Gilang adalah lawan?

1055 Kata
Gilang yang melihat Andrew sedang berkeliaran di luar langsung menghampirinya dengan wajah yang memelas agar Andrew yang melihatnya merasa kasihan. “Andrew tolong gue Ndrew! Gue gak bisa kali ini tanpa bantuan lo,” ucap Gilang yang langsung memegangi tangan Andrew dengan erat. Andrew melihat Gilang dengan wajah takut, ia takut jika bisa saja Gilang ingin ia menyembuhkan dirinya dari gigitan zombie. “Jangan bilang lo digigit zombie jadi minta pertolongan gue!” kata Andrew kemudian cepat-cepat melepaskan tangan Gilang dan sedikit mundur untuk mengantisipasi kalau saja Gilang berubah menjadi zombie. “Gue mau keluar dari dunia game ini, kalau lo turutin permintaan gue, kelak apapun yang lu minta gue akan lakukan,” kata Gilang dengan sepenuh hati. Andrew menaikkan kedua alisnya merasa bingung dengan Gilang yang tiba-tiba mengemis seperti itu. “Apa lo disuruh sama Sean?” tanya Andrew yang merasa curiga dengan Gilang karena ia merasa aneh seorang Gilang bisa mengemis padanya seperti ini. Gilang terdiam kemudian menangis, ia mengingat betapa Darren menyakitinya. "Mereka udah gak pro gue lagi, tolong untuk kali ini harapan gue Cuma lo yang bisa keluarin gue dari sini,” kata Gilang yang berusaha membujuk Andrew karena menurut Gilang Andrew masih bisa merasakan rasa kasihan di dalam hatinya. Dengan tatapan datar Andrew melihat Gilang kemudian tertawa kecil. “Tombolnya sudah meledak, apa lo gak denger?” tanya Andrew yang seakan menyelidiki Gilang. Gilang mengangguk membenarkan bahwa ia mendengar ledakan tersebut, namun tentu saja ia tak percaya. “Gue percaya lo ada cadangannya, tolong gue. Gue janji gue gak akan biarin mereka tahu ini, ini rahasia kita berdua,” kata Gilang dengan wajah melas yang sangat meyakinkan. “Gak ada” “Tolonglah! Lo kan temen gue, gue janji akan terus inget kebaikan lo sampai kapan pun, bahkan gue akan bersedia membantu lo sepanjang hidup gue,” kata Gilang yang sudah merasa frustasi dengan keras hatinya Andrew. “Lo mau sampai kapan ngemis kayak gini? Selain tombol, Cuma misi yang bisa bebasin kita,” kata Andrew sebelum meninggalkan Gilang sendirian. Gilang menghapus air mata palsunya itu dengan cepat, akting saja tak akan membuat Andrew merasa iba. “Ah, itu anak kaku banget sumpah! Tujuan dia kurung kita di sini apa sih? Astaga bisa gila gue kalau kayak gini! Lihat muka dia datar banget gak ada rasa kasihan kayaknya,” kata Gilang yang terus mengoceh dan tak sadar zombie-zombie sudah mulai keluar mengintainya. “Gilang awas!” teriak Sean sambil menembaki satu-satu zombie yang hendak berlari ke arah Gilang. Tak sia-sia ia mempunyai keterampilan menembak di game, sekarang ia bisa menerapkan itu semua untuk keselamatan hidupnya dan juga teman-temannya. Gilang yang mendengar itu langsung refleks balik berlari ke arah Sean kemudian memasuki rumah tersebut dan mengunci Sean dari dalam membuat Sean kelabakan sedangkan zombie sudah semakin dekat dan pelurunya sedang dalam keadaan refresh. “BUKA! LO GILA KUNCI SEAN HAH!" teriak Alefukka yang baru kali ini merasa Gilang keterlaluan. Darren yang melihat itu juga langsung menyeret Gilang untuk mengambil kunci rumah tersebut. Brak! Brak! Suara gedoran di pintu tim extramers yang berada di dalam rumah itu kelabakan karena kunci dipegang oleh Gilang dan pemuda itu melemparnya ke closet dan menyiramnya. “s**l!” rutuk Darren yang melihat kelakuan Gilang yang sudah di luar batas. Sementara Fendi yang melihat kegelisahan itu mencoba mencari akal untuk membawa Sean masuk. Fendi membuka sebuah jendela yang terbilang kecil, namun sepertinya bisa untuk dilewati tubuh Sean yang ramping. “Kemarilah!” ujar Fendi mengulurkan tangannya pada Sean sambil memberikan sebuah s*****a untuk Sean bertahan hidup. Sean sempat terperangah juga karena Fendi yang menyelamatkannya, namun tak ada waktu untuk mengagumi itu semua karena zombie-zombie sudah mulai mendekatinya. Dengan cepat Sean meraih tangan Fendi, kemudian tangan lainnya menembaki zombie-zombie yang berlarian ke arahnya. Sean sedikit kewalahan untuk menaiki jendela tersebut yang terbilang cukup tinggi untuk dijangkau, namun tidak ada pilihan lain selain berusaha memasuki rumah satu-satunya di sana. “Dikit lagi, ayo gue bantu tarik,” kata Fendi yang sedikit kesusahan membantu Sean untuk naik ke jendela tersebut. “Nah, sampai juga. Hati-hati,” ucap Fendi yang merasa lega ketika kaki Sean sudah memasuki jendela tersebut. Namun, baru saja kaki Sean yang masuk tiba-tiba Gilang yang melihat itu langsung menendangnya kencang untuk saja Fendi masih dalam keadaan memegangi tangan Sean kalau tidak mungkin akan sangat susah lagi menggapai Sean yang berada di bawah. “s**l! Ada apa sih sama nih anak? Darren, Ale tolong singkirin dia dulu gue yang akan bantu Sean,” kata Fendi dengan wajah yang sudah mulai kesal dengan sikap Gilang yang merasa berkuasa di dunia game ini. Alefukka dan Darren langsung memegangi Gilang yang masih dalam keadaan emosi. Setelah melewati drama penyelamatan itu akhirnya Sean berhasil masuk ke rumah tersebut, Fendi cepat-cepat menutup jendela itu agar tak ada zombie yang bisa masuk ke dalam sana. Ketika suasana sudah kondusif Sean langsung menarik kerah baju Gilang, ia merasa menyesal karena sudah membantu Gilang di luaran. Andaikan tadi ia mati mungkin ia tidak akan memaafkan Gilang. “Lo maunya apa sih? Gue tolongin lo, tapi lo malah mau gue mati!” kata Sean yang sudah mulai emosi dan menjambak kerah Gilang dengan keras. “Hahah, ya pantes gue begini karena gue pikir kalau kita gak bisa keluar dari sini, setidaknya lo harus mati! Gue gak bisa bayangin tiap kali gue lihat lo gue seperti lihat seorang yang jahat yang telah mengurung kita di sini,” kata Gilang dengan wajah yang penuh amarah. Sean melepaskan tangannya dari kerah baju Gilang sambil mendorong kasar pemuda itu dengan raut wajah yang kecewa. “Cukup! Gue gak mau lawan sahabat sendiri ya! Gue gak mau kita malah jadi kayak gini, dan untuk lo juga jangan mulai. Gue tahu gue salah, siapa pun di sini juga tahu kalau gue penyebab ini semua, tapi mereka gak ada yang jadi penghianat seperti lo,” kata Sean yang sudah merasa kecewa dengan apa yang dilihatnya. “Lo semua jangan naif! Lo orang juga mau kan Sean mati? Lo orang juga dendam kan sama dia?” tanya Gilang dengan sangat yakin, namun yang ia terima hanyalah tatapan datar dari Darren, Alefukka dan Fendi. “Fix lo yang jadi lawan kita mulai sekarang,” kata Darren dengan tatapan datarnya kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sebenarnya Darren tidak ingin menyebut Gilang sebagai lawan, hanya saja gelagat Gilang sudah menunjukkan sesuatu yang salah yang harus mereka lawan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN