Bagian 18 Aku sedang membuatkan dua cangkir teh hangat untuk Kaivan dan tamunya—yang aku belum tahu siapa. Kudengar mereka bercakap-cakap di ruang tamu, tapi tidak cukup keras sehingga aku tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Sungguh. Ini benar-benar melelahkan dan rasanya aku ingin bergelung di atas kasur sambil mengosongkan pikiranku dan tertidur, berharap apa yang sedang aku alami ini hanya mimpi dan aku terbangun dengan wujudku yang masih anak-anak dan mama akan mengomeliku karena bangun telat. Terkadang, aku bertanya pada diriku sendiri. Sebenarnya, aku ini apa? Kenapa hidupku berjalan seperti ini? Kenapa aku punya tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya? Dan kenapa aku bisa melakukan rutinitas ini lagi? Tapi, aku tidak pernah mendapat jawaban. Jadi aku memut