Hari pernikahan. Setelah satu bulan kematian Sean. Akhirnya hari pernikahan yang diinginkan oleh mendiang Sean terwujud. Alisa—putri mendiang Sean itu tampak cantik dengan make up tipis yang membalur di wajahnya. Pakaian pengantinnya yang berwarna putih gading terlihat sederhana dan elegan, sungguh terlihat sempurna melekat di tubuh rampingnya. “Ca.” Bunda Lala masuk ke dalam kamar Alisa yang terlihat sepi, tak ada seorang pun yang menemaninya di dalam kamar tersebut. Terakhir orang yang bersama Alisa adalah perias pengantin yang beberapa saat lalu keluar karena Alisa memintanya. “Bunda.” Senyum Alisa terukir tipis menyambut kehadiran ibunya. “Masya Allah, kamu cantik banget, Ca,” puji sang ibu, menatap putrinya dengan tatapan sendu. “Kira-kira daddy bakal puji aku juga enggak ya kal