Rainer menelan salivanya sendiri hingga berkali-kali. Ia terus menerus menatap Lily, yang kini sudah membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, dengan posisi membelakangi Rainer, yang masih duduk sambil bersandar pada sandaran tempat tidur. "Em... Kita... Perginya minggu depan ya?" ucap Rainer perlahan-lahan dan penuh kehati-hatian. Tidak ada respon. Lily diam saja, sedari ia yang naik ke atas tempat tidur tadi. Rainer nampak terlihat serba salah. Apa yang harus ia lakukan sekarang? "Aku peluk kamu ya?" ucapnya dengan mata berbinar dan antusias. Berharap, Lily berhenti bersikap dingin kepadanya. "Aku gerah!" ketus Lily, ketika tubuh Rainer baru saja merosot ke bawah dan tangannya, hendak melingkar di tubuh Lily. Rainer kembali kepada posisinya semula, duduk sambil memandangi Lily di