Bab 10

1819 Kata
Tanpa disadari ada seseorang yang memperhatikan mereka dari dalam mobil, ada rasa yang tak biasa yang ia rasakan saat melihat dua insan itu. Ia langsung keluar dari mobilnya dengan perasaan yang sulit diartikan, ia marah karena apa yang menjadi miliknya disentuh orang lain. Ia paling benci jika ada yang berani merebut miliknya. Ia langsung menarik Alana menjauh dari Azkil dan menatap Azkil dengan tatapan mengintimidasi. "Saya tidak suka jika kamu menyentuh milikku!" ujar Gavril dengan nada tegas dan penuh peringatan. "Dia memang istrimu tapi dia bukan milikmu!" balas Azkil tak mau kalah. "Karena dia istriku maka dia milikku!" "Istri yang tidak kamu cintai, begitu?" "b*****t!" baru saja Gavril ingin melayangkan bogem mentah ke pipi mulus Azkil langsung di tahan oleh Alana. "Jangan pukul Azkil," mohon Alana. Gavril membuang napas kasar. "Sekali lagi kamu menyentuh milikku akan aku bunuh kamu!" Apa kak Gavril cemburu? Apa dia mulai mencintaiku? Apa benar dia telah mengakui kalau aku miliknya? "Selama dia istriku aku tidak akan membiarkan siapapun menyentuhnya," jeda 5 detik. "Kecuali Aku sudah melepaskannya." Melepaskan? Apa kamu akan melepaskan aku, kak? "b******k! Satu yang harus kamu ingat jangan pernah menghancurkan hati Alana. Kalau sampai itu terjadi aku tidak akan segan-segan merebutnya darimu!" mereka saling melempar tatapan tajam yang mengerikan. Ibu Tin dan pembeli lainnya menyaksikan adegan ini seperti sedang menonton drama korea. Alana langsung membayar seblak yang ia makan tadi dan menarik Gavril agar kembali ke mobil sebelumnya ia sudah pamit ke ibu Tin dan Azkil. Kalau dibiarkan terus tidak akan selesai sampai besok. Dua pria yang sama-sama memiliki sifat keras kepala dan tatapan yang mematikan. *** Alana dan Gavril sudah kembali ke rumah, selama perjalanan tidak ada yang memulai obrolan hanya keheningan yang terjadi. Sampai di kamar pun mereka masih saling diam, mungkin efek kehamilannya akhir-akhir ini ia jauh lebih sensitif dan mudah emosi seakan Alana yang selalu sabar sudah menghilang. "Aku tidak suka kamu memeluk pria lain!" Alana memilih diam dan terus tidur memunggungi Gavril, sungguh ia sedang tidak ingin berdebat. "Apa kamu sengaja mengajak Azkil menemanimu beli seblak?!" Alana masih bungkam. "Aku menyesal buru-buru ke tempat seblak kalau yang aku dapat hanya istriku sedang selingkuh dengan sahabatnya, menjijikan!" Tuduhan Gavril benar-benar membuat Alana naik pitam, ia tidak terima jika dirinya dituduh berselingkuh. Alana langsung berbalik dan pandangan mereka bertemu, bukan tatapan cinta tapi tatapan yang menyiratkan kemarahan. "Pertama, kamu telat pulang akhirnya aku beli sendiri seblak. Kedua, aku tidak mengajak Azkil untuk menemaniku kami bertemu tidak sengaja. Ketiga aku tidak pernah berselingkuh dengannya!" "Lalu apa arti pelukan tadi? Apa pantas seorang perempuan yang sudah memiliki suami berpelukan dengan pria lain meskipun itu sahabatnya?" "Aku hanya rindu sahabatku, itu hanya pelukan kerinduan. Aku akui memang itu salah tapi itu tidak bisa dianggap berselingkuh!" "Selingkuh atau tidak, aku tidak suka kamu memeluknya. Ingat! Selama kamu istriku tidak boleh ada pria lain yang menyentuhmu!" "Lalu apa kabar kak Gavril dan kak Airyn?" Alana langsung membuka ponselnya dan menunjukkan story w******p Airyn tadi sore yang menunjukkan bahwa Gavril di rumahnya. Gavril bergeming, ia bingung harus berkata apa. "Lalu apa namanya seorang suami ke rumah perempuan lain hingga melupakan titipan istrinya yang ngidam? Apa aku lebih buruk dari kak Gavril?" Gavril sadar ia memang salah dan sangat sadar ia adalah suami yang paling buruk. Alana meneteskan air mata yang sedari tadi ia tahan. "Aku seharusnya tidak menjadi pengganggu hubungan kalian. Kalau kakak mau kembali sama kak Ryn tidak apa-apa, aku akan bicara ke Saski agar ia tidak perlu khawatir kalau akhirnya kita berpisah." Setelah mengucapkan itu ia kembali memunggungi Gavril dan menangis dalam diam, sejujurnya ia tidak mau kehilangan Gavril, sesakit apapun hatinya bersama Gavril ia tetap ingin bertahan. Namun, ia tidak bisa egois, Gavril mencintai Airyn bukan dirinya. *** "Kawan gue ngapa kusut banget dan tuh muka," Mario yang baru masuk ke ruangan Gavril langsung di sofa. Gavril tidak menanggapi ucapan sahabatnya ini karena ia benar-benar tidak mood berbicara. "Lo galau bro?" mungkin kalau orang lain yang tidak ditanggapi seperti itu akan tersinggung tapi Mario akan tetap mengajak bicara. "Gav, lo galauin si Alana sama Airyn?" masih belum ditanggapi, bahkan Gavril sama sekali tidak melirik Mario yang sedari tadi menghela napas kesal karena dikacangin. "Lo poligami aja sih daripada lo galau! " Gavril langsung melempar pulpen yang ada di atas meja hingga mengenai wajah Mario. "Sialan lo kalau wajah gue rusak gimana?" "Siapa suruh kasih saran unfaedah?!" "Benar 'kan gue daripada lo pusing mikir mending poligami lagian lo untung bisa nikahin dua cewek cakep." "Sialan lo, mending lo balik sana!" "Gav, gue dapat 2 voucher berlibur ke Lombok selama satu minggu dari client gue karena berhasil menangin kasus dia dan itu berlaku buat minggu depan. Nah, minggu depan gue mesti ke Semarang sepupu gue nikah." "Terus?" "Lo kapan sih bisa peka kalau dikodein?" Mario mengacak rambutnya frustrasi. "Maksud gue, lo yang pakai tuh voucher, itung-itung honeymoon gratis daripada mubazir!" "Oh jadi lo mau kasih gue voucher haram, siapa tahu lo menangin kasus yang salah." "Eh t*i kucing gue pengacara yang jujur ya, kalau orangnya benar ya gue bakal ambil kasus dia, gue juga nggak mau kali makan duit haram!" ujar Mario berapi-api. Gavril tahu kalau sahabatnya ini orang yang jujur karena mereka sudah bersahabat sejak SMA. Ia hanya ingin memancing emosi Mario saja karena melihatnya kesal hiburan tersendiri untuk Gavril. "Canda ya ampun, baperan amat sih." "Jadi gimana?" "Kasih yang lain aja, gue nggak minat." "Yakin nggak mau? Lumayan seminggu Gav, lo bisa ena-ena sama bini lo sepuasnya tanpa ada yang ganggu, Lombok itu indah bro!" "Kayak pernah ke Lombok aja lo!" "Lihat di google lah." Gavril mengendikkan bahunya acuh, sama sekali tidak tertarik dengan penawaran Mario. "Jangan kaku bangetlah jadi laki, bahagiain istri tu pahala. Lo belum pernah 'kan bahagiain Alana?" "Apa lo nunggu pria lain yang bahagiain istri lo?" Gavril langsung menghampiri Mario dan mengulurkan tangannya. "Mana?" Mario pura-pura tidak mengerti. "Apanya?" "Voucher lah, buru sebelum gue berubah pikiriran." Mario mengeluarkan dua voucher dari saku kemejanya dan meletakkan di tangan Mario. Ia tersenyum puas ternyata usahanya tidak sia-sia. Berbahagialah Saski, abang kamu yang kaku ini sudah berhasil aku bujuk. *** Akhir-akhir ini Alana sering sekali mengidam dan ia ingin Gavril memenuhinya tapi tidak mungkin, seblak saja tidak ia penuhi apalagi yang lain padahal sekarang ia ingin sekali makan mie setan Malang yang muncul tadi di i********:. Pengen mie setan Malang. Ia membuat story w******p dengan kata-kata seperti itu. Mungkin saja ada yang berbaik hati ke Malang belikan mie setan. 5 menit kemudian muncul balasan dari Azkil. Azkil : Bumil ngidam mie setan Malang? Emoticon Azkil membuat Alana meringis. Alana : Iya, ini :( babynya suka minta yang aneh-aneh Alana bahagia Azkil sudah tidak marah dengannya. Azkil : Oke, nanti gue beli mie setan ya, mumpung abang Azkil masih di Malang Alana mendekatkan layar ponselnya barangkali ia salah baca tapi ternyata tidak. Alana : Serius? Padahal semalam kita ketemu di tempat seblak Entah Alana harus percaya atau tidak.  Azkil : Iyalah ada pesawat kok haha, yaudah paling nanti sore mie setannya sudah sampai Alana berusaha percaya, mungkin saja benar. Alana : Ditunggu ya bang Chat ini kalau di kirim ke oa relationship chat di Line mungkin akan langsung diterima sama admin dan buat adders yang baca jadi iri. *** "Kemana bang?" tanya Kevin melihat Azkil turun tangga dengan terburu-buru. "Ke Malang." "Ngapain?" "Beli mie setan buat Alana." Kevin ternganga mendengar jawaban Azkil, ia rela ke Malang siang-siang begini cuma buat beli mie setan? Membuat Kevin tidak percaya. "SEKALIAN GUE TITIP APEL MALANG!" teriak Kevin yang melihat Azkil hendak membuka pintu. "BELI AJA SENDIRI!" Tidak menanggapi u*****n dari Kevin, ia langsung ke garasi mengeluarkan motor ninja merahnya dan siap membelah kota Jakarta siang hari ini. Setelah sampai ia memarkirkan motornya di depan bandara. "Pak, jagain motor saya sampai sore ya," ujar Azkil lalu memberikan uang tip untuk tukang parkir tersebut. Ia berharap semoga penerbangan ke Malang untuk siang ini masih ada. "Mbak, penerbagan siang ini ke Malang masih ada?" ujar Azkil dan perempuan di sebelahnya secara bersamaan. Perempuan yang jaga loket pembelian tiket bingung karena masih tersisa satu dan pemberangkatannya 15 menit lagi. "Masih ada tapi tersisa cuma satu." "Kalau gitu saya ambil!" ujar Azkil mantap. "Enak aja gue juga butuh. Buat saya aja mbak!" perempuan yang di sebelahnya tidak terima karena ia juga butuh tiket itu. Azkil menatap perempuan yang di sebelahnya dan betapa terkejut saat mereka bertatapan. "Lo?" ucap keduanya bersamaan. "Mbak, tiketnya atas nama Azkil Xavier Fernandes," ujar Azkil setelah kembali menatap ke penjaga loket. Oh jadi namanya Azkil? Azkil membayar tiket tersebut. "Makasih mbak, bye gue yang dapat tiketnya!" Perempuan itu baru tersadar dari lamunannya setelah Azkil pergi. "Tiket gue..." "Mbak kok kasih ke dia sih tiketnya?" "Lagian mbaknya juga melamun tadi, saya juga pangling lihat wajah mas tadi mirip Manu Rios." *** Azkil tersenyum bahagia melihat Alana makan mie setan dengan lahap, ia memesan mie setan level satu karena walau level satu rasanya sudah pedas apalagi level selanjutnya mungkin akan keluar asap dari telinga Alana. Azkil tahu Alana tidak terlalu suka makan yang sangat pedas. "Gimana?" tanya Azkil setelah Alana menghabiskan mie setan tersebut. "Enak sumpah," lalu ia memakan beberapa camilan khas Malang yang juga dibawa oleh Azkil walau Alana tidak memintanya. "Alana, minum dulu!" Azkil memberikan air putih. "Kamu ada urusan apa di Malang?" tanya Alana setelah ia meneguk air putih. Azkil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Bohong sih, tadi gue w******p lo lagi di kamar." Alana terkejut bukan main. "Jadi lo ke Malang cuma buat beli ini?" Azkil mengangguk. "Demi lo, Na." Alana terharu rasanya ia ingin menangis dipelukan Azkil tapi ia urungkan mengingat statusnya adalah istri Gavril. Pasti perempuan yang bisa jadi istri kamu akan sangat bahagia. Kenapa Tuhan tidak biarkan aku mencintaimu? *** "Abang mana?" tanya Vania tidak melihat Azkil ikut ngobrol di ruang tengah, biasanya kalau ada kumpul-kumpul ia pasti senang sebab hal seperti ini jarang terjadi karena kesibukan masing-masing. "Ke Malang beli mie setan buat Alana," jawab Kevin sekenanya. Alexander dan Vania yang mendengar jawaban anaknya menggeleng-gelengkan kepala. "Anak itu kapan move on?" "Apa perlu kita jodohkan dia sama anak rekan bisnis daddy? Kevin langsung menjawab. "Yaelah 2017 masih jaman jodoh-jodohan?" "Ide bagus!" ujar Vania antusias. "Pasti bakal seru banget, biasanya perjodohan gitu aku sering lihat di drama korea atau di w*****d yang sering aku baca," Amanda mulai memabayangkan kalau kisah perjodohan itu seindah di dunia fiksi. "Fiksi mulu otak lo!" cibir Kevin. Tak lama kemudian Azkil muncul langsung duduk di samping Amanda. "Nah kebetulan kamu datang," ujar Alexander. Azkil tampak bingung. "Daddy mau kamu kenalan dengan anak rekan bisnis daddy." Azkil langsung bisa menebak ke mana arah pembicaraan Alexander. "Jangan bilang daddy mau jodohin aku?" Alexander mengangguk. "Apa salahnya?" "Jelas salah dad, aku masih 18 tahun." Vania ikut menengahi. "Tidak langsung nikah Azkil, kamu kenalan saja dulu." "Terima aja bang, itung-itung usaha move on dari kak Alana," ujar Amanda. Move on dari Alana? Apa aku harus terima? Tapi tidak ada salahnya mungkin gadis itu bisa buat aku berhenti mencintai Alana. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN