bc

RAHIM (Siapa yang mengambil rahimku?)

book_age18+
448
IKUTI
3.7K
BACA
HE
love after marriage
boss
billionairess
heir/heiress
blue collar
drama
bxg
mystery
brilliant
loser
harem
love at the first sight
like
intro-logo
Uraian

Setiap pasangan pasti menantikan keturunan, begitu juga dengan Qeela dan Adnan.

Penantian selama 5 tahun ternyata sia-sia karena ternyata Qeela tidak memiliki rahim. Dia sendiri bingung kemana rahimnya dan siapa dibalik malapraktik ini.

Kemana rahim Qeela? Siapa yang mengambil rahimnya tanpa seijin dirinya dan suami? Semua harus jelas dan di usut tuntas sampai keakarnya.

chap-preview
Pratinjau gratis
Cinta Pada Pandangan Pertama
Adnan Mahendra seorang CEO muda keturunan darah biru sedang berkutat dengan laptopnya, memeriksa laporan yang masuk ke dalam emailnya. Kegiatannya terhenti saat sekretarisnya masuk ke dalam ruang kerjanya bersama seorang gadis berhijab. "Selamat siang, Pak, ini Mba Aqeela dari Panti Asuhan." Laila memperkenalkan seorang tamunya pada atasannya. Adnan mengangguk kemudian berdiri dan bersalaman dengan gadis itu. "Adnan." "Qeela." Setelah berkenalan, Adnan mempersilahkan Qeela duduk di kursi yang ada di seberangnya. Dengan meja kerja sebagai pembatas di antara mereka. Laila pun langsung keluar ruang kerja itu, membiarkan atasannya berbicara bebas dengan tamunya. Dia juga memesan minuman untuk disajikan pada tamu atasannya itu pada Office boy. *** "Apa Anda perwakilan dari panti asuhan?" tanya Adnan membuka percakapan. "Iya, Pak. Ibu Purwati meminta maaf karena tidak bisa datang dan beliau mengutus saya ke sini. Saya harap Anda tidak ada masalah dengan kedatangan saya," jawab Qeela, menjelaskan alasannya datang tanpa pemimpin panti asuhan. "Oh, saya gak masalah. Siapapun yang datang, terpenting untuk saya adalah Anda membawa yang saya butuhkan." Qeela langsung mengeluarkan satu amplop cokelat dari tasnya dan memberikannya pada Adnan. "Ini yang Bapak maksud?" tanyanya. Adnan mengambil amplop pemberian Qeela dan membukanya. Dia tersenyum lebar saat melihat isi dari amplop itu. "Iya, Anda benar. Proposal ini yang saya butuhkan." Percakapan mereka terhenti saat seorang office boy dan Laila mengetuk pintu kemudian masuk ke dalam membawa minuman untuk Qeela. Setelah meletakan secangkir teh hangat di meja dekat Qeela duduk, kedua orang itu pun keluar dari sana. "Silahkan di minum, Mba ..." "Qeela," sela Qeela saat Adnan sedikit ada jeda saat ingin menyebut namannya. "Maaf, silahkan di minum, Mba Qeela," sambung Adnan. Qeela mengangguk dan tersenyum sambil mengambil cangkir teh yang sudah disediakan oleh tuan rumah. Entah apa yang terjadi, Adnan seketika langsung terpesona dengan sosok Qeela yang manis, anggun dan soleha. Membuat hati kecil Adnan ingin mengenal gadis itu lebih dalam lagi. "Jadi, Mba Qeela ini bekerja di panti atau?" tanya Adnan penuh selidik. Qeela meletakan kembali cangkir teh-nya dengan perlahan. "Saya kecil dan besar di panti, dan sekarang bekerja di panti membantu ibu Pur. Maksud saya ibu Purwati," jawab Qeela. Kepala Adnan mengangguk-angguk. Dari cerita Qeela dia merasa simpati dan empati karena dengan begitu berarti gadis itu seorang yatim piatu sejak kecil, bukan begitu? Pikir pria berlesung pipi itu menilai Qeela dalam setiap perkataan yang gadis itu lontarkan. "I see," gumam Adnan merespon penjelasan Qeela. Sejenak tidak ada percakapan, keduanya saling tatap dengan pikiran masing-masing sampai Qeela lebih dahulu memutus tatapan itu karena agamanya mengajarkan tidak baik menatap lawan jenis yang bukan siapa-siapanya lebih dari beberapa detik saja. Adnan juga tersentak saat Qeela melakukan itu. Seolah tersadar dari lamunannya. "Begini, Mba Qeela. Mungkin ibu Purwati sudah menjelaskan pada Anda kalau perusahaan saya mau menggalang dana untuk panti asuhan kalian. Semua dana yang kami dapatkan akan semuanya saya berikan nanti." Sejenak Adnan berhenti untuk melihat respon Qeela. Qeela menyimak dengan serius tanpa ekspresi berlebih. "Maka dari itu saya minta ibu Purwati untuk membuat proposal ini agar saya paham apa saja yang kalian butuhkan dan total jumlahnya, biar nanti saat penggalangan dana bisa kami perkirakan pendapatannya sesuai dengan yang kalian butuhkan di panti, kami berharap bisa lebih," lanjut Adnan. Qeela mengangguk paham. "Proposal itu saya yang buat, Pak. Semoga penjelasan di proposal itu bisa Pak Adnan pahami," ujar Qeela. Kedua bola mata Adnan membola mendengar penjelasan Qeela. Proposal sebagus dan serapih ini gadis itu yang buat, bagaimana bisa? Lulusan apa dia? Benak Adnan penuh tanda tanya. Karena tidak semua orang dapat membuat proposal mengajuan serapih dan sejelas ini. "A-Anda yang buat?" ulang Adnan seakan tidak percaya dengan pendengarannya. "Iya, Pak. Kenapa? Berantakan yah?" Qeela tersenyum getir dia takut Adnan kecewa. Adnan melambaikan tangannya, "Tidak, tidak. Justru saya tidak percaya kalau proposal serapih dan sejelas ini Anda yang buat, Mba Qeela," puji Adnan. "Heum! maksud saya proposal ini bagus seperti di buat oleh orang profesional, apa Anda sebelumnya pernah bekerja kantoran atau maaf kalau boleh tahu pendidikan terakhir Anda apa?" Adnan berusaha mengorek terus informasi tentang Qeela. Qeela terkekeh pelan dan pipinya merona karena di puji oleh pria setampan Adnan. "Sungguh proposal itu saya yang buat, Pak. Saya lulusan-" Tok! Tok! Tok! "Maaf, Pak. Apa Pak Adnan mau makan siang di kantor atau di luar? Karena pihak catering menanyakan pada saya." Ucapan Qeela harus terhenti karena Laila. "Mba Qeela, kalau tidak keberatan mau temani makan siang saya di sini? Sambil kita melanjutkan obrolan tentang proposal ini," ajak Adnan sembari menunjukan proposal yang sedang dia baca. Qeela mengangguk ragu. "Bagimana?" tanya Adnan, memastikan. "Iya tidak apa jika tidak merepotkan," jawab Qeela, sungkan rasanya kalau harus makan siang berdua saja dengan orang yang baru dikenal baginya. "Tidak sama sekali." Kemudian Adnan meminta Laila agar menyiapkan makan siang untuk porsi dua orang, dirinya dan tamunya. Laila langsung pergi dan kembali menutup pintu saat dia sudah jelas mendapat perintah dari atasannya. "Maaf ya, sekretaris saya memang begitu, masuk lebih dahulu tanpa ijin," ucap Adnan sambil terkekeh. Qeela mengulum senyumnya. Entah dia harus komentar apa, dia paham dengan posisi Laila yang menjadi sekretaris, ingin segera menyelesaikan pekerjaannya sedangkan kalau dia harus mengetuk dan menunggu jawaban 'masuk' dari si boss memakan waktu yang entah sampai kapan si boss mau di ganggu. Maka dari itu Laila langsung masuk saja biar urusannya selesai toh dia sudah mengetuk sebanyak tiga kali. Adnan mengajak Qeela untuk duduk di sofa yang ada di tengah ruangan itu. Adnan duduk di sofa yang diperuntukan satu orang, sedangkan Qeela duduk di sofa panjang. Adnan masih menjaga jarak untuk kedekatan fisiknya dengan Qeela melihat gadis itu berhijab dan soleha. "Saya harap Anda tidak keberatan dengan lauk dari catering perusahaan ini," ujar Adnan. "Apa perusahaan ini memakai jasa catering untuk karyawannya?" "Sebenarnya untuk karyawan ada cafetaria, mereka dapat makan gratis dan memilih bebas makanan yang di masak langsung oleh juru masak di sana. Tapi khusus untuk petinggi perusahaan ada catering khusus itu juga kalau mereka tidak makan di luar, kebanyakan dari mereka memilih makan di luar karena sekalian bertemu klien atau rapat." Panjang lebar Adnan menjelaskan tentang perusahaan yang dia pimpin. Perusahaan keluarganya yang bergerak di bidang media cetak. "Pasti karyawan Anda sejahtera bekerja di Perusahaan di bawah kepemimpinan seperti Anda," puji Qeela. "Seperti saya? Maksudnya?"

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
7.0K
bc

CINTA ARJUNA

read
18.4K
bc

Dokter Jiwaku Membuatku Menggila

read
15.6K
bc

Terjebak Pemuas Hasrat Om Maven

read
4.3K
bc

Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar

read
4.3K
bc

Rayuan Sang Casanova

read
2.6K
bc

Tergoda Rayuan Mantan

read
26.3K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook