71. Incaran Kekasih

1994 Kata
“Evelina, gue mau tanya sesuatu sama lo. Mungkin ini berkaitan sama Zafran. Boleh?” Mendapatkan kesempatan hanya berdua dengan Evelina, jelas tidak akan pernah Azalia sia-siakan. Apalagi gadis itu memang sudah menunggu kesempatan seperti ini sejak lama. Sampai penantiannya menjadi kesabaran yang membuahkan hasil. “Tanya apa?” tanya Evelina mengernyitkan keningnya bingung. “Hubungan lo sama Zafran itu sekedar sahabat?” Azalia merendahkan suaranya. “Bukan bermaksud apa pun, tapi gue cuma memastikan aja takutnya kalian berdua saling menyukai satu sama lain.” Tepat mendengar pertanyaan yang tidak terduga dari Azalia membuat Evelina spontan menghentikan kegiatan makan. Gadis itu tampak menatap tanpa ekspresi ke arah seorang anak baru yang ternyata begitu lancang. Saat Evelina hendak menjawab, tiba-tiba sesosok arwah yang berada di sampingnya langsung memegang tangan kiri gadis itu. Hal tersebut membuat Evelina spontan menoleh, tetapi sayangnya tidak sampai menimbulkan kecurigaan dari Azalia yang terlihat sibuk membuka bungkus wafer di hadapannya. “Jangan menjawab dengan jujur, Eve. Dia berniat jahat kepadamu,” ungkap arwah perempuan tersebut menggeleng pelan. “Tenang saja, dia hanya membicarakan masalah Zafran. Jangan merasa terancam,” balas Evelina tetap berpikir positif dan mengabaikan peringatan dari arwah yang beberapa hari ini mengikuti dirinya. Sejenak arwah perempuan itu langsung mengembuskan napasnya panjang, lalu melepaskan telapak tangannya dari lengan milik Evelina. Membuat gadis cantik yang memiliki kemampuan spesial itu langsung tersenyum senang. “Kita berdua hanya sebatas sahabat tidak lebih,” jawab Evelina tersenyum tipis. “Jadi, lo … enggak ada rasa apa pun sama Zafran?” tanya Azalia sedikit meyakinkan sekaligus bernada seakan hendak terjadi sesuatu. Evelina mengangguk pelan. Namun, siapa sangka kalau perbincangan tersebut didengar oleh Zafran yang kebetulan berada di belakang Evelina hendak mengejutkan sahabatnya. Akan tetapi, langkah lelaki itu langsung terhenti mendengar jawaban yang penuh keyakinan dari Evelina. Entah kenapa jauh dari dalam lubuk hati lelaki itu terasa sangat nyeri sekaligus kecewa. Meskipun Zafran berusaha menyembunyikannya dengan baik, tetapi ekspresi wajahnya tidak akan pernah bisa berbohong. Sejenak hal tersebut mengundang rasa penasaran kedua sahabatnya yang berada di samping. Mereka berdua kompak menatap ke arah Zafran yang mendadak lesu. Padahal awalnya lelaki itu sangat bersemangat ketika melihat Evelina di dalam kantin bersama seorang perempuan. Sedetik kemudian, Zafran berbalik menjauhi meja Evelina membuat kedua lelaki itu mengikuti dengan perasaan penuh tanda tanya. Sedangkan Azalia yang melihat Zafran berbalik pun tersenyum sinis. Tentu saja hal tersebut membuat Evelina mendadak penasaran, lalu mengernyitkan keningnya bingung. “Azalia, ada apa?” “Ah? Enggak ada,” jawab Azalia sedikit tergagap akibat terkejut. Evelina mengangguk singkat, lalu kembali memakan cemilan di hadapannya. Sementara itu, arwah gadis sekolah yang berada di samping Evelina tampak bangkit dan terbang bebas di atas langit-langit kantin. Membuat Evelina ikut mendongak bingung. “Apa yang sedang kamu lakukan di sana? Ayo turun!” Evelina tampak tidak suka, sebab ketika hantu tersebut mengajaknya berbincang jelas ia akan ikut mendongak. Hal tersebut membuat beberapa murid yang berada