Excel menghempaskan tubuhnya di atas kasur empuk, ia memandangi langit-langit kamar dengan hiasan lampu Kristal mahal. Wajah Elena terus membayangi pria itu. “Kenapa dia semakin menggangu?” Excel mengusap wajahnya dengan kasar. “Elena, aku akan mengganggu hari-hari kamu.” Excel tersenyum dan memejamkan matanya. Pintu kamar Excel diketuk dan dengan malas pria itu membukanya. Erick menatap wajah kusut sepupunya. “Ada apa dengan kamu?” tanya Erick. “Aku merasa bosan,” jawan Excel. “Bagaimana jika kita pergi ke bar hotel milik Elena?” Erick tersenyum. “Kenapa kamu mau kesana? Aku memiliki segalanya.” Excel duduk di sofa yang ada di kamarnya. “Apa kamu tidak mau melihat istri cantikmu?” Erick tersenyum. “Setiap akhir pekan Elena akan menginap dan memeriksa ho