Aku ada di sana, di depan pintu kamar mandi ketika aku mendengar Bia menangis. Cukup lama dan aku hanya bisa berdiri mematung tanpa berani menggerakkan tanganku untuk mengetuk pintu itu atau sekedar memanggil namanya untuk bertanya apa yang terjadi. Hatiku sakit jujur saja, sekalipun aku tidak tahu apa alasannya. Mungkinkah benar karena teringat orang tuanya atau ada masalah lain yang tidak Bia beritahu padaku? Dan malam ini, Bia kembali terlihat seperti biasa, menyiapkan makan malam seperti biasa, makan seperti biasa, dan setelah itu membereskan bekas makan kami seperti biasa. Perilakunya terlihat seperti dia tidak habis menangis sampai sesenggukan di kamar mandi. Membuatku menyadari bahwa Bia bukan lebih kuat dariku, tapi dia lebih pandai menyembunyikan perasaannya dariku. Dia pandai m