Elena Sanjaya terlahir dari Papa dan Mama pengusaha membuat masa depannya telah ditentukan menjadi penerus perusahaan kedua orang tuanya. Ia kuliah di jurusan bisnis, perhotelan dan keuangan. Wanita cerdas, ambisi, kerjakeras, rajin, cantik dan cuek yang hanya fokus pada kuliahnya. Ia mengikuti kelas Akselerasi sehingga dirinya bisa menyelesaikan sekolah lebih cepat dari teman-teman sebaya dengannya. Hari ini adalah pesta kelulusan Elena.
Papa menjemput Elena dengan mobil mewah berwarna merah, ia tidak melihat Mamanya tetapi wanita lain dan seorang gadis yang hampir sebaya dengan dirinya. Elena berjalan mendekati Papanya dengan diikuti temannya yang membawakan banyak buket bunga dan boneka agar bisa diletakkan di mobil.
“Selamat Sayang, maaf papa telat.” Tuan Sanjaya memeluk Elena.
“Dimana Mama, Pa?” Elena melihat wanita asing di samping papanya yang tersenyum manis pada dirinya.
“Sayang, Mama akan terlambat sekarang masih dalam perjalanan.” Papa Sanjaya tersenyum.
“Apa maksud Papa? Kenapa Mama dan Papa tidak pergi bersamaan?” Elena melihat Ambarwati dengan tatapan tidak suka.
“Sayang, kita akan berbicara di rumah, sudah sangat lama kamu tidak pulang.” Papa Sanjaya mengambil semua hadiah Elena dan meletakkan di kursi paling belakang.
“Siapa Mereka?” tanya Elena.
“Sayang, masuklah kita bicara di rumah.” Papa menarik tangan Elena masuk ke mobil dan duduk di kursi paling depan samping Papanya. Nyonya Ambawati dan Alena hanya diam.
Diego melihat kepergian Elena bersama keluarganya, pria itu terus menyimpan cintanya untuk gadis pujaan yang telah membuat dirinya jatuh cinta karena kecerdasan dan kecantikan bukan keseksian yang menampilkan bentuk tubuh.
Mobil Papa Sanjaya masuk ke dalam perkarangan rumah yang cukup mewah, hati Elena terus bertanya-tanya tentang dua wanita asing yang ada di dalam mobil dan ia tidak melihat Mamanya. Elena segera turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah menuju kamarnya.
“Siapa dua orang itu?” tanya Elena membuka pintu kamarnya.
“Apa ini? Kenapa kamarku berubah?” Elena melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar.
“Kak, Maaf aku memakai kamar Kakak.” Terdengar suara lembut dari seorang gadis yang berdiri di belakang Elena.
“Siapa kamu? Kenapa kamu memanggil aku kakak?” tanya Elena menatap tajam pada Alena.
“Aku Alena, adik Kak Elen.” Alena tersenyum.
“Apa-apaan ini?” Elena bingung.
“Aku anak Papa Sanjaya dan Mama Ambarwati.” Alena tersenyum puas.
“Baiklah berapa umur kamu?” Elena berusaha menenagkan diri.
“Dua puluh tahun.” Alena duduk di tepi tempat tidur.
“Satu tahun lebih muda.” Elena tersenyum.
“Ini adalah hadiah yang sangat mengejutkan.” Elena berjalan keluar dari kamar.
“Kakak, tidak marah?” tanya Alena bertingkah manja.
“Ada banyak kamar di rumah ini kenapa kamu mengambil kamarku?” Elena menghentikan langkah kakinya.
“Karena jendela kamar ini langsung melihat perkarangan utama.” Alena tersenyum.
“Apa kamu ingin mengambil semua milikku karena telah lama hidup di jalanan?” Elena tersenyum sinis.
“Apa maksud kamu?” tanya Alena kesal.
“Ambil saja semua yang kamu mau.” Elena menuruni anak tangga dan berjalan keluar dari rumah.
“Elen, kamu mau kemana?” tanya Papa Sanjaya.
“Kembali ke kampus.” Elena berjalan menuju garasi mobil.
“Apa ada yang tertinggal?” Papa menyusul Elena.
“Ya, aku akan meminta Asrama mengantarkan barang-barangku ke Apartemen milikku.” Elena menyalakan mesin mobilnya dan menunggu beberapa waktu sebelum meninggalkan rumah.
“Kenapa?” tanya Papa.
“Karena aku tidak punya kamar lagi di rumah ini.” Elena menjalankan mobilnya keluar dari garasi.
“Elen, kembalilah untuk makan malam bersama, Papa mau berbicara dengan drimu.” Papa Sanjaya melihat Elena yang tidak menjawab sama sekali dan pergi meninggalkan rumahnya.
“Berbicara, kamu mau mengatakan bahwa kamu punya putri dengan wanita lain.” Elena merasakan sesak di d**a tanpa sadar air mata membasahi wajah cantiknya.
“Kenapa mereka membohongiku?” Elena menghentikan mobil di tempat parkir Apartement.
“Aku membenci Papa, aku tidak percaya dia menyembunyikan wanita itu dengan rapat.” Elena tersenyum dalam tangisnya. Ia segera keluar dari mobil dan berjalan menuju ruangannya.
Elena merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, menikmati Apartemen baru miliknya, setelah menerima kelulusan tanpa pesta. Wanita itu cukup puas dengan apa yang ia capai dengan menyelesaikan pendidikan lebih awal dari orang lain. Ponselnya berdering, panggilan dari papa dengan malas jari indah menggeserkan icon hijau untuk menerima panggilan.
“Halo Elen, kamu dimana?” tanya papa dari seberang ponsel.
“Aku sudah di apartemen Pa.” Elena menjawab dengan malas.
“Jangan lupa pulang untuk makan malam, Tante Ambar telah mempersiapkan banyak makanan untuk perayaan pesta kelulusan kamu,” ucap Papa pelan.
“Elen tidak butuh pesta Pa.” Elena mematikan ponselnya.
“Elen.” Tuan Sanjaya berteriak.
“Kenapa dia sangat keras kepala padahal mamanya sangat lembut.” Papa Elena membuang ponselnya ke tempat tidur. Ponsel Elena kembali berdering dengan nada khusus untuk panggilan dari Mamanya, dengan cepat wanita itu menerima panggilan dan bersemangat.
“Halo Ma.” Elena menjawab panggilan dari Mama Ema Lorenza.
“Halo Sayang, selamat atas kelulusan kamu, maafkan Mama yang tidak bisa hadir.” Mama Ema baru saja turun dari pesawat.
“Terimakasih Ma.” Elena berusaha tegar.
“Sayang, kamu dimana?” tanya Mama.
“Di Apartement,” jawab Elena pelan.
“Sayang, Mama dalam perjalanan menuju Apartement.” Mama memutuskan panggilan.
Sebuah taksi berhenti tepat di depan Apartement Elena, seorang wanita cantik dan elegan turun dari mobil dan berjalan menuju ruangan Elena. Gadis itu segera membuka pintu untuk Mama dan mereka saling berpelukan melepas rindu.
“Ma, apa kabar?” tanya Elena.
“Mama baik Sayang, bagaimana dengan dirimu?” Mama melepaskan pelukan.
“Aku baik Ma.” Elena menarik tangan Mamanya duduk di sofa.
“Sayang, kamu baru saja selesai sekolah sebaiknya kamu berlibur bersama Mama.” Suara Mama Ema sangat lembut.
“Ma, Elen akan menjalankan Bank Global yang ada di Paman Dero.” Suara Elena terdengar bersemangat.
“Elen, biarkan Paman yang menjalani Bank Global.” Mama mengusap rambut Elena.
“Ma. Apa Mama tahu Bank Global hampir bangkrut?” Elena menekankan suaranya.
“Mama tahu, kamu cukup menjalankan bisnis perhotelan yang ada di Pantai Parai.” Mama Ema menatap Elena.
“Ma, aku akan menjalankan keduanya bersamaan, Mama harus percaya dengan diriku, aku telah memiliki beberapa rekan yang akan membantu diriku.” Elena beranjak dari sofa dan mengambilkan minuman kaleng dari tas belanjaan Mamanya.
“Iya Sayang, Mama percaya kepada dirim.” Mama menunduk.
“Ada apa Ma?” tanya Elena.
“Sayang, pergilah kerumah Papa.” Suara Mama pelan.
“Sayang, maafkan Mama.” Ema memeluk Elena.
“Kenapa Mama tidak membenci Papa?” Elena mulai kesal.
“Sayang, Mama sudah tahu, Ambar adalah kekasih Papa.” Suara Mama terdengar serak.
“Elen butuh penjelasan Ma.” Elen meletakkan minuan di atas meja.
“Sayang, maafkan Mama.” Mama Elena sangat sedih.
“Kenapa kalian membohongi Elen?” Elena meneguk minuman kaleng yang masih dingin.
“Sayang Mama akan kembali untuk menjelaskan semuanya kepada dirimu, pergilah kerumah Papa.” Mama Ema sangat berharap Elena akan menurut.
“Apa Mama lapar?” Elena mengalihkan pembicaraan.
“Apa kalian tahu, kebohongan ini hampir menghancurkan hidupku.” Elena berbicara dalam hatinya.
Perselingkuhan adalah masalah besar yang dalam banyak kasus, tidak ada penawarnya. Sakit hati, kecewa, atau merasa dikhianati sudah jadi dampak yang pasti ketika seseorang mengetahui kalau mereka diselingkuhi. Hal ini berlaku bukan hanya untuk pasangan suami istri. Kadang, buah hati mereka yang mengetahui salah satu dari kedua orangtua selingkuh juga merasakan dampak tersendiri