Bab 6

1388 Kata
Selamat pagi princess nya Azkil. Dandan yang cantik ya nanti malam. Jam 7 kita akan dinner. See you (titik dua bintang) Azkil tampan Alana mendapati secarik surat tersebut diatas nakas samping tempat tidurnya saat ia bangun. Bibirnya tersenyum membaca tiap kata itu, Azkil selalu tahu cara membahagiakam Alana dari dulu hingga sekarang. Perempuan yang mendapatkan Azkil pasti sangat beruntung. Tampan tidak diragukan lagi, cerdas sudah pasti maba kedokteran UI tidak diragukan lagi kecerdasannya, baik juga romantis. Tapi tidak mudah mendapatkan hatinya. "Sayang, ini tante buatkan teh hangat biar kamu tidak terlalu mual," Vania masuk ke kamar Alana dan meletakkan secangkir teh hangat di atas nakas. Pascanya, Alana dari tadi hanya tiduran di kamar, badannya masih lemas akibat mual dan muntah sejak subuh tadi. "Kamu istirahat saja di rumah, tante mau ke butik dulu. Kalau ada apa-apa hubungi tante ya sayang." Setelah Vania keluar Alana merasa bosan, ia hanya membaca postingan oa relationship chat di aplikasi line. Ada satu chat yang menarik dan segera ia upload ke IG. alana_sa saat dia memilih hati lain yang bisa kita lakukan hanya pergi meski resikonya hati kita akan tersakiti. Pandangan Alana teralih ke pojok kanan atas ternyata banyak direct massage yang masuk, entah sudah berapa lama Alana tidak membuka IGnya.         Air mata Alana tumpah seketika membaca pesan Gavril, ia merasa bersalah, saat sedih Saski selalu berada di dekatnya dan sekarang saat Saski berjuang untuk hidupnya Alana justru pergi. Ia merasa gagal menjadi sahabat Saski. Tanpa berpikir lama Alana langsung langsung cuci muka sama sikat gigi tanpa mandi, pikirannya hanya satu yaitu ke rumah sakit, ia langsung mendatangi rumah sakit tempat Saski berobat setahun belakangan ini, ia tidak sangka kalau Saski kambuh lagi padahal keadaannya sudah berangsur membaik. Setelah taksi yang ditumpanginya berhenti di depan rumah sakit, ia langsung berlari ke dalam menuju meja resepsionis untuk bertanya ruangan Saski, air matanya sedari tadi membasahi pipinya dan ia juga tidak peduli dengan kondisi yang sedang tidak sehat. Kaki Alana terasa lemas melihat Satria, Jasmin dan Gavril yang sedang duduk di depan ruang rawat Saski. Apalagi melihat Jasmin menangis di pelukan Satria mengisyaratkan bahwa telah terjadi sesuatu yang buruk. Alana semakin terisak dan ia menghampiri ketiga orang itu. "Ada apa sama Saski?" Mereka bertiga kaget dengan kehadiran Alana secara tiba-tiba. Plak Satu tamparan keras mendarat ke pipi kiri Alana. "Kamu berengsek, Alana. Di mana kamu saat Saski membutuhkanmu? Di mana kamu saat Saski selalu memanggil nama kamu? Di mana kamu saat Saski terus memikirkanmu? DI MANA KAMU ALANA? DI MANA?!" Satria dan Gavril mencoba menenangkan Jasmin yang tidak bisa menahan emosinya membuat Alana ketakutan dan semakin terisak. "Saski selalu ada di saat kamu membutuhkannya? Tapi kamu? Apa itu bisa disebut sahabat?" "Maaf...," lirih Alana disela isak tangisnya. Meski ini bukan sepenuh kesalahannya karena ia tidak tahu Saski terbaring lemah di rumah sakit tapi ia tetap merasa bersalah. Gavril mengajak Alana untuk mengobrol di taman rumah sakit dari pada terus dapat amukan dari Jasmin. "Bagaimana keadaan Saski?" Alana membuka percakapan agar tidak terlalu canggung berada dalam situasi ini. "Dia tadi pingsan dan dokter sedang menanganinya makanya kami menunggu di luar. Kita berdoa saja semoga dia baik-baik saja." Alana sudah tidak menangis karena percuma air matanya tidak akan menyembuhkan Saski yang Saski perlukan hanya doa. Karena kekuatan doa sangatlah besar. "Aku baru buka i********: dan setelah baca DM kak Gavril aku langsung ke sini." Gavril memperhatikan wajah Alana, mata birunya tidak cerah serta wajahnya terlihat pucat. "Kamu sakit? Pucat sekali wajahmu." Alana menggeleng. "Pengaruh morning sick jadi buat aku pucat tapi kalau sudah tidak mual muntah tidak pucat lagi." Gavril memandangi perut Alana yang sudah sedikit membuncit, di perut itu ada darah dagingnya, ingin ia mencium dan mengelus perut itu tapi ia ragu melakukannya. "Selama kamu pergi, kamu tinggal di mana?" Gavril kembali bertanya setelah terjadi keheningan beberapa saat. "Di rumah teman." Gavril tidak bertanya lagi, ia mengajak Alana untuk melihat kondisi Saski mungkin sudah sadar. *** "Abang gue kenapa sok romantis gini sih," cibir Amanda memperhatian keadaan sekitar. Ini adalah sebuah kafe klasik romantis yang biasa di jadikan muda-mudi tempat nongkrong bersama kekasih, teman atau keluarga tetapi lebih dominan adalah pasangan kekasih. Azkil sudah membooking kafe ini untuk nanti malam karena ia ingin memberikan hal yang romantis untuk Alana dan juga tempat ini sudah didekorasi lebih romantis lagi berkat campur tangan Azkil, Kevin dan Amanda. Banyak bertebaran bunga mawar di lantai membentuk kata 'I Alana' dan di tengahnya ada lilin yang menambah kesan romantis dan ada sebuket bunga mawar dengan banyak warna yang akan Azkil berikan nanti untuk Alana. "Bang, lo jangan sampai lupa sama lirik lagu janji suci yang pengin lo bawain nanti malam!" Kevin mengingatkan Azkil sebab nanti malam ia akan menyanyikan lagu janji suci milik yovie and nuno. "Sip, hapal di luar kepala gue." "Idih bule yang katanya tampan nyanyi lagu jadul, nyanyi lagu barat kek, situ sehat?" ledek Amanda. Kevin tertawa sementara Azkil mendelik kesal. "Anak kecil tahu apa sih, gaunnya gimana?" Amanda menepuk jidatnya. "Masih di butik mommy, belum di ambil hehe. Ayo bangke antar gue ke butik." "Mulut lo Man, Bangkev bukan Bangke!" "Bodo!" Amanda langsung menarik tangan Kevin. Alana dan Kevin menuju butik mamanya untuk mengambil gaun yang dikenakan Alana nanti malam. "Semoga kamu mau jadi my future wife." *** Saski tidak berhenti tersenyum karena keinginannya sudah ada di depan matanya. Setelah 30 menit Alana di rumah sakit ini ia baru sadar dan betapa bahagianya Saski melihat kehadiran sahabatnya itu. Di ruangan ini sudah ada keluarga Winata dan keluarga Satria serta penghulu yang siap menjadi saksi atas pernikahan Alana dan Gavril secara mendadak. Bahkan Alana masih belum percaya sama apa yang dia alami sekarang, ia pergi karena menghindari pernikahan dengan Gavril tapi sekarang pernikahan itu benar-benar terjadi. Tidak mungkin Alana menolak permintaan Saski yang sedang berjuang untuk hidupnya bisa saja ini adalah permintaan terakhir Saski. Mau tidak mau, suka tidak suka ia harus melakukannya. Alana memang sayang sama Gavril tapi ia tidak mau menikah dengan pria yang tidak mencintainya. Airyn lah yang paling terluka atas pernikahan ini, ia belum sepenuh hati merelakan Gavril menikah dengan Alana. "Kakak harus janji sama Saski perlakukan Alana dengan baik layaknya seorang istri, kakak harus janji jangan meninggalkan Alana apapun yang terjadi, kakak harus belajar mencintai Alana." Permintaan Saski begitu berat tapi ia tetap harus meng-iya-kan permintaan itu. "Ingat kak, pria sejati yang dipegang adalah janjinya." Gavril melirik Airyn yang sedang menangis dipelukan bundanya. Hati Gavril teriris tapi ia juga tidak bisa berbuat apa-apa. "Iya sayang, doakan kakak ya bisa jadi suami yang baik buat Alana." Saski semakin bahagia mendengar ucapan Gavril lalu sekarang saatnya ijab qobul dimulai. Mereka tidak kenakan kebaya pengantin atau apalah karena pernikahannya dadakan. "Saya terima nikahnya Alana Salsabila Adriana binti Winata Permana dengan mahar tersebut dibayar tunai!" hanya sekali tarikan napas Gavril mengucapkan ijab qobul setelah Winata mengucapkan bagiannya. Satu hal yang Alana tahu ia tidak bisa menghindar dari takdir, ia hanya berharap semoga semua akan baik-baik saja, tidak akan ada lagi penderitaan dan air mata, semoga ini awal kebahagiaan. Semoga. *** Jam sudah menunjukkan pukul 18.30 WIB itu artinya 30 menit lagi mereka akan dinner. Azkil sudah berangkat duluan sedangkan Alana akan di antar oleh Kevin serta Amanda yang akan make over Alana seperti seorang princess. Tapi yang membuat mereka bingung Alana tidak ada di rumah ini, mereka sudah menghubungi berkali-kali tapi nomornya tidak aktif. "Duh kasian bang Azkil rencanaya gagal," ujar Amanda mendramatisir. "Gue udah WA bang Azkil kalau Alana nggak ada," lanjut Kevin. Sedangkan di tempat lain Azkil merasa bingung kemana Alana, apa ia tidak baca suratnya. Berkali-kali Azkil mencoba menghubungi tapi hasilnya nihil. Ia menghela napas berat berkali-kali tidak menyangka semua perjuangannya hari ini sia-sia. Kegagalan beberapa tahun yang lalu kembali terulang malam ini. Saat itu pengumuman kelulusan SMP, Azkil yang baru saja menerima surat kelulusannya langsung menemui Alana di kelasnya, ia sudah berencana mengajak Alana ke suatu tempat yang romantis lalu menyatakan perasaannya. Tapi rencananya gagal karena Alana lebih dulu menceritakan bahwa ia jatuh cinta pada pandangan pertama ke kakaknya Saski yaitu Gavril. Hati Azkil benar-benar hancur padahal ia sudah menyiapkan segala sesuatu, ke pantai lihat sunset lalu setelah malam mulai gelap ia akan menerbangkan kembang api yang bertulisakan 'l love Alana' kembang api yang sudah ia pesan jauh-jauh hari tapi harapan tinggallah harapan. "Mungkin kita ditakdirkan hanya menjadi sahabat!" Azkil meninggalkan kafe dengan perasaan luar biasa sakit. Belum pernah ia sesakit ini. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN