“Nggak bakal, sih, menurut gue. Dia kalau lagi bete sama gue, biasanya tidur. Kalau pun pergi, paling ke tempat kita janjian. Kemarin kayak gitu soalnya.” Emosi Ajeng sudah mulai memuncak. Semesta sepertinya sangat suka membuatnya menderita. Dirinya memang menceritakan perihal pergi ke pameran kuliner di Kawasan Simpang Lima waktu itu. Sendirian. Akan tetapi, bukankah tidak seharusnya Ilham berkata seperti itu? Kenapa cowok itu harus berbohong? Kenapa harus membuatnya tampak bodoh di hadapan cewek lain? Bisa saja, kan, Ilham menenangkan cewek di sampingnya itu tanpa membuat dirinya terlihat bodoh? Kenapa, sih, Ham? Kenapa kamu ngomong kayak gitu? Selama ini, aku dianggap apa sama kamu? Ajeng meratap dalam hati. Sekarang, dia bingung sendiri. Apakah dirinya harus pergi sekarsng juga?