di samping Evelina langsng erasa kebingungan. “Kamu jahat, Eve!” kecam arwah perempuan tersebut dengan nada tajam. Perkataan tersebut sukses membuat Evelina langsung bertanya-tanya. Akan tetapi , sayangnya Evelina terkadang sulit mencerna perkataan arwah di sampingnya. Membuat arwah tersebut kesal dan langsung melesat pergi begitu saja. Akan tetapi, arwah tersebut mendadak melihat ke arah The Handsome Guy yang terlihat hendak mendekati Evelina dan kembali menuju meja kosong miliknya tadi. Tentu saja mereka tampak acuh tak acuh melihat kedatangan arwah karena memang tidak terlihat. Sesaat kemudian, bel istirahat selesai pun berbunyi membuat banyak para murid SMA Catur Wulan berbondong-bondong masuk ke dalam kelas. Azalia dan Evelina pun ikut melenggang masuk membawa minum di tangannya. Keduanya tampak melangkah beriringan membuat banyak pandangan kagum dan penuh takjub dari beberapa siswi yang melihatnya. Namun, kebanyakan dari mereka tampak sinis ketika mengetahui Azalia sempat melawan kakak kelasnya sendiri. Memang tidak dapat dipungkiri mereka merasa bahwa Azalia ingin memanfaatkan Evelina saja. Karena selama ini hampir tidak ada yang berani mendekati gadis itu, sejak Evelina sering mendapatkan perisakan dan langsung dibea dengan penuh oleh Zafran. Namun, kedatangan Azalia yang mencoba menjadi teman untuk Evelina memang wajib dipertanyakan. Sebab, gadis itu entah memang serius berteman secara sehat atau hanya memanfaatkan koneksinya untuk mendekati salah satu dari The Handsome Guy. “Eve, makasih, ya. Hari ini gue benar-benar senang banget bisa ngobrol banyak sama lo,” ungkap Azalia tersenyum senang sembari memeluk tubuh Evelina. Gadis pendiam yang biasa mengabaikan banyak orang ingin berdekatan dengan dirinya itu pun hanya mengangguk pelan. Ia tampak tidak nyaman mendapat banyak tatapan dari siswi yang masih berada di depan kelas. Ketika Azalia hendak melenggang pergi tiba-tiba terdengar suara panggilan dari seorang lelaki membuat kedua gadis yang awalnya hendak berpisah itu pun kembali menyatu. Tentu saja Evelina langsung mengangkat kepalanya dengan kening berkerut bingung. “Eve! Astaga, lo ke mana aja?” tanya Zafran sedikit kesal membuat kedua sahabatnya yang berada di belakang memasang ekspresi kurang menyenangkan. Seakan tengah mengejek lelaki itu. “Gue di kantin tadi,” jawab Evelina jujur sekaligus bingung melihat sahabatnya yang sedikit aneh. Zafran menoleh ke arah Azalia, tetapi lelaki itu tidak mengatakan apa pun. Melainkan ia langsung merangkul tubuh Evelina dan membawanya pergi ke arah kelas 11 IPA 2 meninggalkan Azalia yang berdiri mematung seakan tidak terlihat. Hal tersebut membuat Jordan dan Reyhan mengikuti hal yang sama. Mereka berdua melenggang pergi begitu saja menghindari banyak gosip yang mungkin akan terdengar jika masih berada di sana dan berbicara singkat. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa tindakan tersebut membuat Azalia sedikit tersinggung. Namun, gadis itu memilih untuk mengabaikan begitu saja dan melanjutkan langkahnya menuju kelas. Sedangkan Evelina hanya pasrah dibawa oleh Zafran menuju kelasnya sendiri. Walaupun tidak dapat dipungkiri lelaki itu terlihat senang ketika membawa sahabatnya tanpa memberontak sama sekali. Langkah kaki mereka mengarah pada kelas IPA yang terlihat mulai dipenuhi oleh murid yang hendak mengulang pelajaran. Akan tetapi, pandangan mereka langsung