Bab 22

1519 Kata

Rafan menghela napas lega karena pangggilan dari ibunya berakhir sebelum dijawab. Sambil makan dia akan berpikir keras bagaimana caranya untuk menjawab setiap pertanyaan yang akan ditanyakan oleh ibunya. Pertanyaan yang rumit dan butuh jawaban yang detail. "Fanfan, tante Sabila telpon." Rafan terperanjat, segera ditarik hp dari tangan Luna, terpampang wajah ibunya di sana. Rafan terpaksa tersenyum melambaikan tangannya. Ingin sekali memaki jari Luna yang telah menekan tombol hijau, harusnya merah biar ibunya kalang kabut di rumah. "Mom." "Lagi ngapain? Pa—" Rafan bergegas menepi, mencari tempat sepi, dan akhirnya dia menemukan kolong meja dekat dapur. "Kamu kenapa sih? Kayak orang lari ngumpet saja. Dikejar sama siapa?" "Mommy, kenapa video call Luna sih? Kan bisa telpon aku." "Ema

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN