37 - Indonesia 2?

2107 Kata
Orang bilang,jangan pergi terlalu jauh karena katanya nantinya kamu akan kembali kesana. Nyatanya memang benar adanya,kini aku akan kembali lagi kesana mau sejauh mana aku meninggalkannya padahal Callisa sudah sangat mengira bahwasanya Indonesia akan sama dengan Paris,yaitu negara yang tidak akan ku kunjungi atau kujadikan tujuan lagi. Kata orang lagi,berlari karena cinta engga ada gunanya. Palingan kamu hanya akan tenang sementara setelahnya akan merinduinya kembali,tak ada ketenangan bagi cinta. Haha,benar ya? Aku tidak pernah bisa berlari dari yang Namanya cinta cinta itu. Kuperhatikan jalanan turki dengan bangunan khasnya,jangan katakan kepergianku dilepaskan begitu saja karena nyatanya mereka semua enggan melepaskanku. Katanya,Callisa adalah perempuan yang bisa membawakan kebahagiaan untuk semua orang walau hanya berdiri disana saja. “Jangan lupakan aku,Call. Aku juga akan kembali namun belum tau kapan. Menemukanmu di indo adalah hal yang sangat mudah mengingat namamu yang suka berlalu Lalang,temukan apa yang membuat kamu lega,Callisa. Walaupun awalnya menyedihkan setidaknya endingnya membahagiakan.” Ya,untuk saat ini aku belum paham dengan apa yang Amanta katakan sebagai salam perpisahan semalam. “Saat kamu mulai mengenakannya maka ujiannya adalah mempertahakannya,jika memakainya adalah hal yang terberat maka lebih berat lagi untuk tetap mengenakannya dalam jangka seumur hidup. Aku hanya ingin kamu terus memakainya sebesar keinginan kamu untuk terus dekat dengan Allah,hanya itu yang aku minta darimu. Jilbab adalah kewajiban bukan ajang pembuktian apapun.” Kak Afanza,perempuan bercadar panutanku itu melepaskan kepergianku dengan senyuman menyenangkan dari balik cadarnya. “Tau kabar kamu itu mudah,cukup liat di internet pasti sudah menemukannya. Awas aja kalau sampai kamu kembali ke kehidupan awalmu,kamu sudah bersusah payah belajar disini eh sampainya disana malah kembali ke pengaturan awal. Aku tidak akan segan-segan terbang ke indo demi untuk memarahimu tidak peduli kamu anaknya siapa,Callisa.” Identic dengan kalimat sarkasnya namun sangat peduli,itulah kak Amelia. Aku bahkan menemukan mata berkaca-kacanya dalam sepersekian detik setelahnya kembali menatapku dengan tatapan galaknya. Baru menuju bandara saja,aku sudah merindukan tempat itu. Memangnya sejak kapan sih perpisahan menyenangkan? Selalu menyisakan bekas yang tidak baik. Mataku tak sengaja melihat pantulan diriku sendiri di kaca pintu mobil,itukah Callisa yang sekarang? Lengkap dengan jilbab sesikunya ditambah gamis panjangnya. Hidup aneh ya? Engga nyangka sekarang sudah menutup aurat. Sudah jadi Muslimah yang dekat dengan agama pula,sungguh sangat cepat asalkan banyak dukungan. “Tetap baca al-qur’an sehabis magrib,dzikir pagi dan petang,puasa sunnah atas keinginanmu bukan paksaan. Gunakan pakaian yang adem bukan yang mencolok,bukunya di buka-buka bukan malah jadi pajangan di rak buku apalagi Al-qur’annya di simpen begitu saja. sejarah yang kamu tau jangan sampai menghilang tergantikan dengan obsesi kamu untuk kembali seperti dulu,aku tetap pantau kamu ya,awas aja.” Aku tersenyum,kak Amelia itu memang sangat tidak tertebak. Aku mana mungkin membiarkan diriku kembali kesana,terkesan membuang waktu bukan? Kalau dilihat-lihat lagi,Callisa tetap cantic dengan penampilan ini kok,lebih adem dan nyaman dipandang. Wajahku tetap keliatan,masih bisa bolak-balik salon dengan jalur VVIP terus masih bisa masuk mall dengan belanjaan banyak. Masih bisa beli tas mahal pula,sepatu apalagi. Palingan seleranya yang berubah untuk menyamakan penampilan. Pake jilbab ternyata tidak mengubah apapun,kesannya sama saja. aku masih Callisa,yang cantiknya paripurna dan sayangnya gagal menjangkau laki-laki yang disukainya,engga papa. Sekali lagi engga papa,ayo kuat demi kelanjutan hidup. Sepanjang perjalanan menuju bandara,aku sibuk menatap keluar dimana kebanyakan yang terlihat adalah perempuan dengan pakaian tertutupnya. Dimana ya aku selama ini? Kenapa aku baru menemukan penampakan seperti ini di umur 25 tahun? Kenapa bukan di dunia remaja? Remaja? “Bahkan di usia itu,aku sibuk mempercantik diri di paris,” gumamku meralatnya,memang itu benar adanya. Di usia itu,aku sibuk dengan pakaian sangat minim lalu belanja sepuasnya tanpa memikirkan penampilan tertutup. “Lagian kenal dunia inipun pas kenal Pak Aydan aja,” menyebutkan nama Pak Aydan masih tetap sama,jantungku masih berdebar dan serasa dia masih bisa dijangkau. Kenapa harus sejauh ini sih? capek tau engga. Mana mencintai tanpa memulai,malang sekali nasib kamu Princess, Dimana-mana kehidupan Princess itu aman,semua mempunyai pasangan yang luar biasa dan menerimanya dengan baik,kisah cintanya berbuah manis. Callisa? Boro-boro manis,andaikan bukan aku yang berusaha menghibur diri dan berjuang mana bisa Pak Aydan melihatku,mana tidak berjodoh lagi. Aku mengembuskan napasku kesal,jodoh kenapa susah banget digapai sih? kenapa engga sat set aja? Tinggal saling mencintai,melamar dan nikah,bahagia selamanya. Dunia memang aneh,sayangnya sudah kualami sendiri sekarang. “Are you going to stop by somewhere, ma'am?” lamunanku buyar mendengar pertanyaan supir taksi,memang sengaja memesan taksi yang bisa Bahasa inggris agar memudahkanku berkomunikasi ditambah ke bandara memakan waktu sekitaran 2 jam setengah. Mampir ke suatu tempat? Kemana ya? “You know which is the best children's toy store? I think I want to go there to give some toys to my nephews.” Mainan kayaknya memang pilihan terbaik,soalnya kalau untuk para kakakku mereka tidak memerlukan hadiah yang terpenting adalah aku pulang,itu saja. “I think I have a great place for you, any kind of toy will be there. are we there?” Aku hanya mengangguk sebagai jawaban dan aku yakin supir taksi itu melihatnya melalui kaca depan,lagian aku hanya menurut soalnya tidak tau apapun mengenai negara ini dan terkesan sangat asing saat keluar dari tempatku itu selama berbulan-bulan lamanya disana. Biasanya sering keluar sih tapikan untuk acara dan Bersama yang lainnya. Mataku terpejam agar bisa menenangkan pikiran,Callisa benci saat pikirannya selalu aja berpikir tak jelas. Ting. Mataku terbuka kembali memandang ponsel yang sejak tadi kuabaikan,ada pesan dari kak Rasya mungkin menanyakan bagaimana keberangkatanku apakah jadi pergi atau tidak. Aku memang hanya mengabarkan akan pulang namun tidak jelas kapan. Tapi mengingat disini aku sudah lumayan lama,yaudahlah ya pulang aja. Engga baik membuat para kakak iparku selalu khawatir plus kakak ketigaku kesepian dirumah sendirian,mereka suka sekali menjadikan kak Ray sebagai alasan agar aku buru-buru pulang. Walaupun kak Ray menyebalkan,tapikan aku sudah tinggal dengannya selama 2 tahunan lebih dan lebih banyak waktu bersamanya juga daripada Bersama kedua kakakku yang lainnya kan? Nah begitulah. Perlahan,taksi menepi dan supir memberitahu sudah sampai. Keberangkatanku juga masih ada sekitar 4 jam namun aku sengaja pergi cepat agar tak terlambat,aku buru-buru keluar dari taksi dan masuk kedalam toko mainan. Dan ya,apa yang aku bayangkan dan apa yang supir taksi itu katakan memang benar adanya,ada banyak jenis mainan disini. Aku sudah membayangkan bagaimana cerianya Ratu saat menemukan barbie di tanganku atau Exas yang melihatku membawa mobil-mobilan untuknya,membayangkannya saja sudah membuatku senang bukan kepalang. Aku tidak sabar bertemu dengan mereka. Ayo Callisa,kamu harus tetap semangat agar kakakmu bisa percaya bahwa kamu baik-baik saja. aku masih Callisa yang sama kok,masih percaya diri dan suka berpikir tidak jelas. Callisa masih suka belanja kan? Buktinya aku sudah membeli 6 jenis mainan lalu membawanya ke kasir,harganya pun tidak main-main,luar biasa sekali. “Kamu perlu buka rekening dan punya kartu agar memudahkanmu berbelanja,oke?” Amanta,mungkin aku akan sangat merindukannya nanti. Aku sangat dekat dengannya selama 5 bulan lebih ini. Sarannya menyuruhku punya rekening bank ternyata bagus juga ya? Tidak perlu pake uang tunai. “You're not from here are you?” lamunanku tersentak. Jangan suka melamun Callisa,ingat kamu berada di negaranya orang bukan negaramu. Apa tadi? Bukan orang sini kan pertanyaannya? “Haha, yes. I'm not from here but from Indonesia.” Jawabku mencoba akrab,untungnya penjaga kasirnya perempuan. “Your children must really like the toys, you buy them toys with the best quality. they are very lucky to have a mother like you.” Mataku mengerjap dengan cepat,Your Children? Anakku? Haha,tebakan yang salah namun bukan salahnya juga karena memang aku membeli mainan ditambah umurku sudah sangat memadai dikatakan punya anak. aku membalasnya dengan senyuman lalu menerima kartuku,tak lupa mengucapkan terimakasih lalu pergi darisana. Sesampainya di luar,supir taksi dengan sigap mengambil barangku lalu memasukkannya di bagasi mobil. Aku memperhatikan bagaimana seriusnya dia melakukan pekerjaannya,kalau dipandang-pandang supir ini ganteng juga mana orang asli sini lagi. Duh Callisa,jaga matamu. Kenapa suka sekali jreng tiap kali lihat orang ganteng sih? “After this, is there still a place you want to visit?” Aku menggeleng sebagai jawaban,sudah tidak ada tempat yang mau aku kunjungi. Rasanya malas mampir,mana perjalanan masih Panjang lagi. Belum lagi pemberhentian juga waktunya yang berjam-jam,memikirkannya saja sudah membuat kepalaku pening. Masuk kembali kedalam taksi lalu melanjutkan perjalanan,ini adalah kepulangan yang sangat berat sekali. “Looks like you really don't want to go back there, since leaving that place until now. Your expression is always gloomy.” Suara supir taksi itu menggema,apa keliatan banget ya kalau aku berat banget pulang ke indo dan tak mau meninggalkan tempat tadi? “Sometimes it is, when we are comfortable with that place we even return to a place that makes us get bad memories. I have met many passengers with the same situation as you, which is difficult to return and prefer to stay here.” Ada benarnya juga,takdir memang aneh. Saat aku sudah nyaman disini eh malah dibawa kembali ke indo,mana pasti akan keinget terus sama Pak Aydan. menyebalkan kan? Supir taksi ini pasti sudah sangat hapal dengan penumpang sepertiku seperti yang dikatakannya,sudah banyak menumpang yang berat meninggalkan negara ini. “Your guess is right, I can only hope it will be fine once I get there. at least will remember again but how else? I have to keep on living and can't keep running from one place to another.” Ya,aku memang harus kembali dan menghadapi kenyataan. Tidak ada jaminan aku akan baik-baik saja namun berlari terus menerus juga bukan keputusan yang baik. “I salute your courage, ma'am.” Sebagai respon aku tertawa kecil,bukankeputusan mudah seberani ini untuk kembali. Indonesia dan Paris adalah dua negara yang kutinggalkan karena cinta namun dari dua negara itu maka indo-lah pemenangnya. Berani? Aku tidak seberani yang supir taksi ini kira karena sejak kemarin pikiranku selalu saja memikirkan kemungkinan. Apa yang akan kulakukan saat sampai di indo nanti? Apakah aku akan bekerja ataukah hanya tinggal dirumah? Ting. Satu pesan masuk lagi,sepertinya. Benar,namun yang mengirimnya kali ini adalah kak Rakaf bukan kak Rasya lagi. Kak Rakaf. Pagi ini sudah mengerjakan rutinitasnya seperti biasanya,Dek? hari ini kakak akan ke lampung dan akan kembali besok. Akan kembali besok? Jika diingat lagi perjalanan pulang yang memakan waktu 15 jam lebih maka aku masih bisa bertemu dengannya. Okelah. Berarti kakak ninggalin Exas dan Mba dong? Aku membalasnya dengan cepat,mudah-mudahan kak Rakaf tidak sedang Bersama kak Rasya karena pesannya belum kubalas sama sekali. Bukannya pilih kasih namun aku lebih tertarik dengan pesan kakak keduaku itu. Lagian pesan kak Rasya hanya berisi beberapa kata saja,jadi kapan pulang? Singkat kan? Ting. Pesan kak Rakaf masuk lagi,senyumku dengan cepat mengembang saat melihat foto yang dia kirimkan. Dimana memperlihatkan Mba Deva yang sedang memangku Exas sembari tersenyum kearah kamera,aku makin merindukan kakak ipar tersayangku plus kecerewetan kak Rasya juga. Tidak mungkin kakak tinggalin,mana tega pisah dengan anak istri,Dek. Aku tertawa kecil membaca pesannya,ada-ada saja. tapi setidaknya bisa mengalihkan pikiranku dari kekhawatiran akan suasana sesamapainya di indo nanti. Sekalian liburan ya kak? Masyaallah,keponakan gantengku gemes banget pake topi kayak gitu. Membalasnya dengan cepat lalu membuka room chatku dengan kak Rasya,dosen satu ini terakhir aktif sekitaran 15 menitan lalu. Di indo pasti sekitaran jam setengah 8 lewat kali ya? Berarti Kak Rasya sudah mulai mengajar dong? Bahas soal mengajar membuat nama Pak Aydan kembali teringat. Ayo move on dong,Callisa. Punya hati kok lemah banget. Pulangnya nanti. Balasku dengan kata yang sama entah kesekian kalinya,hanya menyematkan kata nanti tanpa kepastian. Sehabis membalas pesan kak Rasya,aku memandang jalanan yang sangat lenggang sangat berbeda dengan jalanan yang dulu selalu aku lihat,tiap negara kan beda. Punya kelebihan dan kekurangan sendiri,aku kembali menunduk saat kak Rakaf membalas pesanku. Katanya kangen banget sama aunty cantiknya,kapan pulang katanya. Aku tersenyum tipis,lagi dan lagi selalu kearah yang sama. Pulang! Apa kepulanganku akan mengubah mereka semua? Apa dengan adanya aku di sisi mereka akan membuatku tenang dan lupa dengan cintaku pada Pak Aydan? Mengingat nama indo saja selalu ada nama Pak Aydan di belakangnya. Menyedihkan bukan? Ayo Callisa,kamu itu ceria,cantic dan selalu mengupayakan semuanya. Maka mari kuat dan menganganggap semuanya adalah jalan paling terbaik. Haha,Exas yang pengen aku pulang atau kakak yang pengen banget? Bayi umuran satu setengah tahun mana paham dengan hal ginian. Mungkin ini kali ya Namanya membalas tanpa melibatkan perasaan,aku mengetik kata tertawa namun dengan ekspresi biasa saja. makin kesini aku makin sibuk memikirkan hal yang tidak jelas,cinta memang dapat mengubah semuanya ya? Bahkan orang sepertiku saja merasakan dampaknya banget. Capek bahas cinta terus,memuakkan dan suka sekali bercandanya. Yang pentingkan sudah berusaha ya? Iyain aja biar cepat soalnya cinta memang begitu,suka memberi bunga setelahnya memberikan kekeringan. Duh Callisa,makin kesini pikiran kamu makin endak jelas. Apa hubungannya bunga dan kekeringan soal perihal cinta? Tau ah,patah hati membuat otakku makin ngenes. Indonesia? Mungkin nanti kesannya biasa saja palingan aku saja yang sangat berlebihan sekali. Suka pusing sendiri. Iyakan? Sejak dulu Callisa memang suka berpikir dan menjawabnya sesuka hatinya,dahlah. Callisa capek,dah sejam lebih atau bahkan dua jam? Huft,ayo kuat. Indoesia,15 jam kedepan kita akan bertemu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN