26. Selamat Tinggal

1012 Kata
Selama menunggu kedatangan Bu Liane, seluruh murid SMA Catur Wulan yang terdiri dari dua kelas berbeda itu tampak berdiri menatap kelompok satu sama lain. Kebanyakan dari mereka terlihat lesu sekaligus lelah, mengingat mereka tidak istirahat ketika Dara dan Mesya menghilang. Bahkan kedua orang tua dari dua murid tersebut mulai tidak tenang ketika mendapat kabar dari sekolah kalau harus menyiapkan hati agar merasa terbebani. Sebab, mereka sama sekali tidak menyangka bahwa kenyataan begitu memukul. “Eve, selamat tinggal! Senang bisa bertemu dan berbincang denganmu, walaupun kita hanya sebentar saja,” ungkap Trejo tepat berdiri di hadapan Zafran yang terduduk di anak tangga pertama dari vila. Evelina dan The Handsome Guy memang menunggu di depan vila sembari memperhatikan seluruh kegiatan anak SMA Catur Wulan yang terlihat kerepotan. Beberapa dari mereka tampak menunggu anggota kelompoknya untuk segera berkumpul, karena sebagian barang mereka telah disimpan di depan vila sehingga tidak perlu membereskan lagi. Mendengar ungkapan tulus yang terkesan penuh arti, Evelina tersenyum penuh arti. Gadis berwajah cantik nan manis itu tengah berbincang dengan teman barunya melalui telepati. Sebab, keadaan di sekitarnya tidak memungkinkan gadis itu berbicara seperti biasa. “Jangan sedih. Kamu akan segera mempunyai teman asal mau terbuka dengan teman yang lain,” balas Evelina dari dalam hati. Trejo tersenyum tulus, lalu terbang pergi menjauhi rombongan SMA Catur Wulan. Tentu saja hantu memiliki rasa kepedulian tinggi dibandingkan manusia. Bahkan kepergian Trejo membuat Evelina seketika menjadi murung. Ia baru kali ini bertemu hantu yang bisa diajak berbincang. Hanya saja saat menanyakan masa lalu, Trejo sama sekali tidak ingat bagaimana ia bisa terjebak. Membuat Evelina tidak bisa membantunya lebih baik. Selain menemani berbincang, Evelina memang tidak melakukan apa pun lagi. Namun, siapa sangka kalau hal tersebut membuat Trejo senang. Hantu bertubuh besar itu memiliki selera humor yang jauh lebih rendah dibandingkan Evelina, sehingga tidak sulit mendekatkan diri. Perubahan ekspresi itu pun disadari oleh Reyhan yang tanpa sengaja menoleh sesaat ke arah gadis tersebut. Membuat lelaki tampan yang mengenakan hoodie dipadukan rompi levis menyenggol lengan Zafran pelan, mengkode pada lelaki itu mengenai ekspresi aneh dari Evelina. Zafran mengernyitkan keningnya bingung, lalu bertanya, “Ve, lo kenapa? Aneh banget mukanya, padahal tadi oke-oke aja.” “Kenapa sama gue?” Evelina malah bertanya balik membuat kesan misterius sampai Jordan pun ikut menoleh. “Ada hantu yang ganggu lo?” tebak Jordan tepat sasaran. Pandangan terkejut tampak tercetak jelas di wajah Evelina. “Kok lo bisa tahu, Jo?” “Sebenarnya gue enggak tahu, tapi nebak bagian lo senang sama sedih. Karena ekspresi lo benar-benar bisa dibaca dengan baik, Ve. Apalagi kalau di keramaian dan bertemu mereka, mungkin lo akan sangat diketahui,” tutur Jordan ada benarnya. Pengamatan Jordan yang terlalu detail pun membuat Evelina diam tidak berkutik. Nyatanya gadis itu sama sekali tidak menyangka bahwa lelaki tampan itu akan mengamati sampai sedemikian rupa. Akan tetapi, memang Evelina tidak bisa menampik bahwa apa yang dikatakan lelaki itu memang benar. Hanya saja untuk mengakui apa yang dialaminya membuat Evelina merasa tidak enak dengan Trejo. Sebab, lelaki itu pasti akan merasa seperti dikhianati. Apalagi Trejo merupakan hantu baru yang tersesaat. Evelina tidak ingin menceritakan semua keburukannya, kecuali Trejo benar-benar sudah menuju jalannya masing-masing. “Gue enggak bisa cerita,” ungkap Evelina lesu sekaligus lemah memikirkan Trejo lagi. Mendengar hal tersebut, Zafran pun langsung menatap ke arah dua sahabat lelakinya. Ia menjadi mengerti apa yang terjadi pada Evelina sejak pagi tadi. Memang lelaki itu tanpa sengaja mendengar perbincangan Evelina, padahal gadis itu bisa dikatakan seorang diri. Sayang sekali Zafran tidak ingin membahas lebih lanjut karena apa yang diderita mereka jelas sudah cukup menyiksa. Namun, siapa sangka kalau Evelina melakukannya. Kali ini cukup jelas membuat Reyhan menyadari hal tersebut. “Uhm … Ve, apa hantu ini yang bersama lo tadi?” tanya Zafran mengundang kernyitan bingung dari Jordan dan Reyhan. “Lo … dengar pembicaraan gue tadi?” Evelina bertanya balik. Zafran mengangguk lugas, lalu menjawab, “Iya gue dengar perbincangan tadi, Ve. Saat lo mengajukan diri untuk nyuci piring tadi.” “Kenapa lo enggak nanya?” tanya Evelina penasaran. Karena Zafran bisa saja bertanya, tetapi lelaki itu malah memilih untuk tetap diam. “Sebenarnya gue mau melakukan itu tadi, tapi sepertinya lo memilih untuk diam. Jadi, gue yang enggak memiliki urusan dengan teman lo,” jawab Zafran lugas. Evelina tersenyum senang, lalu menghamburkan pelukan singkat pada Zafran membuat pandangan seluruh anak perempuan yang sejak tadi memperhatikan langsung melebarkan mata tidak percaya. Kebanyakan dari mereka menatap penuh berapi-api, tetapi sayangnya tidak ditanggapi oleh Evelina. “Akhirnya, lo menjadi dewasa, Zaf. Udah lama banget gue nunggu saat-saat seperti ini,” pungkas Evelina tersenyum lebar. Zafran mengernyitkan kening tidak percaya, lalu tertawa pelan. “Astaga, gue kira lo ada apa meluk gue segala.” “Gue udah enggak takut. Lagi pula perkataan mereka sama sekali tidak memberikan efek buat gue karena ada atau enggaknya mereka, gue jelas memiliki teman yang jauh lebih beradab,” papar Evelina dengan nada yang penuh sarkatis. Tentu saja wajah penuh keterkejutan tampak tercetak jelas dari The Handsome Guy. Mereka jelas sama sekali tidak menyangka bahwa Evelina akan berubah pikiran hanya karena berbincang selama beberapa saat bersama sesosok tersebut. Patut diacungi jempol mengingat keberanian Evelina meningkat dengan pesat. Bahkan gadis itu menjadi lebih terbuka dalam berekspresi tidak seperti dulu. Sehingga tanpa sadar memberikan kesan penuh ketenangan dari Zafran. Lelaki yang sudah bersahabat sejak kecil itu benar-benar melihat kedewasaan Evelina jauh lebih baik. Tentu Evelina bersikap lebih terbuka membuat gadis itu tidak mudah diperlakukan buruk, meskipun tidak pernah mendapat perisakan, kecuali lepas dari pemantauan The Handsome Guy. “Wah, berarti Eve kita udah besar. Kalau begitu, udah enggak butuh perlindungan dari kita lagi?” keluh Reyhan setengah menyindir dengan nada lesu. Evelina yang mendengarnya langsung tersenyum geli, lalu membalas, “Enggaklah, kalian tetap menjadi tempat perlindungan gue paling balik. Lagi pula keberanian ini cuma buat ketika gue sama kalian bertiga berpisah aja.” “Yakin?” Zafran menatap penuh penyelidikan. “Tentu saja!” pungkas Evelina mengangguk penuh semangat sembari tertawa pelan membuat beberapa lelaki yang melihatnya langsung terpesona, mereka sama sekali tidak menyangka Evelina akan sangat cantik ketika melepaskan seluruh ekspresinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN