Penyekapan Andrew

1035 Kata
Suara langkah kaki terdengar mendekati pintu masuk ke dalam menara tersebut membuat Sean yang sedang memegang pintu terlihat gugup, sebelum langkah itu benar-benar memasuki pintu tersebut, Sean langsung cepat-cepat berlari ke lantai 2 di mana Rezki berada. “Rezki, kita harus sembunyi!” seru Sean yang benar-benar panik karena mereka belum melakukan persiapan untuk bersembunyi. Rezki yang sedang melakukan coding pun langsung mematikan komputer tersebut secara paksa karena mereka tak bisa mematikannya secara wajar. Mereka mengumpat di balik lemari yang berada di ruangan tersebut. Tuk..tuk..tuk Suara langkah kaki menggema di ruangan yang sepi tersebut membuat Sean dan Rezki berdegup kencang. Bahkan keringat dingin sudah mengucur di dahi mereka karena langkah Andrew semakin mendekat ke arah mereka. “Komputernya mati? Astaga ini pasti error lagi, aku harus cepat-cepat mengganti komputer butut ini,” ujar Andrew dengan sedikit kesal. Rezki menghembuskan napasnya lega ketika Andrew berkata bahwa komputer itu sering kali error dan membuatnya kesal. Andrew langsung mencabut semua peralatan komputer itu dan memasukinnya ke dalam kardus, ia akan membuat benda tak berguna tersebut. Sean dan Rezki tak dapat menebak apa yang ingin Andrew lakukan dengan komputer-komputer itu, padahal menurut Rezki komputer itu masih sangat bagus. Untuk komputer mati mendadak adalah hal yang wajar sesekali. Brak! Suara keras terdengar di lantai 1 membuat Andrew pergi memeriksanya, sementara Sean dan Rezki sudah menyiapkan senjatanya untuk waspada dengan apa yang sedang terjadi. “Astaga ada apa ini? K-kalian tidak seharusnya ke sini, ini adalah ruang kontrol, pergilah ke tempat kalian seharusnya,” ujar Andrew yang terlihat ngeri melihat zombie-zombie yang sudah berada di pintu tersebut seolah Andrew adalah mangsanya. “Dia ngomong sama siapa?” tanya Rezki pada Sean. Sean menggeleng tanda tak tahu membuat mereka semakin penasaran. Sean memilih untuk keluar dari persembunyiannya dan mengintai Andrew dari atas. Namun, alangkah terkejutnya Sean ketika hampir saja Andrew diterkam oleh zombie tersebut, untung saja Sean cepat menembak zombie itu. Andrew bernapas lega sekaligus terkejut karena Sean berada di dalam menara pusat kontrol tersebut. “Sean? L-lo kenapa bisa di sini?” tanya Andrew seraya berdiri dari posisinya saat ini, ia terlihat kesal karena ada penyusup yang masuk ke dalam menara tersebut. “Gue mau hancurin game ini! Gue dan teman-teman gue mau keluar, kita masih punya masa depan untuk menjalani hidup. Lo juga harus keluar dari dunia game ini, kembali ke dunia nyata akan jauh lebih baik, Ndrew,” ucap Sean memperingati agar Andrew menjalani hidupnya dengan normal lagi. Andrew terlihat tertawa mendengar peringatan dan nasihat dari mulut Sean. “Gue jauh lebih tahu semuanya dari pada lo, gue juga lebih tua dari lo gak seharusnya lo ajarin gue hal-hal kayak gini. But, hidup gue udah gak berguna, gue udah gak punya tujuan hidup dan ini adalah dunia gue di mana gue yang berkuasa bukan orang lain sekali pun orang itu kaya raya,” ucap Andrew dengan tatapan datar. Sean terdiam, begitu pun Rezki yang merasa janggal dengan ucapan-ucapan Andrew yang seolah mempunyai masalah di dunia nyata. “Kalau lo ada masalah lo bisa cerita sama gue, gue sebisa mungkin akan bantu lo ketika di dunia nyata nanti. Jadi, mari kita berteman dan keluar dari sini, lo juga harus menjalani kehidupan normal layaknya orang lain bukan malah tinggal di dunia game,” kata Sean yang membantu Andrew sadar akan kekhilafannya itu. Andrew tertawa sini sambil melipat tangannya di depan d**a. “Keluarlah selagi gue masih baik dan jangan pernah kembali ke sini sampai misi kalian selesai, lagi pula gue juga gak mau kalian terus-terusan di sini mengganggu doang,” ucap Andrew dengan sombongnya. Ingin rasanya Rezki menghajar mulut Andrew yang berbicara sembarangan seperti itu tanpa menjaga perasaan orang lain. “Tolong kali ini aja kembaliin kita ke dunia nyata, kita harus segera ujian dan belum lagi skripsi yang udah menunggu. Please kali ini aja lo lepasin kita,” kata Sean yang seolah sudah pasrah dengan keadaan tersebut, bagaimana pun caranya ia harus membawa teman-temannya keluar dari tempat itu walaupun ia harus mengemis pada Andrew. Andrew mengisyaratkan mereka untuk segera keluar dengan gerakan kepalanya. Sean dan Rezki tampak saling pandang satu sama lain seolah tahu apa yang harus mereka lakukan saat ini. Sean dengan cepat mendekati Andrew kemudian meringkus Andrew layaknya penjahat yang tertangkap basah. “Sorry gue harus lakuin hal kasar sama lo karena pembicaraan halus saja tak bisa membuat lo mendengar kata-kata kita,” kata Sean dengan sekuat tenaga menahan Andrew agar tetap berada di tempatnya, sementara Rezki mencari sesuatu untuk mengikat Andrew agar mereka lebih aman. “Lepasin gue! Lepasin! Kalian gak akan bisa keluar dari sini sekali pun me-reset game ini dengan pengetahuan kalian,” kata Andrew yang sedikit gugup karena tangannya tak bisa menyelamatkannya begitu juga dengan kakinya yang diikat oleh Rezki. “Kita akan mencobanya, maka dari itu mohon kerja samanya untuk diam di sini,” kata Sean dengan ekpresi datar kemudian mengikat tali itu dengan sedikit kasar hingga Andrew mengaduh kesakitan. Sepanjang usianya ia tidak pernah sebegitu muaknya dengan seseorang, namun sikap Andrew membuat Sean ingin sekali menuntaskan hidup Andrew kalau saja itu tak membuatnya berdosa. Setelah meringkus Andrew selesai akhirnya Sean dan Rezki pun langsung ke lantai 2 untuk melanjutkan codingnya yang sempat tertunda karena kedatangan Andrew, sementara Sean melihat ke lantai paling atas di menara itu. Terlihat sebuah speaker yang di duga adalah speaker untuk pengumuman game tersebut. Ada juga sebuah monitor besar yang di dua itu adalah sebuah monitor pengontrol untuk melihat para pemain benar saja Sean melihat beberapa temannya berada di kamera pemantau di atas menara tersebut. “Tes, tes. Yang mendengar suara gue dimohon untuk ke menara pengontrol, sekali lagi bagi yang mendengar suara gue dimohon untuk ke menara pengontrol sekarang juga!” Mendengar suara yang berbeda membuat para zombie keluar dari tempat persembunyiannya menuju menara pengontrol. “ITU SPEAKER PEMANGGIL ZOMBIE! SEAN! REZKI! KALIAN HARUS HENTIKAN ITU SEKARANG JUGA!” teriak Andrew sekencang-kencangnya. Rezki yang berada di lantai 2 langsung panik karena mendengar ucapan Andrew. Ia pung langsung menyusul Sean di lantai 20 yang merupakan pusat pemantauan. “Astaga! Bisa-bisanya dia malah jadi manggil zombie,” ucap Rezki semakin panik, bahkan jalannya lift di menara itu benar-benar terasa lama sementara zombie-zombie itu berlari lebih cepat dari pada biasanya karena mendengarkan sebuah perintah dari menara yang selama ini menuntunnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN