Qeela menarik tangan kekar yang melingkar di perutnya. "Maaf, Mas. Aku tidak bisa kembali bersama kamu." Buru-buru dia merapihkan meja riasnya, memasukan semua perawatan muka dan kulitnya ke dalam sebuah kotak yang sudah dia siapkan sejak di jalan. Sebenarnya semua peralatan kecantikan yang di sana bisa dia beli lagi tapi karena semua misi, menaruh kamera pengintai di kamarnya. Alasan Qeela hanya itu. Agar putra keluarga Mahendra itu tidak curiga. Adnan duduk di ujung kasur, mengusap kasar wajahnya dan mengacak-acak rambutnya, kesal. Dia tidak tahu lagi harus bagaimana membujuk istri sah-nya agar mau tetap bersama dengannya. "Apa ada pria lain?" tuduh Adnan dengan lirikan tajam ke arah Qeela. "Jangan souzon, Mas!" jawab Qeela singkat. "Pengacara itu, dia suka sama kamu, aku bisa lihat