Teka-teki

1045 Kata
Alefukka tercengang ketika mendengar bahwa Pak Iwan tinggal di belakang kampus, hal seperti ini jarang diketahui mahasiswa di kampus ini karena pria paruh baya yang merupakan penjaga kampus itu jarang bicara bahkan wajahnya juga sering mengerut dan tampak tak ramah. Jadi, tidak heran jika banyak mahasiswa yang enggan menegur sapa penjaga kampus mereka. “Lo kok bisa tahu rumah Pak Iwan?” tanya Aleffuka yang merasa bahwa itu adalah hal keren karena Sean tahu di mana tempat orang yang sering dianggap tak ada oleh mahasiswa. “Dulu pas gue jaman gue jadi MABA, apalagi baru pertama kali dateng ke Jakarta pakai jalur beasiswa pula rasanya seneng banget masuk ini kampus favorite. Gue bukan Cuma tahu kelas di mana gue berada nanti, tapi gue juga ngiterin ini kampus saking beneran gak sangka gue keterima di kampus ini. You know-lah perasaan jadi MABA gimana? Gue ngiterin ini kampus sampe belakang-belakangnya, gila detail banget kan gue nihh? Nah saat itu juga gue tahu si Pak Iwan tinggal di sini,” jelas Sean dengan detail. Alefukka pun hanya mengangguk paham, saat dirinya masuk ke kampus ini memang ia belum tahu bahwa sahabat kecilnya juga masuk ke kampus tersebut jadi tidak tahu saat Sean mengitari kampus sendirian. Mereka pun akhirnya memasuki g**g kecil yang berada di belakang kampus. Alefukka sebenarnya enggan menghampiri rumah gubuk di g**g tersebut takut jika pak Iwan yang tak senang akan mengusir mereka karena terusik kedatangan merema. “Permisi, Pak Iwan,” ucap Sean dengan sedikit ragu, Alefukka merasa was-was di depan gubuk itu. Tidak butuh waktu yang lama akhirnya orang yang dicari pun keluar dari rumah tersebut dan melihat kedua mahasiswa yang sudah berdiri di depan rumahnya. Terlihat sekali ia sedikit terkejut karena baru pertama kali ada mahasiswa yang menghampiri rumahnya. “Ada apa kalian datang ke sini?” tanya Pak Iwan tanpa berbasa-basi, wajahnya seperti biasa selalu mengerut dan tak menampakkan senyum sekali pun. “Hm anu pak, saya menemukan sebuah komputer yang masih bagus di halaman belakang kampus, apa bapak tahu asal-usulnya? Karena menurut saya...” ucapan Sean terpotong. Pak Iwan memelototi mereka dengan rasa kesal . Pria paruh baya itu hendak masuk lagi ke rumahnya, namun Alefukka menahannya. “Pak, maaf jika kita mengganggu ketenangan bapak. Hanya saja kami ingin tahu tentang komputer yang dibuang, namun masih sangat bagus dan ini menyangkut proyek tugas akhir kami,” ujar Alefukka dengan wajah memelas. Untung saja ini sedang dalam suasana yang menegangkan kalau tidak pastilah Sean sudah tertawa melihat wajah Alefukka memelas seperti itu. Pak Iwan melihat mereka berdua dengan tatapan kesal. “Cari tahu saja sendiri, saya tidak paham dengan komputer yang kalian maksud,” ucap Pak Iwan kemudian kembali masuk ke dalam rumahnya dan membanting pintu tersebut. Sean dan Alefukka menghembuskan napasnya pelan, sia-sia ia ke sini sore-sore seperti ini. Namun, satu yang membuat Alefukka yakin bahwa komputer tersebut yang membuat percekcokan diantara mereka. “Sudah biarkan saja kalau dia tidak ingin memberitahukan asal-usul komputer itu, kita harus cari cara lain untuk mengetahuinya sendiri,” kata Alefukka mengajak Sean untuk segera pergi dari rumah tersebut. Setelah kepergian mereka, Pak Iwan mengintip di balik gorden kemudian keluar setelah melihat Alefukka dan Sean benar-benar menghilang dari lokasi tersebut. Pria paruh baya itu melangkah keluar dan melihat ke arah pohon di mana biasanya komputer tersebut terletak, ia bahkan mengorek-orek tanah di samping pohon tersebut, namun tak ia temui komputer tersebut. “Anak-anak nakal itu pasti sudah mengambilnya! Malapetaka akan segera menimpanya, semoga saja tidak ada yang terluka diantara mereka,” ucap Pak Iwan dengan tatapan kesal. Lagi-lagi ia kecolongan tentang komputer tersebut. Sean dan Alefukka memilih untuk segera pulang ke kost, namun tidak dengan Sean karena ia masih kepikiran tentang komputer tersebut ia memilih untuk menginap ke kostan Alefukka untuk hari ini saja, ia juga membawa semua peralatan kuliahnya ke kost sahabatnya itu untuk mengungsi sementara. “Gue yakin ini dari komputer itu, sumpah gue sama Gilang dan Darren lihat sendiri itu komputer bisa coding dan keyboardnya jalan semua, Bro! Kalau lo bilang ini bukan ulah hantu di kost lo ya berarti masalahnya ada di komputer itu,” ucap Alefukka dengan serius, ia benar-benar tidak tahu mengapa ada komputer aneh di dunia ini. “Iya, jadi gimana ini solusinya? Apa gue harus balikin aja itu komputer ke asalnya? Karena gak akan baik juga kalau emang itu beneran berhantu, tapi gue juga lagi butuh komputer buat tugas kan lo tahu sendiri laptop gue rusak buat beli yang baru gue belum dikirim uang sama bokap gue,” kata Sean yang merasa bimbang untuk memulangkan komputer itu. Alefukka tampak berpikir keras mencarikan Sean solusi yang bagus. “Lo merasa terganggu gak sama itu komputer?” tanya Alefukka ingin tahu bagaimana tanggapan Sean sendiri atas komputer yang ia temui di halaman belakang kampus. Sean menggeleng cepat, bahkan ia tidak merasakan hal-hal diluar nalar manusia saat bersama komputer itu di dalam kost. Ia merasa baik-baik saja saat ini. “Gak, gue ngerasa baik-baik aja. Gue bahkan gak tahu komputer itu aneh kalau lo gak bilang, hanya saja gue agak heran komputer mana yang bisa coding otomatis terus upload ke web dan nyebar ke publik dengan cepat? Itu aja sih,” kata Sean dengan wajah bingung. Alefukka mengangguk paham, ia tahu berarti komputer tersebut aman digunakan sementara waktu. “Gue rasa komputer itu bisa lo pertahanin sebagai ganti laptop lo, tapi setelah lo udah kebeli laptop lagi itu komputer langsung lo kembaliin ke tempat asalnya tanpa kekurangan suatu apapun,” kata Alefukka yang merasa bahwa penunggu komputer itu tidak terlalu jahat dan bisa untuk menggantikan laptop Sean sementara waktu. Sean hanya bisa setuju dengan saran Alefukka karena merasa jurusannya ini sangatlah bergantung pada komputer makanya ia akan kelabakan jika laptopnya rusak. Sean berakhir dengan menginap di kost Alefukka karena untuk pulang pun sudah malam dan ia besok ada kelas pagi jadi akan sekalian berangkat sama Alefukka. Tentang Darren dan Gilang mereka tidak ingin memikirkannya dulu untuk sementara waktu karena Sean tahu bahwa kedua sahabatnya itu sangat keras dan egois tidak ingin mendengar alasan apapun selama hidupnya. Gilang adalah definisi judge man sejati, ia tidak segan-segan menghakimi orang tanpa mau mendengar alasan, sedangkan Darren adalah super egois man di mana ia merasa apa yang dikatakannya selalu benar tidak jauh berbeda dengan Gilang oleh karena itu mereka sering kali bertengkar karena hal-hal sepele.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN