“Gimana caranya lo terancam jadi suami gue?” tanya Luna. Sejak membaca pesan dari Rafan Luna tak bisa memejamkan mata, dia terus terbayang-bayang perjalanan menjadi istri orang yang paling meresahkan di muka bumi ini—suka mengatur, ketus, jahil, tapi kadang pengertian dan bisa dikatakan lebih banyak mudaratnya. Hingga pagi senin menyapa Luna gegas menemui Rafan di kantor sekretariat RT. 01. Tidak ke rumah meskipun jaraknya sangatlah dekat, takut mendadak benaran dinikahkan. Rafan sendiri baru saja meneguk kopi, tiba-tiba harus usai karena Luna menarik cangkir di tangannya. Ditatap lekat wajah Rafan menanti sebuah penjelasan yang lengkap. Begitulah Luna yang paling tak tahan dengan rasa penasaran. “Kalau lu jadi bini gua mau gak?” tanya Rafan. Matanya menatap manik mata Luna yang mengeru