Excel menghempaskan tubuhnya di atas sofa di ruangan kerja, ia menatap Erick yang tersenyum. Pria itu memejamkan mata menutupi muka dengan bantal, ia benar-benar gelisah dengan rencara balas dendam pada Elena, wanita itu bagaikan magnet yang bisa menarik semua pria yang melihatnya. “Ada apa bos?” Erick duduk di depan Excel. “Diego mencintai Elena.” Excel duduk dengan cepat. “Semua orang tahu itu dan mereka berkata Diego termasuk yang beruntung karena bisa berada di samping Elena.” Erick tersenyum. “Menghancurkan Elena sama dengan menyakiti Diego.” Erick memperhatikan Excel yang sedang gelisah. “Aku harus membalaskan perbuatan Elena.” Excel mengepalkan tangannya. “Pikikan dengan otak cerdas bukan dengan emosi.” Erick mengetuk jari pada kepalanya. “Jangan mengajar