Acara penggalangan dana pun akhirnya berjalan, semua bekerjasama dengan baik, bazar yang di buka pun ramai dengan pengunjung yang berbelanja mulai dari mainan anak, pakaian anak dan dewasa, buku-buku dan masih banyak lagi kebutuhan rumah tangga lainnya.
Pandangan Adnan tidak lepas dari gadis manis berpakaian serba panjang dan tertutup itu, siapa lagi kalau bukan Qeela. Gadis itu seperti tidak ada lelah-nya ketika wara wiri mencari barang yang diinginkan pengunjung yang datang ke sana, tentu di bantu oleh petugas lainnya.
Adnan tidak menyiakan kesempatan saat Qeela melewatinya, pria itu menarik lengan Qeela hingga gadis itu tertarik dan tidak sengaja berakhir dalam pelukan Adnan.
"M-mas Adnan." Tatapan keduanya bertemu dan saling mengunci untuk beberapa saat sebelum Qeela memutusnya dengan menunduk. Adnan pun tersadar dan melepas Qeela.
"Ma-maaf, maaf. A-aku hanya ingin memberitahu kamu ...." Adnan tidak dapat melanjutkan ucapannya karena mata Qeela yang indah menatapnya begitu lekat.
Adnan menggeleng, hendak membuang pikiran negatif dari kepalanya.
"Memberitahu apa, Mas?" tanya Qeela yang sudah tidak sabar.
"Sudah waktunya istirahat dan makan siang, kamu sedari tadi bolak balik, gak capek?"
Qeela tertawa kecil, membuat Adnan semakin jatuh cinta melihatnya.
"Aku sudah biasa, Mas, karena aku senang melakukannya."
"Tapi kamu harus makan, kalau tidak nanti kamu sakit, aku juga yang repot," ujar pria berambut tebal itu.
Seketika Qeela terdiam, hatinya meleleh mendapat perhatian kecil dari Adnan.
"Nanti aku akan makan setelah ini."
"Kapan? Sore? Malam?"
Kepala Adnan menggeleng, dia langsung memanggil salah satu karyawannya.
"Kamu tolong gantikan pekerjaan Mbak Qeela, pengunjung di pojok sana mencari buku -"
"Buku n****+ romansa," sela Qeela memberitahu.
"Ya, itu, kamu cari dan beri pada orang itu," tunjuk Adnan pada wanita muda yang menunggu di pojokan.
"Baik, Pak." Karyawan itu langsung pergi kemana buku-buku khusus n****+ romansa itu berada.
"Kita makan siang dulu baru kamu bisa lanjut," ajak Adnan dengan sedikit memaksa.
"Tunggu, Mas. Aku ambil tas dulu."
Qeela berlari kecil, dan mengambil tas-nya yang dia titipkan pada meja security.
Adnan tersenyum melihat Qeela dari kejauhan, gadis soleha yang akan menjadi istrinya.
Pria itu membawa Qeela pergi jauh dengan mobilnya, ke sebuah restaurant yang berupa saung-saung makanan khas Sunda. Dia tahu kalau Qeela pasti akan menolak jika dia bawa ke restaurant mahal. Gadisnya itu memang tidak menyukai hal yang mewah, Adnan menebak karakter Qeela.
"Kamu suka makanan Sunda kan?" tanyanya ketika mereka berjalan beriringan menuju restaurant itu setelah Adnan memarkir mobilnya.
"Suka, Mas, aku suka semua makanan, tidak pernah milih-milih karena memang tidak ada pilihan di Panti," jawab Qeela di setai kekehan.
Hati Adnan mencelos mendengarnya, dia semakin kagum dengan sosok Qeela dan berjanji dalam hatinya akan membahagiakan gadis itu setelah mereka menikah nanti.
"Selamat siang, Aa, Teteh, silahkan. Untuk berapa orang?" sapa petugas restaurant itu menyambut pengunjung yang datang.
Restaurant yang nyaman, musik gamelan khas Jawa Barat melantun merdu.
"Dua orang," jawab Adnan.
"Mau yang meja atau lesehan, A?"
Adnan menoleh ke arah Qeela meminta jawaban dari gadis itu, tapi Qeela malah menatapnya balik seolah membalikan keputusan itu pada Adnan.
"Lesehan aja, Teh."
Petugas itu mengajak Adnan dan Qeela untuk mengikutinya, agak sedikit jauh dari pintu utama karena harus menuruni beberapa anak tangga untuk sampai di sebuah saung yang di rancang untuk lesehan.
"Silahkan, A, ini menunya." Petugas itu mempersilahkan Adnan dan Qeela kemudian menyerahka buku menu pada Adnan.
"Qeela," panggil Adnan karena gadis itu asik menatap kolam yang penuh dengan ikan.
Qeela patuh dan dia mendekati Adnan duduk di hadapan pria itu, meja sebagai menengahnya.
"Kamu mau pesan apa?" Adnan menyodorkan buku menu ditangannya pada Qeela.
"Samain aja dengan Mas Adnan," jawabnya.
"Aku gak tahu selera kamu apa sama dengan aku?"
"Sudah aku bilang kalau aku makan apa aja, Mas."
Adnan tersenyum dan kembali mengambil menu itu dari tangan Qeela.
"Ini aja, Teh, makanannya dan untuk minumnya air mineral aja." Tunjuk Adnan pada foto di menu.
"Saya ulang ya, A, pesanannya dua porsi nasi liwet komplit dan dua air mineral," ulang petugas restaurant itu.
"Qeela, kamu mau nambah apa lagi? Minumnya cukup itu? Atau mau jus? Rujak atau Buah potong mau?" tanya Adnan dengan memborong semua yang ada di benaknya.
"Rujak aja, jangan terlalu pedas ya, Teh," pesan Qeela.
"Baik, kalau begitu saya permisi, di tunggu pesanannya." Petugas itu pun pergi dengan catatan pesanan Adnan dan Qeela di tangannya.
"Mas Adnan kok tahu tempat ini? Sering kesini ya?" tanya Qeela membuka obrolan sembari menunggu pesanan mereka.
"Sesekali makan di sini kalau lagi jenuh di kantor, di sini enak adem," jawab Adnan dengan pandangan mata tertuju pada tengah kolam yang sengaja di buat ada di tengah restauran di alam terbuka di keliling saung-saung.
"Kalau malam lebih bagus lagi, romantis karena ada lampu-lampunya gitu," tutur Adnan menambahkan.
"Mas pernah kesini sama pacar ya? Pas malam," selidik Qeela.
Adnan terkekeh, "Pertanyaan menjebak ini mah."
Kini Qeela yang terkekeh.
"Kok menjebak sih?" tanyanya.
"Iya kalau aku bilang belum kamu gak percaya, kalau aku bilang iya nanti ada pertanyaan selanjutnya."
Qeela mengulum senyumnya, wanita memang begitu bukan? Jika dia penasaran dan ingin tahu pasti akan terus bertanya.
Obrolan mereka terjeda dengan petugas yang datang membawa pesanan.
"Selamat menikmati," ucap salah seorang dari mereka.
"Terima kasih," balas Adnan dan Qeela bersamaan.
"Selamat makan," ucap keduanya bersamaan setelah mereka membaca doa makan.
"Enak?" tanya Adnan di sela dia menikmati makan siangnya.
"Heum, enak, Mas." Qeela menutup mulutnya saat sedang berbicara sembari mengunyah.
"Habiskan kalau begitu."
"Iya harus, mubazir kalau makanan tersisa."
Keduanya tersenyum dan kembali makan.
"Alhamdulillah, ya Allah, kenyang," ucap Qeela bersyukur atas rejeki yang Tuhannya berikan siang ini, makan siang enak bergizi dan di traktir.
"Makasih ya, Mas, atas taktiran makan siangnya," sambung Qeela.
"Lain waktu kamu harus ikut aku, makan malam di rumahku," ajak Adnan.
"Makan malam di rumah Mas Adnan?" ulang gadis berhijab itu.
Adnan mengangguk, "Tidak ada penolakan, anggap saja sebagai ucapan terima kasih kamu untuk taktiran makan siang ini."
"Ish! Dasar!"
Adnan terbahak.
***
Selesai makan siang, keduanya kembali ke tempat acara.
Sampai sore tempat itu semakin ramai dengan pengunjung.
"Kamu gak pulang?" tanya Adnan khawatir dengan kesehatan Qeela. Pasalnya, gadis itu sejak pagi sudah datang dan sekarang sudah sore hampir malam.
"Iya, Mas. Aku pulang nanti saat tutup," jawab Qeela.
Kepala Adnan geleng-geleng. Segitunga Qeela bersemangat dengan acara ini. Bu Purwati saja hanya datang pagi tadi sebentar dan dia memilih kembali ke panti asuhan karena pengunjung tambah banyak membuatnya lelah. Ditambah usia bu Purwati yang sudah tidak muda lagi.
"Acara ini sampai jam 9 malam, loh," ucap Adnan.
Qeela hanya tersenyum menanggapi ucapan Adnan.
"Ya sudah kalau begitu, temui aku di ruang kerjaku setelah kamu selesai, kita pulang bareng." Kalimat Adnan terdengar seperti perintah bagi Qeela dan dia tidak bisa menolaknya.
Adnan pergi dari sana, kembali ke ruang kerjanya. Belum lama dia duduk, seseorang mendadak masuk ke dalam ruang kerjanya tanpa mengetuk pintu, dengan wajah panik.
"Maaf, Pak, saya ingin memberitahu kalau mba Qeela -"
"Qeela kenapa?" potong Adnan dan dengan cepat dia berlari keluar ruang kerjanya.