepat Zafran kembali menarik pergelangan tangan gadis itu dan menguncinya di dinding gudang. Membuat pergerakan Evelina benar-benar terbatas. “Kalau lo enggak mau cerita, bagaimana caranya gue bisa ngerti?” tanya Zafran bernada frustasi. Evelina tersenyum sinis sembari menatap ke arah lain, lalu menjawab, “Bukan urusan gue.” Lama-kelamaan Zafran pun menjadi frustasi menghadapi Evelina yang mendadak bersikap aneh. Padahal awalnya gadis itu masih baik-baik saja, tetapi ketika semua yang terjadi di kantin membuat Evelina seperti bukan dirinya sendiri. “Lupakan! Gue juga enggak peduli apa yang terjadi,” ujar Zafran menegakkan tubuhnya kembali, lalu melenggang pergi begitu saja meninggalkan Evelina yang masih terdiam. Tanpa sadar kepergian lelaki itu membuat hati Evelina benar-benar terasa diiris oleh pisau. Entah kenapa hatinya terasa begitu sakit. Sampai gadis itu berjongkok menyembunyikan wajahnya di dalam kedua lutut. Yeoso yang melihat betapa tersiksanya menjadi Evelina hanya tersenyum miris, kemudian mulai mendekati gadis itu dengan memeluknya dari samping. Sejenak Evelina menangis di dalam pelukan Yeoso. Untuk pertama kalinya ia menangis dengan begitu sakit sampai dadanya terasa sesak. Membuat Evelina berkali-kali memukul dadanya sendiri. “Jangan dipukul, Ve. Ini bukan salah lo,” gumam Yeoso menahan tangan kanan Evelina agar tidak menyakiti diri sendiri lagi. “Benar apa kata Zafran. Gue jahat banget!” kecam Evelina menangis tersedu-sedu. Yeoso merasa tidak tega pun langsung memeluk tubuh gadis itu, dan menyembunyikan air matanya. Memang tidak ada yang mengetahui kejadian sebenarnya, selain Yeoso. Selama beberapa saat menangis, akhirnya Evelina pun menjadi lebih tenang. Gadis itu menghabiskan tisu saku milik Yeoso, tetapi gadis yang menjadi kekasih dari Reyhan sama sekali tidak merasa keberatan. Kemudian, keduanya pun keluar dari taman belakang menuju kelas. Sebab, bel masuk sudah berbunyi sejak tadi, tetapi mereka berdua tidak kunjung beranjak. Membuat Evelina yang merasa egois semakin tidak enak, dan memutuskan menuju kelasnya agar Yeoso tenang. Saat masuk ke dalam kelas, pandangan Evelina benar-benar tidak terangkat sama sekali. Gadis itu terus menunduk menghindari tatapan teman sekelasnya yang mungkin mengecam habis-habisan. Bahkan ketika sesampainya di bangku, Jordan yang biasa menanyakan Evelina pun mendadak bungkam. Membuat gadis itu semakin tersakiti, tetapi ia tidak bisa melakukan apa pun, selain tetap diam dan berusaha fokus dengan pelajaran di depannya. Akan tetapi, siapa sangka kalau ternyata Jordan melirik ke arah Evelina dengan ekspresi seakan lelah menghadapi gadis itu. Ia memang tidak bertanya apa pun, tetapi terlihat dari tatapannya membuat Jordan seakan mengetahui banyak hal, termasuk perubahan sikap Evelina yang secara mendadak seakan mendukung tindakan Daneen untuk menyakiti Azalia.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN