Part 8. Belanja Bersama

1167 Kata
Karin masih mendengarkan penjelasan Bimo mengenai beberapa revisi yang sudah mereka lakukan setelah membahasnya bersama Naya melalui zoom. Kehadiran Karin di Semarang adalah untuk mewakili sang atasan. Menghadiri acara peletakan batu pertama, serta memastikan pembangunan berjalan sesuai apa yang istri sang bos mau. “ Naya juga minta bagian atas dibuat kebun buah yang nantinya akan di tanami bermacam pohon buah-buahan sebagai wahana edukasi anak-anak,” jelas Bimo sembari menunjukkan layar laptop. Karin bisa melihat denah yang akan mereka jadikan wahana edukasi kebun buah tersebut. “ Itu ide bagus. Selain bisa bermain air, anak-anak juga bisa menikmati kebun buah bersama keluarga. Lalu kafetaria yang juga bisa mereka kunjungi,” tambah Dhani. “ Benar. Naya juga meminta mencari para pengusaha kecil di sekitar sini. Dia akan memberikan slot untuk menjajakan apapun hasil karya mereka. Dengan sharing provit tentu saja,” ucap radit. “ Beberapa teman istriku ada yang memiliki usaha menyulam, membuat tas dari barang recycle, juga ada yang memiliki usaha makanan ringan. Mereka semua tertarik untuk ikut mengisi slot yang tersedia. Mungkin sudah ada 6 orang yang confim untuk ambil bagian," lanjut Radit dengan semangat. Ia memang memasrahkan kepada Inez untuk mencari orang-orang yang tertarik menjajakan hasil usaha mereka di kafetaria yang akan mereka bangun di luar wahana hiburan. Lebih tepatnya di depan wahana air tersebut. Dan ia bersyukur karena ternyata beberapa teman Inez memiliki usaha dan merasa tertarik untuk ikut bergabung. Karin menganggukkan kepala. Merasa takjub dengan pemikiran istri sang atasan. “ Lalu untuk hotel bagaimana ?” tanya Karin. Merasa mereka sudah cukup membahas wahana hiburan. “ Dia nggak terlalu komen untuk hotel. Sepertinya dia sudah merasa cocok dengan rancangan yang Abi bikin,” jelas Bimo. Karin langsung menoleh ke samping. Ia tersenyum sembari mengangkat alis. Terkesan seperti menggoda pria yang langsung mendesah. “ Nothing special. Aku cuma nuangin ideku ke dalam gambar. Beberapa bagian juga dibantu Dhani sama Radit kok,” kilah Abi sembari membalas tatapan menggoda Karin. “ Sepertinya kamu paham betul dengan selera istri bos ku,” goda Karin. Semua orang juga bisa melihat bahwa Karin sengaja menggoda pria di sampingnya. Abi berdecak, lalu mengalihkan tatapan mata ke depan. Bertemu tatap dengan Radit yang membuatnya semakin bertambah kesal dengan senyum miring pria itu. Abi menatap jengah sabahatnya itu. “ Whatever … gue emang sudah sedalam itu tahu selera dia. Salah ?” tanya Abi dengan muka masam. Radit dan yang lain terkekeh geli melihat pria yang masih patah hati itu terlihat kesal. Bimo menggelengkan kepala memperhatikan tingkah kedua sahabatnya. “ Justru karena gue tahu Abi paling ngerti Naya, jadi proyek hotel gue kasih dia,” bela Bimo. Pria itu menatap satu per satu sahabatnya yang masih menertawai Abi. “ Gue harus berpikir logis. Mau berapa kali revisi, dan berapa lama waktu terbuang kalau gue kasih proyek gambar hotel ke elo Dit,” lanjut Bimo dengan sorot mata lurus ke arah Radit yang langsung terdiam, kemudian menganggukkan kepala. Bimo menghela nafas panjang. Karin hanya diam dengan mata menatap Bimo. Merasa kagum dengan pemikiran Bimo yang ia anggap cerdas. Sebagai pemimpin, jelas sekali Bimo mengetahui seberapa kemampuan tiap anak buahnya. Tidak salah Alka memberikan dua proyek besar kepada pria itu. selain karena Bimo adalah salah satu sahabat sang istri, juga karena pria itu memang mempunyai kemampuan mumpuni bersama para sahabatnya yang lain. Karin pikir pekerjaannya kali ini tidak akan terlalu membuat kepala pusing. Semua draft, perijinan dan t***k bengeknya sudah ok, tinggal memulai proses pembangunan. Sesuai jadwal, dua hari lagi adalah acara peletakan batu pertama untuk pembangunan wahana hiburan. “ Karin … ada yang ingin kamu tambahkan, atau mungkin tanyakan ?” Karin terhenyak dari lamunannya. Ia segera menoleh ke arah suara berasal. Bimo sudah menyorotkan tatapan mata kearahnya. Ia tersenyum kecil. “ Nggak. Udah jelas semuanya.” Bimo mengangguk puas. “ Besok Abi akan jemput kamu buat lihat persiapan acara peletakan batu pertama wahana hiburan.” Lanjut Bimo yang kemudian mengalihkan tatapan ke arah sang sahabat yang duduk di samping Karin. “ Baik.” Karin menoleh ke arah Abi yang seketika juga menoleh ke arahnya. “ Telepon aku dulu sebelum jemput ya … “ karin meringis “ takutnya aku belum bangun pas kamu sampai kalau nggak telepon dulu.” Lanjutnya. Abi mengerti. Pria itu kemudian mengangguk mengiyakan. *** Karin berjalan beriringan dengan Abi memasuki sebuah toserba. Setelah meeting mereka selesai, Karin meminta Abi untuk mengantarkannya membeli beberapa kebutuhan untuk ia bawa ke dalam hotel. Abi dengan pengertian mengikuti Karin yang berjalan di sepanjang rak yang menjual berbagai macam camilan dengan keranjang berwarna merah di tangan kanan. Karin berhenti di depan rak berisi keripik kentang dari berbagai macam merk. Ia mengambil beberapa, menoleh ke samping tempat Abi berdiri dengan membawa keranjang. Tanpa mengatakan apapun Abi menyodorkan keranjang yang ia bawa. Karin tersenyum, kemudian memasukkan dua bungkus besar keripik kentang ke dalam keranjang. Karin kembali berjalan, kemudian berhenti di depan rak berisi berbagai macam minuman coklat instan. Ia kembali meneliti beberapa merk sebelum akhirnya memutuskan mengambil satu bungkus minuman coklat instan tersebut. “ Suka coklat ?” tanya Abi begitu Karin memasukkan bungkus coklat ke dalam keranjang. Karin mengangguk. “ Iya … aku lebih memilih coklat panas dibanding kopi. Kamu tahu kan coklat bisa meredakan emosi. Cewek itu paling gampang emosi, itu sebanya aku memilih coklat,” jawab panjang Karin. Abi hanya mengernyit sesaat kemudian mengangguk. “ Kalau aku lebih suka kopi karena lebih sering harus terjaga malam saat proyek gambar menumpuk,” kata Abi diakhiri dengan tawa kecil. Karin ikut tertawa. Mereka berdua sama-sama memiliki alasan logis untuk memilih sesuatu sesuai kebutuhan mereka. Bukan hanya mengikuti tren. “ Setelah ini apa kegiatanmu ?” tanya Abi sembari masih mengekori Karin. “ Laporan sama bos. Trus, paling nonton TV di kamar. Males mau kemana-mana kalau nggak ada teman. Lagian aku juga buta kota ini.” Karin kembali berhenti. Kali ini Abi menyipitkan mata saat menyadari di mana Karin berhenti. Karin menoleh, kemudian meringis. “ Lupa nggak bawa padahal sebenar lagi jadwalnya.” Tak perlu menjelaskan secara detail, tentu Abi sudah paham jadwal apa yang Karin maksud. “ Emang cewek tiap kali datang bulan selalu sakit ya ?” tanya Abi yang membuat Karin justru mengangkat kedua alis. Merasa heran mendengar pertanyaan Abi. “ Dulu Naya juga selalu sakit perut tiap kali datang bulan. Mantan istriku juga.” Kata-kata Abi sukses membuat kedua mata Karin melebar. Ia baru tahu kalau ternyata Abi seorang duda. Jadi ceritanya waktu itu Naya dikejar dua orang duren alias duda keren ? “ Ah … aku belum cerita ya.” Abi tertawa melihat Karin kaget ketika mendengar apa yang ia katakan. “ Aku memang sudah pernah menikah. Tapi ya gitu deh. Namanya belum jodoh. Ternyata bukan dia juga the one yang tuhan tulis untukku,” lanjut Abi menjelaskan. “ Trus sekarang ---” “ Abi ??” belum selesai Karin bicara, mereka berdua dikejutkan dengan suara seorang perempuan yang memanggil nama Abi. Karin dan Abi menoleh ke arah suara bersamaan. Mata Abi sedikit membulat mendapati sosok wanita yang memanggilnya mendekat. Di belakangnya, ia bisa melihat seorang laki-laki yang berjalan mengekori sang wanita.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN