Bab 34

1867 Kata

"Kenapa kalian sekaget itu? Apa kalian sebenarnya ingin menikah?" Zayyan menatap kedua anak muda di depannya, Rafan dan Luna yang menggelengkan kepala. "Enggak." Kompak menjawab. "Jawab saja sudah kompak. Memang sudah kelihatan hilal jodohnya," celetuk Sabila menyeringai. "Sebaiknya kita segerakan saja," imbuh Bu Hera sefrekuensi. Sabila buru-buru mengangguk kepala. Pasrah, keduanya memasang wajah putus asa. "Jika ini hidup terakhir gue, ya sudah, terpaksa gue terima," batin Luna. "Kalau dengan cara ini status KTP gua ganti, semoga gua tetap normal sampai tua nanti," batin Rafan menghela napas beratnya. Tinggal bertetangga rumah saja bisa bikin tensi naik, gimana kalau bertetangga ranjang? Mereka masih mengedik ngeri saling menatap, lalu menggeleng kepala. Lantas diamnya Zayyan te

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN