Bab.3 - Satu Minggu Berlalu

1026 Kata
Satu Minggu berlalu, seusai kejadian malam mengerikan itu Rafa tidak pernah datang lagi menemui Amira. Sama halnya dengan Rayhan, Rafa menghilang bagai ditelan bumi setelah puas menyiksanya. Baguslah, Amira bisa menjadi ratu tahanan yang dimuliakan walau statusnya adalah seorang sandera. Kalau bisa Rafa tidak usah datang menemuinya lagi saja, meski bosan dengan aktifitasnya di apartemen itu, setidaknya hati Amira itu tidak meradang dengan sikap arogan Rafa atau muak melihat wajahnya. "Lama-lama kok aku jadi bosan, ya." Amira berguling-guling tidak jelas, ia melempar bantal yang dipeluk kelantai. Kemudian berjalan kearah jendela kaca yang menampakkan pemandangan indah di luar sana, ada mobil, orang berjalan, juga bus-bus besar yang melintasi jalan utama tersebut. Mereka tampak kecil seperti semut saat dilihat dari lantai tinggi yang Amira tempati, suatu penampakan dan kegiatan sehari-hari yang sederhana namun tak bisa ia jangkau belakangnya ini. "Aku ingin keluar...." Teriak Amira kemudian, ia melangkah pergi dari kaca besar yang tebal itu. Kemudian berjalan menuju ruang tamu untuk sekedar mengelilingi ruang apartemen mewah tersebut. Amira menjatuhkan tubuhnya di sofa single, lalu menengadah sambil menaruh kepalanya di bahu Sofa. Air mata Amira seketika menetes perlahan dan menjadi semakin tumpah ruah. "Rayhan sialan, aku tidak akan memaafkanmu. Bagaimana dengan hazel apa dia baik saja." Amira mulai bermonolog dengan diri sendirinya, pikirannya terus tertuju pada Putrimya. Otaknya tak bisa berhenti memikirkan apa yang Rayhan lakukan padanya dan juga menghancurkan hidupnya. Ia ingin menyalahkan Rayhan, namun di sisi lain Amira tahu bahwa yang Rayhan lakukan karena dipaksa keadaan. Ia juga ingin menyalahkan Rafa atas sikapnya, namun sekali lagi amaralah yang menjadi faktor utama perubahan Sikap tersebut. Tidak ada yang bisa Amira salahkan, semua ini berjalan mengikuti takdir dan warna-warna komplit yang Amira hadapi adalah proses menjeput takdir yang sesungguhnya lewat mana pun jalannya takdir hidup Amira memang sudah seperti itu. Tring... Suara telepon yang selama ini hening kini berbunyi nyaring. Buru-buru Amira mengusap air matanya kemudian berjalan menuju nakas di mana telepon apartemen itu bertengger bagus . "Hallo!" Suara Amira di atur sedatar mungkin, jika ia Rafa maka Amira akan berubah tambah garang. "Hai juga sayang, bagaimana kabarmu," suara bariton itu menyapa sok manis dari dalam telepon, benar yang Amira duga sosok menjijikkan dibalik telepon tersebut adalah rafa. "Aku masih hidup, sesuai harapanmu." Amira merubah suaranya jadi sekutus mungkin, untuk Apasih pria ini sok menanyakan kabar segala. "Jangan terlalu galak, aku hanya mau menyampaikan kalau Adit akan menemui kamu untuk membicarakan perceraianmu dengan Rayhan." "Terserah." Amira langsung menutup panggilan tersebut, ia sudah tidak kuat lagi tubuhnya mendadak bergetar hebat saat mendengar kata "perceraian" tersebut. Amira tidak menyangka, segitunya hubungannya dengan Rayhan hancur. Mata wanita itupun mulai berkaca-kaca lagi, bayangan wajah lembut Rayhan perlahan lenyap dan berganti sosok Rafa yang ganas. "Sepertinya tidak ada lagi yang bisa diperbaiki dari hubungan kita ya, mas. Meskipun kau pernah bilang tidak akan pernah menceraikan aku. Tapi menikahkan aku pada Rafa bukanlah hal yang tepat, kamu belum tahu bahwa Rafa adalah orang dari masa lalu yang sangat membenciku." Sedangkan di lain sisi di dalam sebuah rumah mewah yang awalnya bagai surga bagi