Ucapan yang tak dapat dipercaya

1039 Kata
Sean melihat mereka kemudian tertawa kecil, muka ketiga sahabatnya itu sangat ketakutan melihat reaksinya seperti orang lupa ingatan. “Canda guys, kepala gue terlalu kokoh sepertinya untuk membuat gue lupa ingatan gak semudah itu kayaknya,” kata Sean yang sebetulnya masih sangat pusing. Ia mencoba berdiri kemudian melihat Andrew yang berada di pojok ruangan dengan tangan terikat dan mulut yang disumpal, tatapannya benar-benar sudah tak berdaya. “Ini dia kenapa kok diiket?” tanya Sean dengan wajah bingung. Alefukka melirik ke arah Darren dan Gilang yang menjadi pelaku utamanya. “Ada banyak hal yang terjadi selama lo pingsan dan semua ini bisa dipastikan karena ulah Andrew dan komplotannya,” kata Gilang sambil memelototi Andrew yang menatap mereka dengan tatapan nanar. Sean menghela napasnya, ia tahu bahwa jika ketiga sahabatnya itu sudah bertindak tegas seperti itu pasti ada yang tak beres dan mau tidak mau Sean hanya bisa mengikuti tindakan mereka saja. “Gimana kepala lo?” tanya Alefukka mengalihkan pembicaraan, Sean mengangguk pelan sambil meraba-raba kepalanya yang masih sedikit sakit. “Udah mendingan, Cuma masih agak pusing aja dan gue belum bisa banyak beraktivitas dulu kayaknya,” kata Sean yang sedikit menyesal dengan hal tersebut. Seandainya ia lebih hati-hati mungkin saja ia tidak akan membuat ketiga sahabatnya itu repot seperti ini. Hari ini mereka memutuskan untuk istirahat agar bisa kembali menghadapi misi yang menurut mereka tak masuk akal dan membuang-buang waktu. “Emph!” Andrew sedikit memberontak ketika mereka hendak tidur, Alefukka melihat Andrew kemudian melepaskan sumpelan mulut Andrew di depan teman-temannya. “Ada apa?” “Tolong bukain iketan ditangan gue, sumpah tangan gue udah kebas dari tadi. Gue janji gak akan lakuin apa-apa sama kalian. Alefukka melihat ke arah tiga temannya itu yang menatap dirinya dengan berbagai tatapan yang membuat Alefukka bingung. Sean adalah yang paling netral diantara semuanya, sedangkan Darren dan Gilang benar-benar sudah tak mempunyai akhlak menatapnya seolah ia adalah buronan polisi. “Baiklah gue gak akan bukain kalo muka kalian kayak gitu,” kata Alefukka kemudian kembali menyumpal mulut Andrew agar tak meminta permintaan yang sama lagi yang sudah jelas akan ditolak oleh ketiga orang itu. Sean berdiri dari posisi duduknya kemudian menghampiri Andrew dengan tatapan tanpa ekspresi ia menatap Andrew. Ia melepaskan kain yang menyumpal mulut Andrew kemudian melemparnya ke lantai. “Kita di sini mempunyai satu misi yang sama yaitu keluar dari dunia game ini, tolong jangan menjadi pengkhianat karena kami di sini butuh orang-orang yang dapat dipercaya. Begitu pun lo yang akan lebih aman jika berkumpul dengan orang-orang yang dapat dipercaya, kita harus bekerja sama untuk mengalahkan dunia game ini dan menata ulang apa yang telah hilang di dunia nyata. Lo tahu kan maksud gue?” tanya Sean dengan tatapan dingin itu. Sean adalah orang yang jarang sekali berkomentar bahkan ia juga cuek dengan sekitarnya, tapi untuk kali ini ia tidak dapat diam saja dengan apa yang sedang terjadi karena ini menyangkut hidup ketiga sahabatnya itu. Terlihat Andrew yang mengangguk lemah, ia tahu yang dimaksud Sean, namun tetap saja ia adalah tim gladiator. Bagaimana mungkin ia bisa berkhianat pada timnya sendiri? “Percuma lo ngomong sama dia, pada dasarnya dia adalah penghianat. Penghianat yang mencoba menyusup masuk ke suatu tim untuk mengintai, dia ini bersekongkol dengan Rezki dan Stefan sama satu lagi kita gak berhasil tangkap,” kata Gilang dengan murka. Sean melihat Gilang dengan wajah bingung, ia tidak tahu apa yang dimaksud Gilang. “Stefan sama Rezki? Maksud lo anak kampus kita?” tanya Sean dengan wajah bingung, yang ia kenal adalah hanya mereka berdua di kampus itu. Ia mengenal Stefan juga karena itu adalah teman satu kost dengan Darren. Alefukka, Gilang dan Darren mengangguk membenarkan tebakan Sean. Mendapat jawaban itu bukannya mengerti, Sean justru semakin bingung karena yang ia tahu adalah mereka di sini hanya berempat jadi lima sama Andrew. “Maksudnya gimana? Kok bawa-bawa nama mereka? Hubungannya apa sama game ini?” tanya Sean yang semakin tak mengerti ke mana arah pembicaraan mereka. “Stefan dan Rezki tuh ada di sini, mereka masuk ke dunia game tanpa sepengetahuan kita dan entah kenapa mereka kayak pengen celakain extramers. Dan ini orang satu adalah salah satu yang pura-pura baik sama kita cuma mau kasih informasi aja ke komplotannya tentang kelemahan kita,” kata Gilang sambil menunjuk ke arah wajah Andrew yang tampak polos, namun sangat menipu siapa saja yang tidak mengetahui sifat aslinya. Sean terdiam ketika mendengar penjelasan Gilang, bahkan dalam beberapa menit ruangan itu hening tak ada satu pun orang yang berbicara. Hanya ada suara desiran napas mereka yang tak karuan karena emosi yang sudah memuncak terutama Gilang yang selalu kesal saat melihat wajah Andrew yang tampak sok polos itu. “Apa bener yang dibilang sama Gilang?” tanya Sean dengan nada dingin, Gilang, Darren dan Alefukka tidak pernah melihat Sean sedingin itu seumur hidupnya karena bisa dibilang Sean dan Alefukka sebelas dua belas jadi mereka jarang sekali ditemui dalam keadaan marah. Andrew menggeleng pelan. “Apa yang diucapkan Gilang gak bener! Dia cuma mau lo emosi aja, gak mungkin gue komplotan sama mereka dan masuk ke sini karena cuma pengen lihat kelemahan kalian. Gue ke sini karena tertekan, lo bisa tanyain sama si Alefukka. Semuanya gue sudah jelasin ke Alefukka dan gue gak mungkin khianati kalian,” ucap Andrew yang bersikeras. Gilang berdiri hendak menonjok Andrew yang masih banyak alasan dan malah melempar itu semua kepada Alefukka. Sean memegangi tubuh Gilang yang ingin menghampiri Andrew. “Lo udah gak waras iya? Ini tuh masalah lo kenapa malah libatin masalah lo sama Alefukka. Ini semua gak ada hubungannya sama kita, hubungannya adalah sama lo yang gak waras!” teriak Gilang yang sudah benar-benar naik pitam. “Apa yang dikatakan Andrew bener. Dia emang curhat sama gue kalau dia memang masuk tim gladiator. Tim gladiator itu terdiri dari Andrew, Stefan, Rezki dan Fendi. Tapi, di tim itu dia dianak tirikan alias Cuma dijadiin kambing hitam aja. Kita gak bisa salahin Andrew sepenuhnya,” ucap Alefukka dengan wajah tanpa ekspresi. Alefukka tahu saat ia mengaku seperti itu pasti ia mendapatkan tatapan horor dari extramers dan tatapan hangat dari Andrew. Namun, Alefukka tak peduli karena bagaimana pun ia harus membuat Andrew mempercayainya agar semua rahasia bisa ia ungkap dengan mudah walaupun sebenarnya ia tidak benar-benar yakin dengan sikap Andrew yang egois itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN