"Uhuk! Uhuk!" Ale terbelalak melihat efek samping ucapannya. Sambil merutuki kebodohannya, pemuda itu mengambil tisu dari kotaknya, kemudian ia sodorkan pada Ajeng. Tisu itu ditolak. Jelas, karena yang gadis itu butuhkan adalah air untuk melegakan tenggorokannya, bukan tisu. Tidak ada makanan yang keluar dari mulutnya, ia sudah selesai mengunyah ketika Ale mengucapkan kalimat itu, sehingga wajahnya tidak kotor, pun tak mengotori apa-apa yang ada di sekitarnya. Jadi, kertas selampai itu tidak diperlukan sama sekali. Ya, Tuhan, mengajak berpacaran seperti menyeru temannya untuk bermain layangan. Ada-ada saja kelakuan pemuda itu yang membuat Ajeng terkena serangan jantung. Setelah masalah batuk terselesaikan, Ajeng mulai mengendalikan diri. Berusaha keluar dari suasana canggung yang m