Chapter 41 : Suara Aneh

2032 Kata
Rasa sakit milik Alinzar perlahan-lahan sudah mulai pudar sekarang. Namun dia masih bisa merasakannya menancap ke dalam jantungnya. Alinzar hanya mencoba untuk memejamkan matanya, berusaha untuk terlelap dan melupakan rasa sakit yang dideritanya saat ini. Alinzar masih bingung siapa sebenarnya para keluarga itu dan tempat apa yang menjadi singgahannya sekarang. Karena memang tempat ini terlalu mencurigakan bila disebut sebagai sebuah penginapan. Bahkan Alinzar tidak disuruh untuk membayar untuk menginap di dalam rumah ini. Alinzar masih bisa bergerak walaupun dia masih kesulitan untuk bangun dari ranjangnya yang empuk itu. Sudah lumayan lama dia memejamkan matanya namun kesadarannya masih muncul enggan hilang atau terlelap dalam waktu yang kelabu ini. Alinzar dengan konstan mendengar sebuah suara yang mengganggu di kamar sebelahnya. Suara seperti auman serigala dan juga daging yang tercabik-cabik. Alinzar mungkin berpikir kalau suara itu berasal dari serigala yang ada di hutan. Karena memang jarak rumah ini dengan hutan itu sangatlah dekat sampai-sampai bisa pergi bolak-balik dari rumah itu ke sana kemari dengan mudah. Namun lama kelamaan Alinzar merasakan sesuatu yang aneh. Auman dan juga suara cabikan daging ini ternyata terdengar lebih dekat daripada yang dia duga sebelumnya. Alinzar mencoba untuk bangun dari kamar tidurnya. Dan ia mencoba untuk mendekatkan kupingnya ke arah dinding itu. Dia menguping dinding itu dan benar saja. Sumber suara auman dan cabikan daging itu berada di kamar sebelah Alinzar. Alinzar langsung buru-buru keluar dari kamar itu mencoba memeriksa apa yang terjadi. Namun ternyata kondisinya tidak sebaik yang dia kira selama ini. Bahkan saat Alinzar mencoba untuk melangkahkan kakinya, dia merasakan denyut jantungnya yang menusuk dengan tiba-tiba dan dengan cara yang sangat menyakitkan. Alinzar terhenti tepat di depan pintu. Bingung harus melanjutkan mencari tahu rasa penasarannya atau kembali berbaring di atas ranjang itu. Namun Alinzar akhirnya melihat melirik ke arah meja di depannya tadi. Di sana ada teko yang sebelumnya dia minum dan sungguh sangat manjur untuk menghentikan rasa sakit di dalam jantungnya. Alinzar mendekati meja itu, dan melihat isi di dalam tekonya. Ternyata isinya belum benar-benar habis. Masih menyisakan beberapa tetes dimana Alinzar bisa meminumnya dengan seteguk dan membuat rasa sakitnya sedikit berkurang. Dengan sekali tegukan. Isi di dalam teko itu telah habis. Rasa sakit Alinzar telah hilang. Dia pun kembali berjalan menuju pintu tadi dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di kamar sebelah. Alinzar keluar dari kamarnya. Berada di sebuah lorong panjang dimana sedikit sekali ada penerangan yang menerangi lorong itu. Hanya beberapa lilin kecil dan juga obor yang membuat jalan dan lantai terbuat dari kaca mengkilat tampak bersinar dan sedikit bercahaya. Tidak mungkin seseorang dengan penglihatan biasa bisa melihat keadaan lorong seperti ini, karena sangat minimnya cahaya di sana. Alinzar jadi teringat sesuatu saat melihat lorong ini. Tempat ini mirip sekali dengan hutan yang baru saja ia lewati sebelumnya. Hutan yang memberinya kutukan itu sebelumnya. Berjalan pelan-pelan dengan kaki yang tak terbungkus apa-apa membuat langkahnya tidak terdengar saat berjalan melalui lantai kayu yang mulai reot dan sedikit tua itu. Dia bersandar di balik dinding mencegah agar ketahuan oleh orang-orang yang mungkin akan melihatnya berjalan mindik-mindik di lorong itu. Alinzar melihat ke sekitar, lorong ini sangat sepi. Namun juga sangat besar. Dia tidak tahu berapa jumlah orang yang tinggal ataupun hidup di dalam rumah ini. Karena kemungkinan besar mereka akan hidup dengan nyaman dan bergelimang harta. Hingga akhirnya sampailah Alinzar di depan pintu kamar sebelahnya itu. Sebelumnya, Jade dan Judy berkata kalau dua wanita itu akan berada di kamar sebelah jika memang Alinzar membutuhkan sesuatu kepadanya. Dan tentu saja Alinzar tidak bisa percaya begitu saja dengan perkataan kedua wanita itu. Dia ingin mengukur dan mencari tahu sendiri seberapa layak dua wanita itu untuk dia percayai dalam kondisinya yang lemah seperti ini. Di zaman seperti sekarang, sangat mudah mengelabuhi orang yang berada dalam kondisi lemah dan tak berdaya. Alinzar mungkin beruntung karena dia tak memiliki apa-apa untuk dikhawatirkan atau dikorbankan lagi sekarang. Maka dari itu dia berani melakukan ini semuanya dengan sendirian karena memang dia tak takut akan apa-apa. Alinzar hanya diam di sana. Melihat bagaimana solusi yang paling tepat untuk mencari tahu situasi apa yang terjadi di dalam sana. Pintu ini terkunci dengan lubang kunci yang sangat rapat. Tidak mungkin Alinzar bisa melihatnya dari luar karena memang tidak ada jendela yang membuatnya bisa dilihat dari luar. Secara terus menerus. Alinzar bisa mendengar suara auman dan juga gigi-gigi yang mengunyah dengan serius dan geraman kenikmatan. Jika ingin mengetahui sesuatu sekarang, Alinzar hanya memiliki pilihan untuk membuka pintu itu dan melihat apa yang terjadi di dalam. Alinzar menghembuskan nafasnya lebar-lebar, berusaha untuk menyiapkan dirinya sendiri membuka pintu itu/ Ternyata pintu itu masih dikunci. Alinzar sudah membuka gagangnya dan sangat sulit untuk membukanya. Seperti dihalangi oleh sesuatu di seberang pintu itu. Sampai-sampai Alinzar mendobraknya sedikit mencoba untuk menjatuhkan sesuatu yang menahan pintu ini di seberang sana. Tentu saja perbuatan Alinzar berakhir sia-sia karena tidak terjadi apa-apa setelah dia mendobrak pintu itu secara pelan-pelan. Malahan, ada sebuah suara yang memanggil sesuatu dari dalam ke arah pintu yang Alinzar coba dobrak itu. “Siapa di sana? Apakah Marcell? Bukankah sudah kubilang aku sedang sibuk sekarang?” Suara itu benar-benar dikenali oleh Alinzar. Itu jelas-jelas adalah suara Jade. Memanggil dengan keras ke seorang nama yang tidak Alinzar kenal. Alinzar tentu saja tidak menjawab apa-apa. Dia hanya diam di sana sambil mencoba untuk menunggu momentum yang tepat. Tapi ternyata Jade menyadari sesuatu yang janggal. Dia pun bertanya lagi kepada seseorang di balik pintu. “Marcell apakah itu kau? Jangan main-main denganku Marcell!” Alinzar masih tidak menjawab apa-apa dia hanya diam sekarang. Namun dia juga tidak bisa kabur, dia masih penasaran dengan apa yang dilakukan Jade dan Judy di dalam sana. Alinzar bisa mendengar suara seseorang melangkah ke arah pintu itu dan mencoba untuk membukanya ke arah Alinzar. “Oh ternyata Alinzar. Apakah kau membutuhkan sesuatu wahai Vampir!” Dengan tiba-tiba, Alinzar mendobrak pintu itu dan merusaknya. Bocah itu melihat seorang serigala memakan sebuah mayat yang berada di atas api unggun sedangkan Judy berjalan menuju ke arah pintu itu. Ada sebuah noda berwarna merah di mulut Jade yang menandakan satu hal. Di saat itu Alinzar sadar kalau mereka berdua adalah seorang Werewolf. “Tidak, tidak mungkin!” Alinzar keluar dari kamar itu. Membalik badannya dan berlari sekencang mungkin. Bahkan Judy belum mengatakan apa-apa kepada bocah itu. Namun dia sudah lari ketakutan. Tentu saja siapa yang tidak ketakutan saat melihat orang dengan wujud seperti itu berada di rumah yang sama dengan mereka. Orang normal mana pun mungkin akan ikut ketakutan saat seseorang berada di rumah makhluk jadi-jadian seperti mereka. Berlari sangat keras sampai-sampai Max tak sadar kalau dai menabrak dua lelaki di depannya. Dua lelaki berbadan besar yang sebelumnya ikut masuk ke dalam kamar milik Alinzar. Dua pria itu menatap ke arah Alinzar dengan kebingungan, karena Alinzar sendiri terlihat sangat ketakutan di sana. Dia sampai melototkan matanya karena melihat dua pria berbadan besar itu dengan ototnya membawa palu dan juga gada di tangan mereka. Entah untuk tujuan apa mereka membawa dua benda menakutkan itu. Dan dari tengah-tengah, muncul seorang wanita dengan memakai topi besar berjalan dengan anggun dan juga elegan ke arah Alinzar yang masih ketakutan di sana. “Vampir. Apa yang kau lakukan berada di lorong ini? Bukankah kau seharusnya beristirahat di kamarmu?” Vampir wanita itu adalah Mathilda. Namun Alinzar masih belum mengenal siapa namanya. Alinzar pun langsung berdiri, menyayat tangannya sendiri dan mengeluarkan sebagian darah miliknya. Dia pun berusaha menyerang kedua pria di depannya itu dengan sihir yang dilakukannya dan menusuknya dengan duri darah yang panjang. Namun dengan mudahnya, sihir darah milik Alinzar dihancurkan dengan palu dan juga gada yang mereka bawa masing-masing di tangan mereka. “Kenapa kau tiba-tiba mencoba menyerang kami wahai Vampir? Apakah ada sesuatu yang salah sehingga kau sangat ketakutan seperti sekarang ini?” Tanya Mathilda dengan nada anggun. “Cukup dengan omong kosongmu. Aku tahu siapa kalian. Kalian adalah seorang werewolf bukan! Aku tahu kalau tujuan kalian menyekapku di sini hanya untuk mendapatkan dagingku saja. Aku tidak akan menyerahkan diriku semudah itu kepada kalian. Aku akan kabur dari tempat ini dan pergi meninggalkan kalian tanpa memeberikan kalian sesuatu yang berharga!” Ucap Alinzar dengan penuh keyakinan. Mathilda kemudian membuka kipas lipatnya, mengebaskannya ke arah mukanya. Senyumnya bubar seraya Alinzar mengucapkan kata-kata itu kepadanya. Dia pun menengok ke arah dua anaknya Josh dan George, dan kedua pria itu menganggukkan kepalanya seperti paham akan sesuatu yang diisyaratkan oleh ibu mereka. “Seberapa banyak hal yang kau tahu wahai Vampir? Mungkin terjadi kesalahpahaman di antara kita. Dan mungkin saja aku bisa menjelaskan beberapa hal kepadamu. Apakah kau mau mendengarkan penjelasan itu dariku? Tidak butuh waktu lama, hanya sebentar saja kok.” Ucap Mathilda kepada Alinzar yang ketakutan setengah mati. “Aku tidak mungkin mendengarkan tipu daya yang akan kalian katakan padaku. Aku tahu kalau apa yang akan kalian jelaskan hanyalah sebuah tipu daya!” Dari belakang, Judy dan Jade keluar dari kamar mereka. Dan terlihat pipi dan juga mereka masih cemong dengan darah yang menempel. Bahkan Jade mengecap jari-jari dan juga tangannya untuk membersihkan darah di sana. “Oh seperti itu. Aku tahu apa yang membuatmu ketakutan setangah mati sampai seperti ini. Biar kujelaskan kepadamu wahai Vampir. Tuduhanmu memang benar. Kami adalah seorang Werewolf.” Alinzar tak berhenti membuat sebuah sihir dari darah yang ia sayat sendiri itu. Namun kali ini dia tidak membuat sebuah duri-duri melayang. Melainkan sebuah pisau yang melingkari tubuhnya. Semakin lama, pisau yang terbuat dari darah itu semakin membesar dan mulai membelah apa pun yang disentuhnya. Termasuk Mathilda yang berada di depannya sekarang. “Kau tidak akan bisa lolos dari jurusku yang satu ini. Meskipun kau meronta-ronta. Aku tidak akan memaafkanmu wahai Werewolf biadab!” ucap Alinzar kepada Mathilda di depannya. Tapi kemudian George dan Josh bersaudara mencoba untuk menyerang pisau darah itu dengan menggunakan gada dan juga palu yang ia bawa. Bukan main dan sangat tidak dia sangka-sangka. Palu dan gada itu terbelah menjadi dua membuatnya tak bisa digunakan lagi. Sepertinya memang ucapan Alinzar bukanlah gertakan semata. Pisau darah itu memang dapat membelah apa pun yang dia sentuh. “Kau ternyata Vampir yang sangat tangguh. Namun sayangnya kau berhadapan dengan 5 orang sekaligus sekarang. Aku tidak yakin apakah kau bisa bertahan selama itu menghadapi kami semua di sini.” Ucap Mathilda. George dan Josh mengubah bentuk mereka. Menjadi seekor werewolf dengan tubuh dan juga otot raksasa. Seorang Werewolf mampu menggunakan sihir kegelapan yang dimana itu dapat membuat ilusi bagi seseorang yang terkena sihir itu. George dan Josh berusaha untuk menggunakan sihir itu kepada Alinzar dan melumpuhkannya saat ia berada di titik butanya. Tak hanya itu, Judy dan Jade yang berada di belakang Alinzar juga menggunakan sihir penyerangan mereka mencoba untuk menyerang Alinzar saat dia lengah dan celah terbuka lebar. Judy dan Jade mampu menggunakan sihir kegelapan juga sama seperti saudaranya. Sihir itu melayang ke arah Alinzar sekarang dan tidak ada tanda-tanda kalau itu akan meleset tepat di hadapan Alinzar. Namun ternyata tidak hanya benda fisik, pisau darah milik Alinzar itu juga mampu membelah aura sihir juga. Dengan mudahnya kegelapan yang dilepaskan oleh 4 werewolf itu dibelah menghancurkannya menjadi kepingan-kepingan sihir yang tidak berguna. Alinzar pun mendapatkan celah dari situ. Dengan sangat cepat, dia langsung bergerak dan mencoba untuk menyerang George dan Josh di hadapannya. Perputaran pisau darah itu sangat cepat sampai lengan George dan Josh putus karena terkena serangan Alinzar. Mereka berteriak kesakitan dan mengubah wujudnya menjadi manusia normal kembali. Sementara Judy dan Jade yang lengah terkena lemparan duri darah milik Alinzar tepat mengenai perut dan juga lengan mereka menusuknya dengan sangat keras. Merasa di atas angin sekarang, Alinzar pun langsung saja bergegas untuk menyerang Mathilda di hadapannya. Namun tiba-tiba Mathilda mengambil sesuatu dari dalam tubuhnya. Sesuatu yang mirip seperti jantung. Mathilda meremasnya dengan keras, dan seketika Alinzar jatuh karena kesakitan. Jantungnya kembali sakit. “Kau berani macam-macam denganku atau pun anakku lagi sekarang? Jika kau bertanya benda apa yang kupegang sekarang, ini adalah jantungmu. Kau sudah menjadi sanderaku sekarang. Kau tidak akan dapat kabur dari tempat ini jauh-jauh tanpa mendapatkan jantungmu kembali.” “Berikan jantungku atau aku akan!” Ancam Alinzar kepada Mathilda. Dia mengacungkan tangan dan juga jarinya kepada wanita itu. Namun sebelum dia menyelesaikan kata-katanya, Mathilda meremas kembali jantung itu dengan sekuat tenaga. “Kau tidak tahu posisimu sekarang. Kau adalah tamu sekaligus tawanan di rumah ini. Wahai Vampir”.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN