92. Marahnya Orang Diam

1020 Kata
“Zafran, makasih ya lo udah nyempetin datang ke sini.” Terlihat seorang gadis yang dibalut perban bagian kepalanya tersenyum senang menatap kehadiran seseorang datang. Membuat Zafran yang duduk di kursi penjenguk ikut tersenyum tipis. “Kapan lo keluar?” tanya Zafran menyadari gadis di hadapannya semakin pulih. “Malam ini gue keluar,” jawab Azalia tersenyum manis, lalu memegang tangan Zafran dengan erat. “Lo bisa antar, ‘kan?” Sejenak lelaki itu tampak menatap ke arah pegangan tangan yang dilakukan oleh Azalia, lalu mengembuskan napasnya pendek. Kemudian, Zafran mengangguk pelan seakan mengiakan perkataan dari gadis di hadapannya. Sontak melihat jawaban tersebut membuat Azalia senang dan tidak bisa menyembunyikan senyum lebarnya. Kemudian, menoleh ke arah pintu rawat inap yang diketuk oleh seseorang. “Nona Azalia, bagaimana keadaannya?” tanya seorang dokter yang selalu melakukan kontrol kepada para pasiennya. “Jauh lebih baik, Dok. Waktu itu ‘kan sempat ngerasa sakit bagian kepala, tapi sekarang udah hilang. Jadi, Azalia rasa udah enggak ada lagi yang perlu dirawat,” jawabnya dengan penuh percaya diri membuat dokter itu pun tersenyum tipis. “Baiklah, kalau sudah tidak ada yang perlu dikeluhkan. Akhirnya, kamu bisa beraktivitas lagi. Nanti jangan lupa urus prosedur keluar, ya.” Dokter paruh baya itu pun tersenyum lebar ke arah Azalia dan Zafran secara bergantian, sebelum akhirnya melenggang keluar meninggalkan mereka berdua. Sejenak Zafran yang melihat Azalia sudah jauh lebih baik pun bangkit, lalu berkata, “Gue urus prosedur keluar dulu. Lo tunggu di sini.” “Makasih, Zaf!” ucap Azalia tersenyum lebar. Tentu saja Azalia merasa sangat bahagia melihat Zafran begitu memperhatikan dirinya, terlebih besok ia akan segera masuk kembali dengan dijemput oleh lelaki tampan tersebut. Sebab, Zafran memang sudah berjanji kepada Azalia untuk menjemput dan mengantarkan gadis itu ke mana pun pergi. Semua itu berkat kesalahan Evelina yang masih dalam kesalahpahaman. Setelah melakukan beberapa pembayaran keluar dari rumah sakit menggunakan uangnya sendiri, Zafran pun kembali ke ruangan menemui seorang gadis yang sedang dibantu oleh salah satu suster merapikan barang-barangnya. Hal tersebut membuat Zafran langsung mengambil alih dengan sopan. Karena bukan pekerjaan seorang suster untuk membantu memasukkan barang pasien, terlebih Azalia yang hanya memulihkan mental dan fisiknya akibat perisakan. “Biar saya aja, Sus!” ucap Zafran menahan seluruh pergerakan suster mungil yang hendak membantu membereskan barang. “Baik, terima kasih,” balas suster itu tersenyum tipis, lalu melenggang keluar ruangan. Sedangkan Azalia yang melihat betapa baiknya sikap Zafran pun tidak henti-henti merasa kagum. Namun, pandangan gadis itu langsung teralihkan dengan seorang gadis yang melenggang masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu sama sekali. “Hai, Azalia!” sapa Yeoso tersenyum paksa sembari melambaikan tangannya singkat. Sontak kedatangan Yeoso secara tiba-tiba itu pun membuat Azalia dan Zafran melebarkan matanya dengan kompak. Akan tetapi, Yeoso yang melihatnya hanya mengembuskan napas malas, lalu mendudukkan diri di sofa panjang tidak jauh dari tempat tidur rumah sakit. “Enak, ya. Penginapan rumah sakitnya mirip hotel,” ungkap Yeoso sedikit menyindir, lalu memainkan ponsel acuh tak acuh mengabaikan kedua orang di hadapannya. “Ngapain lo ke sini?” tanya Azalia terdengar tajam. Mendengar pertanyaan itu, Yeoso pun mengangkat pandangannya dan tersenyum senang. “Akhirnya, lo sadar juga gue ke sini!” Sedangkan Zafran yang merasa ada sesuatu yang tidak beres pun bertanya, “Yeoso, ngapain lo ke sini? Di mana Rey? Lo sama siapa ke sini?” Pertanyaan beruntut dari Zafran membuat Yeoso langsung mengembuskan napasnya kasar, lalu menjawab, “Satu-satu aja, Zaf. Pertanyaan lo sama sekali enggak bermutu buat gue jawab. Karena kedatangan gue ke sini untuk memastikan sesuatu aja.” “Memastikan apa?” Zafran menukik alis penasaran, lalu menoleh ke arah Azalia yang terlihat menggerakkan bola matanya gugup. Yeoso tersenyum senang, lalu kembali meletakkan ponselnya ke dalam sling bag putih miliknya. “Uhm … sepertinya enggak jadi, gue ada urusan!” “Hah?” Azalia yang sejak tadi bungkam pun mulai bersuara. Namun, kedatangan Yeoso yang memulai kecurigaan itu pun tidak membuat Zafran melepaskan begitu saja. Jelas ia mengenai bagaimana Yeoso bertingkah. Gadis itu tidak akan mengunjungi siapa pun tanpa memiliki maksud tertentu. “Jelaskan kedatangan lo ke sini, Yeoso!” titah Zafran dengan nada begitu rendah seakan memperingatkan gadis tidak jauh darinya yang sedang berdiri untuk mengatakan sesuatu. Mendengar hal tersebut, Yeoso tampak mengembuskan napasnya panjang. Ia terlihat merapikan sedikit gaun biru selututnya yang tampak sangat cantik, lalu menyimbak rambutnya berada di pundak. Membuat bahu putih polos itu terlihat jelas nan sangat cantik untuk proporsi tubuh tidak terlalu kurus. “Gue datang ke sini untuk memperingatkan Azalia kalau ada masalah kita yang belum selesai,” jawab Yeoso tersenyum miring, lalu menoleh ke arah Zafran. “Oh ya, lo sekarang harus pilih, Zaf. Percaya sama Eve atau kekasih lo ini.” “Hah? Kekasih dari mana!?” seru Zafran mengernyit tidak suka. Yeoso yang mendengar itu pun berpura-pura terkejut, walaupun ia sudah mengetahui jawaban nyablak dari Zafran. Memang pada kenyataan, gadis itu tidak akan melupakan sifat asli dari ketos sekolahnya yang begitu dingin, dan cuek. Bahkan Zafran tidak memedulikan apa pun, selain keselamatan Evelina. Lain halnya seperti saat ini membuat Yeoso sedikit penasaran dengan apa yang dilakukan Azalia sampai mendapatkan perhatian Zafran. “Bukan kekasih lo? Benarkah? Ya ampun gue pikir kalian berdua itu pacaran. Karena saat gue ngelihat Eve pulang sendirian tadi dari SMP CatWul, gue langsung ngerasa kalau lo udah punya tambatan hati, Zaf,” cetus Yeoso tanpa merasa bersalah sama sekali telah membuat Azalia mendadak kesal sampai tidak menyadari kepalan tangannya menguat sembari memegang selimut rumah sakit. “Lo tahu Eve pulang sendiri tadi?” tanya Zafran melebarkan matanya terkejut. Sejenak Yeoso mengernyit acuh tak acuh, lalu menjawab, “Sebenarnya gue enggak peduli sih hubungan kalian berdua itu apa. Karena gue juga enggak kenal sama lo, Zal. Tapi, satu yang gue minta, tolong jangan sakiti Eve lagi. Cukup dia difitnah mengabaikan perisakan Daneen kemarin. Walaupun pada kenyataannya Eve cuma ngejalanin apa yang disuruh lo, Azalia Chandani.” Perkataan pedas Yeoso yang sama sekali tidak memikirkan apa pun itu terlontar dengan sangat lancar. Bahkan ketika ia menyebutkan nama lengkap seorang gadis yang tidak dikenalnya membuat Zafran bisa merasakan nada kemarahan di sana. Membuat lelaki itu tidak mengatakan apa pun.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN