86. Sikap Zafran Yang Terlihat Aneh

2036 Kata
“Eve! Eve! Eve!” Terdengar suara pekikkan dari seseorang membuat Evelina yang terlihat sedang bersantai itu pun mengembuskan napasnya panjang, lalu menoleh kesal ke arah Mesya tengah menetralkan deru napasnya yang sempat tersenggal-senggal akibat terlalu banyak berlari. “Kenapa?” tanya Evelina menegakkan tubuhnya bingung menatap kehadiran Mesya yang seakan baru saja melihat sesuatu. “Gue lihat cowok yang tadi nganterin lo sekolah!” jawab Mesya setengah berteriak. Sontak hal tersebut membuat beberapa murid kelas 11 IPA 2 langsung menatap penasaran, lalu mulai mendengarkan apa yang dibicarakan oleh Mesya. “Maksud lo … Rafa?” Evelina mengernyit bingung sekaligus penasaran apa yang dikatakan oleh teman sekelasnya. “Iya! Sekarang dia ada di perjalanan ke sini!” Tepat Mesya mengatakan itu, tiba-tiba terlihat Pak Handiarto melenggang masuk membuat banyak murid kelas 11 IPA 2 langsung menuju tempat duduknya masing-masing. “Astaga, ini bukan jam istirahat! Mengapa kalian semua duduk bersantai layaknya di pasar?” keluh Pak Handiarto memijat kepalanya lelah, lalu menoleh ke arah pintu kelas. “Murid baru, silakan masuk!” Spontan seluruh pandangan murid kelas 11 IPA 2 langsung mengarah pada pintu kelas yang memperlihatkan seorang lelaki berseragam sama seperti mereka baru saja datang melemparkan senyuman manis yang sangat menawan. Namun, lain halnya dengan Evelina yang melebarkan mata tidak percaya melihat seorang lelaki menyebalkan berada tepat di depan matanya. “Halo, semuanya! Perkenalkan nama saya Song Rafa Jakwang, murid pertukaran pelajar dari Tak Chu Secondary High School. Salam kenal dan mohon bantuannya!” ucap Rafa tersenyum manis, tepat mengarah ke Evelina yang benar-benar menunjukkan wajah terkejut. Sejenak ekspresi itu pun membuat Jordan yang berada di sampingnya melirik sesaat. Lelaki tampan berwajah dingin itu memang tidak bereaksi apa pun, selain menanggapi acuh tak acuh pada murid yang menjadi pertukaran pelajar. “Baiklah. Rafa ini bisa berbahasa indonesia sama seperti kita, jadi jangan terlalu membuatnya canggung. Dia murid yang ikut program pertukaran pelajar dari China. Jadi, Bapak harap kalian semua bisa berteman dengan baik dan jangan pernah pelit dalam ilmu. Karena Bapak yakin sepintar apa pun Rafa, pasti memiliki kekurangan,” pungkas Pak Handiarto tidak terlalu mengagung-agungkan murid yang mengikuti program pertukaran pelajar. Memang tidak dapat dipungkiri lelaki paruh baya itu selalu memperlakukan seluruh anak didiknya dengan adil. Walaupun beberapa kali Pak Handiarto lebih memperhatikan murid dengan nilai terbawah, sebab mempengaruhi predikat favorit sekolah. “Rafa, silakan kamu duduk di belakang Evelina!” titah Pak Handiarto menunjuk ke arah seorang gadis yang satu-satunya duduk bersama seorang lelaki. Namun, yang menarik perhatian Rafa adalah lelaki di samping Evelina tampak tidak memberikan reaksi apa pun. Selain tatapan dingin yang dilemparkan secara nyata membuat Rafa tersenyum canggung dan mendudukkan diri tepat di belakang mereka berdua. Tepat mengantarkan murid baru, Pak Handiarto langsung melenggang pergi begitu saja dari kelas. Membuat banyak murid kelas 11 IPA 2 mendekati Rafa dengan tatapan penuh kekaguman. Sayang sekali perhatian Rafa malah mengarah pada Evelina yang tidak ingin menegakkan tubuhnya. Bahkan Jordan yang berada di samping gadis itu pun mendadak penasaran. “Ada apa, Ve?” tanya Jordan setengah berbisik. “Dia murid baru yang ngantar gue ke sekolah,” jawab Evelina tidak kalah berbisik. “Lantas, apa yang terjadi? Bukankah hanya mengantar ke sekolah?” Kening Jordan mendadak berkerut penasaran. Evelina mengembuskan napasnya kasar, lalu menggeleng keras. “Sayangnya sama sekali bukan.” Perkataan penuh teka-teki itu membuat Jordan mendadak penasaran, tetapi ia tidak bisa melakukan apa pun, selain memperhatikan buku yang ada di hadapannya. Lelaki tampan dengan kepintaran di atas rata-rata itu kembali menenggelamkan diri bersama bacaaan di hadapannya. Sedangkan Evelina yang merasa kedamaiannya terguncang begitu saja hanya bisa mengembuskan napas pasrah. Kemudian, merebahkan kepalanya berharap waktu berputar begitu cepat. Sebab, ia ingin kembali pulang dan menganggap semua hanyalah mimpi. Tanpa sadar gadis itu mulai memejamkan mata tertidur. Mengabaikan seluruh kebisingan yang terjadi akibat kedatangan Rafa. Bahkan banyak murid kelas lain yang berbondong-bondong mendatangi kelas mereka. Sementara di sisi lain terlihat seorang lelaki baru saja mendudukkan diri di bangku menatap betapa kacaunya seisi kelas dengan beberapa murid mulai beraksi konser mandiri. “Zaf, lo enggak jadi ke kelas Eve?” tanya Reyhan menyadari sahabatnya masih terdiam di tempat, sedangkan ia baru saja kembali dari perpustakaan untuk meminta beberapa buku. Sebab, guru yang mengajarkan jam pelajaran pertama kepada mereka mendadak ada rapat, sehingga mau tidak mau mereka belajar secara mandiri. Zafran menggeleng pelan, lalu menjawab, “Enggak. Biar lo aja yang nganterin!” Reyhan menatap sesaat ke arah kotak bekal yang sejak tadi menjadi objek keraguan penuh dari sahabatnya. Membuat lelaki itu mengangguk santai. “Oke, biar gue yang ke sana. Lumayan juga bisa ketemu Yeoso.” Belum sempat Reyhan membawa kotak bekal tersebut, tiba-tiba Zafran merebutnya kembali. Tindakan tidak terduga itu membuat Reyhan hanya mengembuskan napasnya panjang. “Enggak perlu. Biar gue sendiri memastikan dia makan atau enggak,” sanggah Zafran terburu-buru, lalu melenggang pergi begitu saja. Reyhan hanya menatap tanpa ekspresi, lalu menggeleng tidak percaya dan mulai membagikan buku-buku tersebut. Sebagai ketua kelas yang baik, lelaki itu harus mengkoodinir kelas agar tetap bisa dikondisikan. Selama melangkah menuju kelas 11 IPA 2 yang berada di gedung seberang, sejenak Zafran memikirkan seluruh ekspresi Evelina sepanjang terjadinya perisakan Azalia. Ketika diperhatikan lebih jauh, memang terdapat beberapa kejanggalan saat Zafran mengemui Evelina yang berada di kantin. Bahkan Yeoso yang biasanya terlihat tenang pun tampak sedikit gelisah. Beberapa kali gadis itu memilin jemarinya sembari memperhatikan kerumunan, walaupun Yeoso berusaha tetap tenang menikmati makanannya. Tepat sampai di depan kelas 11 IPA 2, Zafran tampak sedikit penasaran dengan kelas yang terbiasa sepi mendadak ramai. Sampai penglihatan lelaki itu mengarah pada seseorang yang duduk tepat di belakang Evelina. Tentu saja hal tersebut membuat Zafran langsung melenggang masuk lebar-lebar mengejutkan banyak murid kelas 11 IPA 2 yang awalnya asyik memperhatikan kegiatan Rafa berbincang untuk mendapatkan banyak kenalan. Sebab, salah satu kelebihan Rafa memang terdapat pada mudahnya bergaul dengan banyak orang. “Evelina!” panggil Zafran begitu lantang membuat Jordan yang menyumpal telinganya menggunakan airpods langsung mengangkat kepala. Sedangkan Evelina yang tertidur pulas pun mulai merenggangkan tubuh, lalu mengerjap beberapa kali menetralkan penglihatannya menatap ke arah seorang lelaki tampan berdiri tidak jauh dari dirinya. ** “Apa cuma gue yang ngerasa kalau kelas kita mendadak panas?” Sebuah bisikan dari Mesya terdengar fakta membuat Syafa mengangguk beberapa kali memperhatikan aura pertarungan antara Rafa dan Zafran terasa begitu kuat. “Gue juga ngerasa, Sya. Sepertinya sebentar lagi kelas kita akan semakin ramai.” Mendengar hal tersebut, Mesya hanya mengangguk pelan dan mulai memperhatikan setiap gerak-gerik dari kedua lelaki tampan yang berkumpul di kelas. Sedangkan Evelina baru menyadari situasi pun menatap terkejut, lalu meraih pergelangan tangan Zafran ketika lelaki itu hendak mengeluarkan aura pertarungan. Membuat lelaki itu melirik ke arah pergelangan tangannya yang dipegang oleh Evelina. “Zaf,” panggil Evelina terdengar pelan. Sejenak Zafran mengembuskan napasnya panjang, lalu membawa Evelina keluar dari kelas. Sontak pergerakan itu membuat Jordan berkata, “Yang lain tetap di dalam!” Perkataan Jordan pun sukses menginterupsi banyak murid kelas 11 IPA 2 yang langsung menuju mejanya masing-masing. Kemudian, mulai mengerjakan tugas yang baru saja diberikan oleh salah satu guru mata pelajaran berlangsung pada jam pertama. Sedangkan Rafa yang memperhatikan Evelina dibawa keluar oleh seorang lelaki hanya diam. Lelaki itu jelas merasa penasaran sekaligus tidak menduga bahwa Evelina memiliki seseorang yang begitu dekat. Sementara itu, Zafran yang membawa Evelina keluar kelas pun menempatkan gadis cantik tersebut di ujung tangga mengarah ke bawah. Mereka berdua dengan leluasa berbicara di sana tanpa merasa dicurigai sama sekali. Sebab, seluruh buru yang berada di sekolah tengah melakukan rapat darurat. “Siapa cowok tadi?” tanya Zafran terdengar tidak suka. “Dia murid baru di kelas gue, Zaf,” jawab Evelina mengembuskan napasnya pendek. “Bukankah dia yang nganter lo tadi?” sinis Zafran memajukan tubuhnya menatap lekat-lekat ke arah Evelina yang terlihat sedikit takut dan spontan memudurkan tubuhnya mulai terhimpit dinding pembatas. “Dia anak komplek kita, Zaf. Gue udah ketemu semalam,” balas Evelina berusaha tetap tenang, walaupun perasaannya benar-benar gugup sekaligus takut melihat aura membunuh dari Zafran. Zafran tersenyum sinis, lalu menatap ke arah lain. Kemudian, menegakkan tubuhnya kembali seakan tidak terjadi apa pun. “Jangan lupa sarapan! Tadi lo enggak ke rumah, jadi dibawain bekal,” ungkap Zafran singkat, dan melenggang pergi begitu saja. Sejenak hal tersebut membuat Evelina mengembuskan napasnya panjang memperhatikan kepergian Rafif yang melenggang turun menuju kelasnya kembali. Meninggalkan seorang gadis dengan keterdiaman yang sedikit terkejut akibat tindakannya tadi. Selesai memperhatikan kepergian Zafran, akhirnya Evelina pun memutuskan kembali ke kelasnya lagi. Kali ini pandangan sepi yang terbiasa terlihat membuat gadis itu melenggang santai ke arah tempat duduknya dengan seorang lelaki tengah mencatat sesuatu. Kehadiran Evelina yang baru saja kembali dari bertemu Zafran membuat Jordan memberikan buku, lalu berkata, “Ada tugas. Kerjain dan kumpulin selesai jam pelajaran pertama.” “Gurunya benar-benar rapat semua?” tanya Evelina penasaran sembari mendudukkan diri. “Iya,” jawab Jordan singkat, dan kembali menekuni pengerjaan tugasnya. Sedangkan Evelina langsung mengambil buku tulis dan mulai mengerjakan tugas. Sesekali gadis itu menikmati bekal nasi goreng yang dibawakan oleh Zafran. Membuat perutnya yang tadi terasa perih akibat kosong mulai terisi penuh. Tanpa disadari terdapat tatapan yang menarik perhatian dari Rafa. Lelaki yang baru saja beberapa menit menjadi murid baru itu tampak memperhatikan seluruh kegiatan Evelina yang mulai diketahui dekat dengan murid lelaki dari kelas sebelah. “Dia tadi … siapa?” tanya Rafa ke arah siswi yang duduk di sampingnya. Tepat selesai melakukan perkenalan, memang beberapa siswi langsung menghampiri Rafa dan mencari perhatian ke arah lelaki itu. Membuat beberapa teman kelas lainnya merasa iri sekaligus tidak percaya. “Oh, tadi itu Zafran. Dia dari kelas 11 IPS 2 yang menjadi sahabat Eve sejak kecil. Mereka berdua memang selalu bersama, tapi enggak pernah terlibat pacaran. Entahlah gue juga kurang paham, kalau masih penasaran tanya aja sendiri,” jawab gadis tersebut dengan acuh tak acuh. Sejenak Rafa mengangguk beberapa kali, lalu kembali mempelajari seluruh buku mata pelajaran yang ada di hadapannya. Lelaki itu terlihat penasaran sekaligus tidak mempercayai bahwa Evelina memiliki seseorang yang begitu dekat sejak kecil. Kalau pun memang hal tersebut benar, Rafa pasti akan mengenalinya. Sebab, ketika semalam saat dirinya tanpa sengaja menabrak, Evelina benar-benar sendiri. Membuat lelaki percaya tidak percaya bahwa Evelina memiliki seseorang yang selama ini melindunginya. “Eve!” panggil Rafa pelan membuat Jordan langsung menahan Evelina yang hendak membalikkan tubuh, menjadikan lelaki itu berbalik menatap seorang lelaki tampan dengan wajah khas chinese. “Ada yang mau ditanyain sama gue,” balas Jordan datar tanpa ekspresi sama sekali. Mendengar hal tersebut, Rafa meringis pelan dan mengangguk beberapa kali. Untung saja ada beberapa pertanyaan yang sulit dimengerti sehingga ia tidak perlu mencari-cari alasan demi memanggil dua murid pintar di hadapannya. “Ada beberapa pertanyaan yang kurang gue mengerti,” ungkap Rafa menunjuk ke arah buku paket di hadapannya membuat Jordan mengangguk singkat. Sedangkan di sisi lain terlihat seorang lelaki yang baru saja mendudukkan diri di bangku kantin. Zafran sama sekali tidak terduga, lelaki itu benar-benar memanjat pagar sekolah untuk memasuki wilayah kantin yang masih menutup. Lelaki tampan dengan seragam acak nyaris keluar itu tampak sangat tampan. Zafran mendudukkan diri dengan santai sembari menikmati minuman yang baru saja disandingkan oleh salah satu pelayan kantin. Tentu saja kedatangan lelaki itu tidak perlu terkejut, sebab Zafran memang terlihat sangat aneh dengan gelar ketos yang sama sekali tidak membuat lelaki itu menurut pada perintah guru. Terlebih selurh organisasi kelas lebih unggul dipegang oleh kelas IPS, meskipun terdapat beberapa perintah yang selalu dilanggar. “Nak Zafran, sekarang guru-guru pada ke mana, ya?” tanya salah satu penjaga kantin yang merasa penasaran, sebab sedari tadi pagi memang tidak ada guru melintas untuk melakukan patroli. “Lagi para rapat, Bu! Sekarang aja di kelas cuma dikasih tugas,” jawab Zafran mengangguk santai. “Wah, jarang banget ada rapat! Kira-kira ada masalah apa, ya?” sahut penjaga kantin lainnya yang ikut penasaran. Zafran meneguk air minumnya sesaat, lalu membalas, “Zafran dengar ada beberapa masalah sekaligus kerja sama MOU perusahaan. Kemungkinan besar sebentar lagi dilakukan. Karena kelas 12 melakukan kunjungan ke salah satu perusahaan untuk penelitian akhir tahun.” Mendengar jawaban tersebut, beberapa penjaga kantin tampak mengangguk serius. Mereka memang sering kali mendengar bahwa kelas 12 selalu diberlakukan tugas akhir tahun yang mirip dengan SMK, hanya saja project penelitian kali ini memang dibagi menjadi dua jenis sehingga memerlukan banyak persiapan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN