Sekali lagi Rafan mendengar suara detak jantungnya yang masih tetap normal. Desir? Dia pun menggeleng kepala. “Enggak.” Jawaban pasti tapi raut wajahnya ngebug. “Dasar kamu ini. Jangan-jangan kamu gak normal ya?” selidik Sabila menyipitkan mata, buru-buru Rafan mengangguk kepala. “Normal, Mom. Masih bagus dan bisa digunakan. Ori, baru, garansi seumur hidup.” “Terus kenapa dekat perempuan malah gak berdesir?” selidik Sabila lagi, tak puas dengan jawaban anaknya yang ngambang. “Gak cinta.” Tanpa ragu Rafan memberikan jawaban yang membuat Sabila membuang napas kasar. “Pusing Mommy mikirin kamu. Sepertinya hanya Iqbal yang bisa diandalkan.” “Dia baru masuk kuliah. Jangan coba-coba langkahi aku!” Rafan memberi peringatan. Andai dia tidak menikah, adik-adiknya juga tak boleh melangkahinya