tertuju pada kedatangan Evelina dan The Handsome Guy. “Eve, lo ke mana aja? Dari tadi Zafran bolak balik ke sini nyariin lo!” seru salah satu teman kelas Evelina yang melihat kedatangan seorang gadis pendiam di kelasnya. ** Seperti biasa Evelina akan menunggu bus untuk pulang ke rumahnya. Bahkan Zafran yang kebetulan melintas hanya membiarkan gadis itu menunggu bersama teman sepulangnya. Meskipun Zafran memperhatikan sahabatnya dari jauh, sebab lelaki itu tengah berada di warung tempat beberapa anak lelaki tampan yang sering melakukan pertemuan dengan teman setongkrongannya. Hal tersebut membuat Reyhan yang sedang memakan gorengan itu pun mengernyit bingung. Kemudian, pandangan lelaki tampan itu langsung mengarah pada seorang gadis yang menunduk sembari bersandar pada tiang halte. “Jangan ditatap terus, Zaf. Gue tahu lo suka ‘kan sama Eve?” sindir Reyhan mendudukkan diri tepat di samping sahabatnya. Zafran melirik sesaat. Ia tidak menanggapi dan menyangkal perkataan sahabatnya sama sekali. Namun, tidak dapat dipungkiri terasa sedikit aneh ketika Reyhan mengatakan tentang Evelina yang berbeda. “Woy, Zaf! Gue kira lo lagi nganter si Eve!” seru salah satu lelaki berseragam acak ber-name tag Hayren. Mendengar hal tersebut, Zafran tertawa pelan. “Kenapa? Lo masih ada niatan mau deketin dia?” Hayren menggeleng pelan, lalu meraih segelas minuman es miliknya yang telah selesai dibuatkan. Kemudian, melangkah dengan santai menuju Zafran dan Reyhan yang duduk berdua di bangku panjang sembari memandangi ke arah halte sekolah tidak terlalu jauh. “Sebenarnya gue udah nyerah sama sikapnya, tapi semakin ke sini kelihatan cantik. Apa gue deketin lagi, ya?” balas Hayren secara terang-terangan ingin mendekati Evelina. Sebenarnya lelaki itu memang pernah beberapa kali bertemu dengan Evelina. Tentu saja berkat koneksinya dengan Zafran, tetapi sayangnya gadis cantik itu menolak secara halus dengan mendiami selama Hayren berbicara. “Gue saranin mendingan jangan, Ren. Sekarang ada orang yang ngincar Eve,” sahut Reyhan menggeleng serius. “Siapa?” tanya Hayren penasaran. Namun, sayang sekali Reyhan hanya menggeleng pelan membuat Zafran mengangkat alis kanannya sembari menatap datar. Seakan lelaki itu tengah memperingatkan Reyhan untuk tidak membuat gosip apa pun mengenai dirinya dan Evelina. Melihat keterdiaman Reyhan yang semakin membuat penasaran, Hayren pun mengembuskan napasnya panjang. Kemudian, lelaki itu kembali memandangi Evelina dari kejauhan. Memang tidak dapat dipungkiri hanya Evelina yang begitu misterius. Padahal gadis secantik Evelina bisa memiliki banyak teman, tetapi sayangnya sampai detik ini tidak ada satu pun orang yang benar-benar membuat gadis itu terbuka, selain bersama Zafran. Tidak menampik Hayren curiga dengan lelaki tampan yang ada di sampingnya. Mustahil jika pertemanan antara lelaki dan perempuan tidak memiliki sebuah rasa. Sebab, mereka sering bersama sehingga terbiasa. “Rey, tumben Jo enggak kemari. Ke mana dia?” tanya Okto mengitari pandangan ke sekeliling warung yang tidak mendapati seorang lelaki tampan berwajah dingin. Reyhan bangkit dari tempat duduknya untuk mengambil segelas minuman berasa anggur yang telah selesai diseduh. Lelaki itu meneguknya sekali, lalu meletakkan kembali gelas tersebut ke atas meja. “Jo ada acara hari ini sama orang tuanya, jadi hari ini dia balik cepet!” jawab Reyhan mengangguk pelan dan melanjutkan kegiatannya untuk memakan gorengan pisang yang masih hangat. Sejenak Okto tampak mengernyitkan keningnya. “Gue baru tahu kalau dia suka ke acara keluarga. Biasanya, kalau gue mendingan kabur ke tempat Heyran atau enggak Moses.” “Eh, To, gue resah kalau lo ke rumah! Bisa-bisanya dia godain adik gue yang masih bocil,” keluh Moses meresahkan kedatangan Okto benar-benar menyebabkan hubungan lelaki itu dengan sang adik sedikit tidak akur. Akibat, Moses sering kali melarang adiknya untuk turun ke bawah ketika siapa pun yang datang. Okto tertawa lepas, lalu membalas, “Gue sebenarnya suka godain adik lo, Mos. Tapi, kalau dia suka beneran sama gue juga enggak apa-apa. Lagi pula usia kita berdua cuma beda tujuh tahun aja.” “Ogeb banget anjir! Ya pantes Moses enggak suka, lo sama aja p*****l kalau pacaran sama bocah kelas 5 SD.” Reyhan tertawa lepas sampai perutnya terasa sangat kaku akibat terlalu banyak tertawa. “Lain kali kalau mau pacaran itu nyari yang standarlah modelan SMP atau adik lo. Bahkan SMP aja udah terlalu kecil kalau kelas 7.” “Amit-amit banget adik gue sama cowok begajulan model lo. Lebih baik gue suruh dia enggak usah punya pacar sekalian,” sinis Moses tidak akan pernah memberi restu terhadap adiknya yang akan menjalin cinta bersama Okto. Walaupun tidak menutup kemungkinan keduanya ditakdirkan untuk bersama, Moses akan tetap menerima Okto ketika semuanya sudah selesai. Saat kedua lelaki itu saling menyuarakan ketidaksukaannya, tiba-tiba terlihat seorang gadis cantik mendekat. Sontak membuat lima lelaki tampan dengan seragam yang berbeda itu pun terdiam membisu. Namun, sepertinya tidak dengan Zafran yang terlihat bingung. Membuat Reyhan di samping lelaki itu langsung menyenggol pelan. “Ngapain dia ke sini?” tanya Reyhan berbisik ke arah sahabatnya yang terlihat tak bergeming. “Entahlah,” jawab Zafran mengangkat bahunya acuh tak acuh. Azalia tersenyum lebar melihat seorang lelaki yang tidak asing di ingatannya. Membuat gadis itu langsung berlari kecil mendekat. “Zafran, lo ada di sini juga?” tanya Azalia senang. Mendengar hal tersebut membuat Zafran mengangkat alisnya tidak percaya, lalu menoleh ke arah Reyhan yang terlihat menggeleng samar. “Kenapa?” “Ehm! Gue ke sini mau ambil donat pesanan,” jawab Azalia menggeleng singkat menyanggah nada tidak suka dari lelaki tampan yang ada di hadapannya. “Jadi, benar kata Eve tadi kalau lo suka nongkrong di sini.” “Eve? Kalian berdua ngomongin apa aja tadi?” tanya Reyhan menyahut penasaran. Belum sempat Azalia menjawab, tiba-tiba terdengar suara nada dering dari ponsel salah satu lelaki tampan di hadapannya. Membuat Reyhan yang langsung meraih ponsel dari dalam saku, menampilkan nomor seorang gadis kini menjadi kekasihnya. “Gue angkat telepon dari Yeoso dulu,” bisik Reyhan pada Zafran yang menoleh bingung. “Hm … sekalian suruh dia buat kabarin Eve balik cepet,” balas Zafran mengangguk singkat. “Oke!” pungkas Reyhan bangkit dari tempat duduknya, lalu melenggang pergi begitu saja sembari menempelkan ponselnya di telinga kiri. Sedangkan Azalia yang melihat hal tersebut tampak mengernyitkan keningnya bingung, tetapi gadis itu tidak mengatakan apa pun, selain meminta pesanan donat miliknya yang ternyata sudah selesai dibuat. “Terima kasih, Bu,” ucap Azalia tersenyum manis, lalu menoleh ke arah Zafran. “Zaf, gue duluan, ya!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN