"Gani, kamu gak ikut makan sama kami?" Mama menghampiriku yang lebih memilih duduk menyendiri di taman belakang. Mama sengaja memasak banyak untuk menyambut kedatangan Haifa dan Abyan beserta tamu yang lain. Nafsu makanku hilang setelah melihat fakta betapa dekatnya Abyan dengan pria yang bernama Akram. Pria yang bekerja sebagai aparat negara itu memperlakukan Abyan bak seorang ayah kepada anaknya. Seharusnya, aku yang bisa sedekat itu dengan putraku, bukan pria lain yang justru bukan siapa-siapa. "Aku masih kenyang, Ma," jawabku tanpa menoleh ke arah Mama yang berdiri di samping kursi yang kududuki. Terdengar helaan napas berat keluar dari mulut Mama. "Kamu tidak nyaman karena kehadiran pria yang datang bersama Haifa?" tanyanya yang seakan mengerti kondisi hati putranya ini. "Kenap