seorang anak usia belasan, namun kini rumah itu seperti neraka baginya. Panas matahari siang ini melengkapi suasana hatinya yang sedang merasa terbakar. "Hazel benci dengan Papa dan Mama!" teriak seseorang dari dalam sebuah kamar. Praang, brugh, dugh. Terdengar suara kebisingan dari dalam sebuah kamar seperti barang-barang yang sedang dilempar . Dia adalah hazel! Hazel Elijia tepat nya, seorang anak usia 14 tahun dan kini sedang duduk di bangku kelas 3 SMP. Saat ini perasaan nya sedang terluka, sekarang ini ia sedang merasa sedih, hancur, kalut dan tak percaya akan apa yang sedang di hadapi. Permasalahan cukup pelit, yaitu perceraian kedua orang tuanya. Kemarahan hazel kini bukan Tampa alasan, saat ini ia merasa dikhianati oleh orangtua nya! Yang awalnya harmonis, tiba-tiba harus bercerai Tampa sebab apa yang dia tahu. Dia juga tahu papa nya juga Udah punya selingkuhan sedangkan mamanya sudah menikah dengan orang lain yang dia tahu dari papanya. "Non hazel sudah Doong! Tuan sama nyonya akan tetap menyayangi non kok, apalagi non anak satu-satunya mereka," suara seorang wanita dibalik pintu. "Pergi, hazel tidak mau di ganggu sama siapa pun," teriak histeris hazel " Huwaaa, huuu, hikss, hikkss." terdengar suara tangis dari dalam kamar. "Hazel! Ini papa, mari kita bicara," ucap Rayhan mengajak hazel untuk bicara . "Tidak pah, untuk apa?" Tukas hazel. "Jika ingin bicara, seharusnya dari kemarin-kemarin, bukan saat ini. Hazel benci kaliaaaan, kalian jahaaattt...." Kembali terdengar jerik histeris suara hazel dari dalam kamar. Dughh, praang! Terdengar suara barang yang hazel lemparkan dan mengenai pintu, lalu terdengar pecahan kaca, serta masih terdengar isak tangis hazel saat itu. Namun beberapa saat kemudian, suara gaduh dan tangis dari dalam kamar pun tak terdengar lagi. Di telinga mereka di luar hanyalah senyap. "Mas, kita Udah telat ini. Biarin aja hazel sama bi nirma yang mengurus nya," ucap Linda, ia adalah mantan sekretaris Rayhan yang sekarang sudah menjadi selingkuhan Rayhan. "Iya sayang, sebentar," sahut Rayhan yang pamit dulu sama bi nirma dan menyuruh bi nirma untuk mengurus hazel . Bi nirma yang Takut terjadi apa-apa sama hazel pun mencari kunci cadangan kamarnya hazel, Setelah kunci serep dapat bi nirma segera membuka pintu kamar hazel. Terlihat barang-barang berserakan, lampu meja, buku-buku, sepre serta serpihan kaca yaitu beling dari sebuah cermin terlihat berserakan di lantai, barang-barang lainnya pun sudah tak berada pada posisinya semula. "Non hazel ... Di mana kamu non?" Ucap bi nirma mencari hazel kesana kemari, sambil memanggil hazel. "Non hazel! Non kamu kenapa...," teriak Nirmala melihat hazel sudah tergeletak di lantai kamar mandi, dengan kening bersimbah darah. Bibi Nirmala pun ikut panik setelah melihat anak majikannya yang sudah tak sadarkan dengan kening berlumuran darah. Di panggil orang-orang untuk membantunya namun tidak ada satupun yang mendengar, sedangkan Reyhan dengan Linda sudah menghilang sadari tadi menuju ketujuan mereka. Pak Razak yang sedang memperbaikin pintu belakang rumah pun tidak sengaja mendengar suara orang minta tolong dari arah dalam rumah. Tidak perlu waktu lama pak Razak langsung berlari menghampiri suara yang minta tolong itu, mungkin majikan nya lagi perlu pertolongan nya. Sampai di sana pak Razak terkejut melihat Nirmala sedang memangku kepala hazel yang berlumuran darah, beliau pun langsung menghampiri Nirmala dan menolong membawa hazel kerumah sakit. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN